Aaker (1997) membagi loyalitas merek ke dalam lima tingkatan, sebagai
berikut :
- Swithcer, adalah konsumen yang tidak memiliki loyalitas. Merupakan
tingkat loyalitas paling dasar dimana konsumen merasa tidak ada
perbedaan berarti antara satu merek dengan merek lainnya dalam
kategori produk tersebut. Apapun merek yang murah dan dapat
digunakan akan dipilih. - Habitual buyer, adalah konsumen yang puas dengan produk atau
setidaknya tidak kecewa dengan penggunaan merek tersebut.
Konsumen dalam tingkat ini disebut juga pembeli berdasarkan
kebiasaan. Konsumen pada tingkat ini rentan akan promosi dari
pesaing yang memberikan keunggulan lain. - Satisfied buyer, konsumen yang merasa puas dengan merek produk
dan memiliki switching cost (kerugian uang, waktu, atau risiko
performansi yang diasosiasikan dengan penggantian merek).
Merupakan konsumen yang mempelajari setiap aspek dan kelebihan
dari merek tertentu atau adanya ketakutan akan risiko merek yang lain
tidak dapat berfungsi sebaik merek yang saat ini digunakan. - Linking the Brand, adalah konsumen yang tidak selalu dapat
mendeskripsikan apa yang membuat ia menyukai merek tersebut
meskipun sudah membeli dan menggunakannya berkali-kali.
Konsumen pada tingkat ini memiliki keterikatan perasaan dan
emosional dengan merek yang mereka gunakan. - Commited Buyer, konsumen dengan tingkat loyalitas tertinggi.
Konsumen memiliki perasaan bangga sebagai pengguna merek
tertentu. Merek penting bagi mereka, baik dipandang dari segi fungsi
maupun sebagai alat pengekspresian tentang diri mereka. Loyalitas
mereka ditunjukkan dengan merekomendasikan merek tersebut
kepada orang lain, dan bangga untuk menggunakan barang-barang
yang memiliki simbol-simbol merek tersebut.
Schiffman dan Kanuk (2004) menyebutkan tahap-tahap loyalitas merek
dan identifikasinya sebagai berikut : - Kognitif, loyalitas pada informasi seperti harga, fitur, dan sebagainya
- Afektif, loyalitas seperti “saya membelinya karena saya
menyukainya”
No comments:
Post a Comment