Showing posts with label akutansi. Show all posts
Showing posts with label akutansi. Show all posts

Sunday, June 23, 2024

Komponen Brand Image

 


Menurut Firmansyah (2019: 75) terdapat tiga komponen pembentuk brand
image, yaitu sebagai berikut:

  1. Citra Pembuat (Corporate Image)
    Sekumpulan asosiasi dari sebuah brand dipersepsikan konsumen
    terhadap perusahaan yang membuat suatu produk dan jasa.
  2. Citra Pemakai (User Image)
    Sekumpulan asosiasi dari sebuah brand yang dipersepsikan konsumen
    terhadap pemakai yang menggunakan barang atau jasa, meliputi pemakai
    itu sendiri, gaya hidup atau kepribadian dan status sosial.
  3. Citra Produk (Product Image)
    Sekumpulan asosiasi dari sebuah brand yang dipersepsikan konsumen
    terhadap suatu produk, yang meliputi atribut produk tersebut, manfaat
    bagi konsumen, penggunaannya, serta jaminan

Fungsi Brand Image

 


Brand identity berbeda dari brand image di mana brand identity
merupakan ciri khas brand yang dirancang dan dikomunikasikan dengan sengaja
dari internal, berbeda dengan brand image yang mewakili gambaran subjektif
seperti yang dari eksternal. Terlepas dari perbedaan ini, tidak dapat disangkal
bahwa dengan brand image konsumen dan perusahaan dapat memperoleh
manfaat – sedangkan brand identity yang luar biasa tanpa brand image yang
sesuai akan ditakdirkan untuk tetap menjadi "harimau ompong". Dalam
pengertian ini, penjelasan tentang berbagai fungsi brand image akan
dikelompokkan ke dalam fungsi-fungsi yang bermanfaat bagi pelanggan dan
fungsi-fungsi yang didapatkan perusahaan. Hal terbaik dikarenakan makna brand
image untuk perusahaan bergantung pada fungsi yang dipenuhi konstruk untuk
kepentingan pelanggan. Berikut adalah fungsi brand image menurut Gross (2014
: 81-88):

  1. Bagi konsumen
    Image dapat berfungsi sebagai alat bantu yang memungkinkan untuk
    melengkapi kesenjangan pengetahuan dan memberikan kesan
    keseluruhan agregat dari suatu brand. Selain itu, image dapat membantu
    mengatasi kesenjangan informasi tentang aspek yang tidak diketahui dari
    suatu brand dalam benak konsumen. Fungsi lain dari brand image adalah
    fungsi ekspresi nilai. Dalam hal ini, image berfungsi sebagai sarana
    ekspresi diri dengan individu yang berusaha mengirim sinyal tentang
    asosiasi brand yang tertanam dalam benak konsumen untuk
    diinformasikan kepada lingkungan yang di tuju.
  2. Bagi perusahaan
    Fungsi yang didapatkan dari perusahaan yang mengelola brand adalah
    dapat meningkatkan brand loyalty, dan dapat meningkatkan lini produk
    dari sebuah brand. Brand image yang kuat dengan asosiasi yang menarik
    dan reputasi tinggi mampu merangsang pembelian brand dan
    meningkatkan volume penjualan sehingga perusahaan dapat
    meningkatkan kualitas dari produk dan meningkatkan layanan yang
    diberikan

Dimensi Brand Image

 


Menurut Keller dan Swaminathan (2019 : 46) brand dapat menilai
asosiasi kepercayaan dengan satu atau lebih dari tiga dimensi utama — kekuatan,
kesukaan, dan keunikan — yang menjadi sumber ekuitas brand. Terdapat tiga
dimensi brand image menurut Keller dan Swaminathan (2019 : 46-47) sebagai
berikut :

  1. Favorability of brand association (Keunggulan asosiasi merek)
    Pemasar menciptakan brand association yang menguntungkan dengan
    meyakinkan konsumen bahwa brand tersebut memiliki atribut dan
    manfaat yang relevan sehingga dapat memuaskan kebutuhan dan
    keinginan konsumen, sehingga konsumen menciptakan penilaian brand
    yang positif secara keseluruhan. Konsumen tidak akan menganggap
    semua brand association sama pentingnya, juga tidak akan memandang
    mereka semua dengan baik atau menilai semuanya secara setara di
    berbagai situasi pembelian atau konsumsi. Brand association mungkin
    bergantung pada situasi atau konteks dan bervariasi sesuai dengan apa
    yang ingin dicapai dan diinginkan oleh konsumen dalam melakukan
    keputusan pembelian. Dengan konsumen menyukai suatu brand, maka
    tingkat kepercayaan konsumen terhadap brand tersebut juga akan
    semakin tinggi. Keunggulan dari brand association dapat dilihat dari
    dua kategori yaitu:
    a. Desirability of the brand
    Yakni seberapa penting atau seberapa bernilainya citra suatu brand
    yang terbentuk di benak konsumen. Hal ini berguna untuk
    mengetahui tingkat kebutuhan konsumen sesuai yang dijelaskan
    dengan menggunakan teori Maslow’s hierarchy, yaitu;
    physiological needs, social needs dan self – actualization.
    b. Deliverability of the brand
    Yakni keunggulan yang dimiliki suatu produk untuk memenuhi
    kebutuhan konsumen pada periode waktu jangka panjang.
  2. Strength of brand association (Kekuatan asosiasi merek)
    Semakin dalam seseorang berpikir tentang informasi produk dan
    menghubungkannya dengan pengetahuan brand yang ada, semakin kuat
    brand association yang dihasilkan. Secara umum, pengalaman langsung
    menciptakan atribut brand dan asosiasi manfaat yang paling kuat dan
    sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian ketika konsumen
    menafsirkannya secara akurat. Di sisi lain, sumber informasi yang
    dipengaruhi oleh perusahaan, seperti iklan, sering kali cenderung
    membuat brand association menjadi lemah dan, dengan demikian,
    mungkin paling mudah diubah. Untuk mengatasi kelemahan ini,
    komunikasi pemasaran menggunakan komunikasi kreatif brand akan
    memaparkan kepada konsumen secara berulang kali dari waktu ke
    waktu dan memastikan bahwa banyak informasi yang masuk ke dalam
    ingatan konsumen. Hal itulah yang akan terus menerus menjadi
    penghubung antara produk/brand dengan konsumen. Dengan demikian
    brand tersebut akan cepat dikenal dan akan tetap terjaga ditengah-
    tengah maraknya persaingan. Dua faktor yang memperkuat asosiasi
    dengan informasi apa pun adalah sebagai berikut:
    a. Quality and quantity of processing
    Yakni semakin dalam perhatian yang diberikan konsumen terhadap
    suatu brand, maka semakin mudah dan kuat informasi yang
    disampaikan untuk dipahami oleh konsumen.
    b. Recall of brand association
    Yakni pemberian atau penyampaian informasi yang dilakukan secara
    berkala untuk memastikan informasi yang diberikan kepada
    konsumen dapat dipahami dengan baik, sehingga terjadi kesesuaian
    makna yang ingin disampaikan suatu brand kepada konsumen.
  3. Uniqueness of brand association (Keunikan asosiasi merek)
    Inti dari positioning sebuah brand adalah bahwa brand tersebut memiliki
    keunggulan dalam jangka waktu panjang atau proposisi penjualan yang unik
    sehingga memberi konsumen alasan kuat untuk membelinya. Pemasar dapat
    membuat perbedaan unik ini secara eksplisit melalui perbandingan langsung
    dengan pesaing, atau dapat menyorotinya secara implisit. Meskipun brand
    association yang unik sangat penting untuk kesuksesan brand, kecuali jika
    brand merasa tidak perlu bersaing, kemungkinan besar brand tersebut akan
    memiliki kesamaan asosiasi dengan brand lain. Oleh karena itu, harus
    diciptakan keunggulan bersaing yang dapat dijadikan alasan bagi konsumen
    untuk memilih suatu brand tertentu. Dimensi ini penting untuk selalu
    diciptakan oleh perusahaan. Jika suatu brand memiliki keunikan yang tidak
    dimiliki brand lain, maka brand ini memiliki nilai tambah di mata konsumen

Definisi Brand Image

 


Salah satu aspek yang sangat penting dari brand adalah citranya,
sebagaimana tercermin dari asosiasi yang dipegang konsumen untuk brand
tersebut. Menurut Keller dan Swaminathan (2019 : 46) memiliki brand image
yang positif dapat berguna bagi pemasar untuk membuat perbedaan antara
pertimbangan tingkat yang lebih rendah, yang terkait dengan persepsi konsumen
tentang kinerja tertentu dan atribut serta manfaat citra, dan pertimbangan tingkat
yang lebih tinggi yang terkait dengan penilaian, perasaan, dan hubungan secara
keseluruhan. Ada hubungan yang jelas antara dua tingkat, karena tanggapan dan
hubungan konsumen secara keseluruhan dengan suatu brand biasanya
bergantung pada persepsi atribut dan manfaat khusus dari merek tersebut. Bagian
ini mempertimbangkan beberapa masalah dalam mengukur kinerja merek tingkat
rendah dan asosiasi citra. Keyakinan adalah pemikiran deskriptif yang dipegang
seseorang tentang sesuatu. Keyakinan terhadap sebuah brand adalah atribut dan
manfaat khusus yang terkait dengan brand dan pesaingnya

Peran Brand Identity

 


Menurut Aaker dan McLoughlin (2020 : 190) terdapat tiga peran dari
brand identity, yaitu sebagai berikut:

  1. Mendorong dan memandu inisiatif strategis di seluruh organisasi, mulai
    dari operasi hingga penawaran produk hingga pemilihan proyek R&D.
    Dorongan strategis keseluruhan yang ditangkap oleh identitas dan posisi
    harus menyiratkan inisiatif dan program tertentu.
  2. Mendorong program komunikasi. Identitas dan posisi strategis yang
    benar-benar membedakan produk dan beresonansi dengan pelanggan
    akan memberikan tidak hanya pukulan dan efektivitas untuk komunikasi
    eksternal, tetapi konsistensi dari waktu ke waktu karena perspektif
    jangka panjang.
  3. Mendukung ekspresi nilai dan budaya organisasi kepada karyawan dan
    mitra bisnis. Komunikasi internal seperti itu sama pentingnya dengan
    keberhasilan menjangkau pelanggan

Karakter Brand Identity

 


Brand perlu memperhatikan elemen-elemen tertentu dalam membangun
brand, agar brand yang dibuat mencerminkan produk sehingga brand dapat
tertanam dalam pikiran khalayak dan membedakan produk dari brand tersebut
dengan brand lainnya. Menurut Keller dan Swaminathan (2019 : 113-116) secara
umum, terdapat enam karakter utama dalam memilih brand identity:

  1. Memorability (Daya Ingat)
    Dalam tujuan mempromosikan brand harus dilakukan secara
    berhubungan erat dengan konsumen agar mudah diingat dan menarik
    perhatian sehingga tertanam dalam ingatan dan dapat membantu
    terjadinya keputusan pembelian.
  2. Meaningfulness (Kebermakanaan)
    Sebuah brand dapat dijabarkan dengan jelas arti dari elemen brand
    tersebut secara dekriptif dan juga secara persuasif tentang hubungannya
    terhadap sebuah produk. Dua hal yang sangat penting adalah seberapa
    baik elemen brand menyampaikan yaitu informasi umum tentang fungsi
    produk atau informasi spesifik tentang atribut dan manfaat tertentu dari
    brand.
  3. Likable (Disukai)
    Sebuah brand yang mudah diingat, bermakna, dan disukai menawarkan
    banyak keuntungan karena konsumen seringkali tidak memeriksa
    banyak informasi dalam membuat keputusan produk. Elemen deskriptif
    dan persuasif dapat mengurangi beban komunikasi pemasaran dalam
    membangun kesadaran dan menghubungkan asosiasi brand dan ekuitas,
    terutama ketika ada beberapa asosiasi terkait produk lainnya.
  4. Transferable (Keteralihan)
    Ada beberapa aspek dalam kriteria ini yaitu, mencari tahu tingkat guna
    elemen brand agar dapat menambahkan menu baru, varian baru ataupun
    seri produk tertentu. Selain itu, mengukur sejauh mana elemen brand
    menambah brand equity sehingga dapat dipasarkan di negara manapun
    dan memperluas segmen pasar.
  5. Adaptability (Kemampuan Beradaptasi)
    Kriteria kelima untuk elemen brand adalah dapat beradaptasi dengan
    mengikuti perkembangan zaman yang terjadi, atau dapat dengan mudah
    dilakukan pembaruan atau update. Hal tersebut karena perubahan nilai
    dan opini konsumen, atau hanya karena kebutuhan untuk tetap
    kontemporer, sebagian besar elemen brand harus diperbarui. Semakin
    mudah beradaptasi dan fleksibel elemen brand, semakin mudah untuk
    memperbaruinya.
  6. Protectability (Perlindungan)
    Karakteristik umum keenam dan terakhir adalah sejauh mana elemen
    brand dapat dilindungi—baik dalam pengertian hukum maupun
    persaingan. Pemasar harus memilih elemen brand yang dapat dilindungi
    hukum secara internasional, mendaftarkannya secara resmi ke badan
    hukum yang sesuai, dan dapat membela brand dari pelanggaran
    persaingan yang tidak sah

Kriteria Memandu Brand Identity

 


Dalam mengembangkan inti dan identitas yang diperluas, empat kriteria
harus memandu proses tersebut. Menurut Aaker dan McLoughlin (2020 : 186-
188) kriteria identitas yang dicari adalah:

  1. Resonate with the target market. Pada akhirnya pasar menentukan
    kesuksesan, dan dengan demikian identitas dari sebuah brand harus
    memiliki getaran yang sama dengan konsumen. Sangat berguna untuk
    memikirkan bagaimana konsumen berhubungan dengan brand dari
    waktu ke waktu daripada sekadar apa yang mendorong keputusan
    pembelian. Juga, pertimbangkan manfaat emosional dan ekspresi diri
    selain manfaat fungsional.
  2. Differentiate from competitors. Perbedaan sering kali menjadi kunci
    kemenangan sebuah brand di pasaran. Harus ada beberapa titik
    perbedaan di seluruh identitas brand sehingga selalu ada jawaban atas
    pertanyaan tentang bagaimana brand dapat berbeda dengan brand
    lainnya.
  3. Provide parity where competitors have an advantage that is compelling
    to customers. Tidak selalu perlu untuk menjadi berbeda atau lebih baik
    di semua dimensi. Mungkin ada beberapa dimensi di mana tujuannya
    hanya untuk menjadi cukup dekat sehingga dimensi ini tidak lagi
    menjadi alasan untuk tidak membeli brand tersebut.
  4. Reflect the strategy and culture of the business. Pada akhirnya, brand
    tersebut perlu mengaktifkan dan mendukung strategi bisnis. Khususnya
    ketika strategi merepresentasikan perubahan dari status quo, dan
    membutuhkan perubahan brand image, identitas brand perlu
    mencerminkan strategi baru. Identitas brand juga harus mendukung dan
    mencerminkan budaya dan nilai perusahaan, karena organisasilah yang
    harus memenuhi janji brand yang aspiratif.

Dimensi Brand Identity

 


Menurut Kapferer (2012 : 158-163 ) terdapat enam aspek dalam brand
identity, yaitu sebagai berikut

  1. Physique
    Seperangkat tampilan fisik dari sebuah produk, yang muncul dalam
    benak konsumen ketika memikirkan sebuah nama. Cara kerja branding
    sederhana yaitu: berfokus pada pengetahuan dan pemosisian klasik,
    mengandalkan atribut dan manfaat produk dan brand tertentu.
    Penampilan fisik memang penting, langkah pertama dalam
    mengembangkan brand adalah mendefinisikan aspek fisiknya.
  2. Personality
    Sebuah brand memiliki kepribadian atau karakter. Kepribadian atau
    karakter dapat ditonjolkan dengan pembuatan tagline, desain, atau warna
    tertentu dalam brand. Bahkan penggunaan model pun dapat
    mencerminkan kepribadian dari sebuah brand.
  3. Culture
    Culture yaitu sebuah system value dan prinsip dasar pada perilaku brand
    yang dicerminkan ke dalam sebuah brand. Banyak brand yang
    mengasosiasikan culture dengan negara asal brand tersebut. Budaya dari
    sebuah brand lebih dari sekadar manfaat produk atau kepribadian,
    melainkan juga ideologi. Budaya internal perusahaan juga merupakan
    aspek integral dari brand identity. Brand besar tidak hanya didorong oleh
    budaya tetapi juga menyampaikan budaya dari dalam juga.
  4. Relationship
    Relationship yaitu seberapa kuat hubungan yang ada antara sebuah
    brand dengan konsumennya. Brand dapat pula menyimbolkan suatu
    hubungan tertentu dengan orang lain. Dengan adanya relationship yang
    baik brand dapat mengetahui apa yang diinginkan dan diharapkan
    konsumen. Selain itu, brand juga dapat mengetahui kualitas dan
    pengalaman yang dirasakan oleh konsumen dalam menggunakan produk
    atau jasa. Hal tersebut dapat dijadikan patokan dalam melakukan inovasi
    brand kedepannya.
  5. Reflection
    Sebuah brand adalah cerminan pelanggan. Reflection, yaitu cerminan
    yang direpresentasikan oleh sebuah brand berdasarkan konsumen yang
    mengonsumsi produk yang ditawarkan. Cerminan tersebut merujuk
    kepada stereotypical user dari sebuah brand. Reflection dan target sering
    tertukar. Target menggambarkan calon pembeli atau pengguna brand.
    Reflection pelanggan tidak menggambarkan target; sebaliknya,
    pelanggan harus dicerminkan seperti yang diinginkan untuk dilihat
    sebagai hasil dari penggunaan brand.
  6. Self-image
    Jika reflection adalah cermin luar target, self-image adalah cermin
    internal target itu sendiri. Citra diri pelanggan membalikkan reflection
    pelanggan di kepalanya, alih-alih mewakili diri ideal pelanggan. Brand
    harus bertujuan untuk menyampaikan pesan yang memupuk visi tentang
    brand yang ideal menurut pelanggan agar beresonansi dengan audiens
    mereka.

Definisi Brand Identity

 


Brand identity bersifat nyata dan menarik bagi indrea, karena setiap orang
dapat melihatnya, menyentuhnya, memegangnya, mendengarnya, dan melihat
pergerakannya (Wheeler, 2018 : 4). Brand identity memicu pengakuan,
memperkuat diferensiasi, dan membuat ide dan makna besar dapat diakses.
Brand identity menimbulkan pengakuan, memperkuat perbedaan dan membuat
ide-ide besar yang dapat diakses. Brand identity mengambil elemen-elemen yang
berbeda dan menyatukannya ke dalam seluruh sistem. Jika brand identity yang
dibangun oleh sebuah perusahaan memiliki kesan yang baik dan mendapatkan
kepercayaan serta pengakuan dari khalayak, brand akan menjadi unggul dalam
pikiran khalayak meskipun di tengah-tengah ramainya persaingan di pasar. Untuk
menciptakan dan mengelola brand memerlukan strategi brand, yang intinya
adalah identitas brand yang memberikan arah, tujuan, dan makna bagi sebuah
brand. Menurut Aaker & McLoughlin (2020 : 186) Brand Identity adalah
seperangkat asosiasi brand yang ingin diciptakan atau dipertahankan oleh
perusahaan, citra brand eksternal yang aspiratif. Asosiasi yang dimaksudkan
yaitu mewakili apa yang dicita-citakan oleh brand dan membuktikan janji kepada
konsumen dari organisasi. Identitas merk atau brand identity adalah bagian
paling penting dalam proses pembangunan sebuah merek dan bagaimana brand
identity dari sebuah merek didefinisikan tergantung dari bagaimana sebuah
perusahaan atau sebuah brand ingin dilihat dan dipandang seperti apa oleh
masyarakat. Elemen brand adalah upaya visual bahkan kadang kala fisik yang
bertindak mengidentifikasi dan mendeferensiasi suatu produk atau jasa
perusahaan sehingga memiliki keunikan atau ciri khasnya tersendiri.

Definisi dan Jenis Branding

 


Branding adalah proses disiplin yang digunakan untuk membangun
kesadaran dan memperluas pelanggan loyalitas (Damayanti & Rizka, 2020).
Branding adalah tentang bagaimana cara memanfaatkan setiap kesempatan untuk
mengungkapkan dan membuat seseorang agar memilih satu merek lebih dari
yang lain. Menurut Damayanti dan Rizka (2020) terdapat jenis-jenis dari
branding sebagai, berikut:

  1. Co-branding: bermitra dengan merek lain untuk mencapai jangkauan
  2. Digital branding: web, media sosial, cari optimisasi mesin, mengemudi
    per-dagangan di web
  3. Personal branding: cara seorang individu membangun reputasi mereka
  4. Cause branding: menyelaraskan merek dengan amal sebab; atau
    perusahaan tanggung jawab sosial
  5. Country branding: upaya untuk menarik wisatawan dan bisnis

Jenis Brand

 


Menurut Firmansyah (2019: 65-66) merek memiliki beberapa jenis, yaitu
sebagai berikut:

  1. Product brand
    Branding produk merupakan hal yang paling umum dalam branding.
    Merek atau produk yang sukses adalah produk yang mampu mendorong
    konsumen untuk memilih produk miliknya di atas produk-produk
    pesaing lainnya.
  2. Personal brand
    Personal branding merupakan alat pemasaran yang paling populer di
    kalangan publik figure seperti politisi, musisi, selebriti, dan lainnya,
    sehingga mereka memiliki pandangan tersendiri di mata masyarakat.
  3. Corporate brand
    Corporate branding penting untuk mengembangkan reputasi sebuah
    perusahaan di pasar, meliputi semua aspek perusahaan tersebut mulai
    dari produk/jasa yang ditawarkan hingga kontribusi karyawan mereka
    terhadap masyarakat.
  4. Geographic brand
    Geographic branding atau regional bertujuan untuk memunculkan
    gambaran dari produk atau jasa ketika nama lokasi tersebut disebutkan
    oleh seseorang.
  5. Cultural brand
    Cultural brand mengembangkan reputasi mengenai lingkungan dan
    orang-orang dari lokasi tertentu atau kebangsaan

Fungsi Brand

 


Fungsi dari brand adalah untuk membedakan hasil produksi yang
dihasilkan seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama. Menurut
Firmansyah (2019: 54-56) fungsi dari brand adalah:

  1. Identity
    Identitas merek adalah apa yang dimaksud oleh merek dan bagaimana
    hal tersebut dirasakan. Identity dari sebuah brand adalah kata-kata,
    pikiran, dan gambaran yang muncul di benak ketika konsumen terlibat
    dengan brand dan bagaimana hal itu bisa membuat konsumen
    merasakannya.
  2. Trust
    Kepercayaan dianggap sebagai cara yang paling penting dalam
    membangun dan memelihara hubungan dengan konsumen dalam jangka
    panjang. Hal ini menjelaskan bahwa kepercayaan merupakan dasar
    penting terciptanya hubungan antara penjual dengan pembeli.
  3. Design
    Dengan membuat design brand dapat memilih dari ratusan template
    yang dapat disesuaikan dengan brand sehingga menunjukkan jati diri
    brand atau produk.
  4. Value
    Nilai suatu brand sama saja dengan membicarakan masa depan brand.
    Semakin kuat nilai brand, risiko kegagalannya semakin kecil.
  5. Strategy
    Produsen, distributor atau pedagang pengecer dapat melakukan strategi
    brand sebagai berikut: Individual Branding/Merek Individu dan Familiy
    Branding/Merek Keluarga
  6. Logo
    Logo adalah lambang atau simbol brand dari sebuah bisnis.
  7. Marketing
    Dengan adanya merek yang membuat produk yang satu beda dengan
    yang lain diharapkan akan memudahkan konsumen dalam menentukan
    produk yang akan dikonsumsinya berdasarkan berbagai pertimbangan
    serta menimbulkan kesetiaan terhadap suatu merek (brand loyalty).
  8. Advertising
    Untuk membangun mereknya sendiri harus sesuai dengan nilai-nilai
    yang diusung. Aktivitas kampanye iklan yang dilakukan harus konsisten
    dan secara hati-hati, terutama jika sedang dalam tahap pembangunan
    brand

Elemen Brand

 


Berikut beberapa elemen dalam membangun brand yang baik menurut
Lerman (2018 : 11-12):

  1. Entry (Awareness)
    Identity adalah elemen brand yang paling dipahami—dan mungkin yang
    paling dilebih-lebihkan. Hal tersebut adalah nama brand, logo, warna
    dan suara unik yang setiap orang datang untuk diasosiasikan dengan satu
    organisasi. Elemen satu ini harus memiliki ciri khas, mudah diingat,
    dapat dilindungi, dan sesuai karena hal tersebut yang diperhatikan dan
    diingat. Merupakan hal yang mungkin untuk mengenali identitas brand
    jauh sebelum Anda mengetahui apa pun tentang artinya.
  2. Long-list (Familiarity)
    Elemen ini termasuk mudah, tetapi sering diabaikan. Mendefinisikan
    arena persaingan brand memberitahu dunia apa yang brand lakukan dan
    siapa pesaing dari brand. Sebuah brand tidak dapat masuk daftar
    panjang kecuali brand tersebut memberi tahu pasarnya di mana akan
    bersaing. Mendefinisikan arena dapat menjadi tantangan bagi
    perusahaan yang terdiversifikasi.
  3. Short List (Consideration)
    Positioning adalah seperti apa kedengarannya-hubungan relatif suatu
    brand dengan pesaingnya. Mendapatkan daftar pendek membutuhkan
    komunikasi mengenai alasan khusus (atribut) yang paling penting bagi
    audiens target. Penentuan posisi menjadi rumit ketika brand memiliki
    audiens yang beragam yang mungkin memiliki kriteria pilihan yang
    sangat berbeda.
  4. Win (Choice)
    Karakter adalah kunci kemenangan. Setiap audiens dapat memberikan
    apa yang dibutuhkan. Elemen ini merupakan masalah kepercayaan,
    chemistry, atau prestise tapi karakter brand adalah faktor gerbang yang
    paling penting dalam pilihan. Seperti yang dapat dibayangkan, semakin
    penting pembelian atau penggunaan—untuk kehidupan, anggota tubuh,
    kesejahteraan, atau kebanggaan—semakin penting karakter.
  5. Retain (Loyalty)
    Pengalaman tidak bisa disangkal. Kegagalan yang konsisten untuk
    memenuhi janji brand akan mengarah pada kegagalannya. Itulah
    mengapa memikirkan setiap aspek pengalaman brand sangat penting.
    Brand yang hebat mengembangkan dan menguji ‘model’ komprehensif
    dari pengalaman brand-mendengarkan dengan cermat umpan balik dari
    audiens utama. Brand kemudian merekayasa ulang operasi yang telah
    dilakukan, melatih karyawan dan mitra, dan mengembangkan
    pengalaman brand dunia nyata

Tujuan Brand

 


Tujuan dari merek atau brand mencakup tujuan akhir dari bisnis yaitu
pendapatan serta citra brand yang baik dipasaran. Merek dapat menjadi identitas
bagi bisnis atau perusahaan yang dapat dijadikan sebagai pembeda dengan yang
lainnya. Berikut ini merupakan beberapa tujuan dari merek menurut Firmansyah
(2019: 26-28) :

  1. Membangun kesadaran merek (brand awareness)
    Tujuan dari kesadaran adalah mendominasi pasar dan mempermudah
    proses penjualan.
  2. Menciptakan koneksi emosional
    Ketika konsumen membeli produk atau jasa berdasarkan perasaan atau
    hubungan maka telah menimbulkan koneksi yang baik. Menciptakan
    hubungan emosional dengan konsumen merupakan hal yang penting dari
    strategi branding.
  3. Membedakan produk
    Ketika konsumen telah memahami mengapa produk dan jasa berbeda
    dengan yang lain atau bahkan lebih baik maka konsumen akan selalu
    memiliki alasan untuk membeli produk. Hal ini akan membuat produk
    pada posisi yang aman karena konsumen akan selalu memiliki alasan
    yang jelas untuk membeli produk.
  4. Menciptakan kredibilitas dan kepercayaan
    Pada dasarnya brand atau merek adalah reputasi yang dihasilkan dari
    janji yang telah dibuat dan dirawat secara konsisten. Hal ini dapat
    menciptakan pengakuan dari pasar dan konsumen akan mampu mengenal
    brand name dan simbol visual seperti logo, warna, kemasan atau produk.
    Selain itu, brand akan memiliki otoritas yang tinggi sehingga produk akan
    sulit dikalahkan oleh pesaing.
  5. Memotivasi pembelian
    Brand merupakan alat pemasaran yang efektif dan efisien untuk
    membangun minat, gengsi, motivasi dan daya tarik pembelian bagi
    konsumen. Bahkan konsumen akan tetal termotivasi untuk membeli
    produk sekalipun produk belum diluncurkan dipasaran. Dengan motivasi
    pembelian maka akan menciptakan loyalitas merek sehingga pelanggan
    akan setia untuk membeli produk-produk yang diperjualkan atau
    ditawarkan

Definisi Brand

 


Menurut Kotler, dkk (2020 : 240) yang dimaksud brand adalah nama,
istilah, tanda, simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya yang
mengidentifikasi pembuat atau penjual produk atau layanan. Brand juga dapat
diartikan lebih dari sekedar nama dan simbol, dimana brand dapat juga diartikan
sebagai elemen kunci dalam hubungan antara perusahaan dengan konsumen. Hal
tersebut dikarenakan brand mewakili persepsi dan perasaan konsumen mengenai
suatu produk dan kinerjanya, serta segala sesuatu yang memiliki arti yang
berkaitan dengan produk dan layanan bagi konsumen. Brand tentunya berbeda
dengan produk yang dapat dinikmati dan dirasakan langsung oleh konsumen,
karena brand hanya terdapat di ingatan dan ada dalam pikiran konsumen. Brand
cenderung memiliki identitas yang membedakan dirinya dengan produk lain yang
serupa, sehingga meskipun menawarkan barang yang terlihat sama, namun
dengan adanya brand tersebut membuat produk menjadi berbeda dengan yang
lainnya. Oleh karena itu, brand memiliki makna yang jauh melampaui atribut
fisik produk. Brand adalah value indicator dari apa yang ditawarkan dan
merupakan payung yang melingkupi produk atau pelayanan, perusahaan, pribadi,
atau bahkan negara (Damayanti & Rizka, 2020). Saat persaingan menciptakan
pilihan tak terbatas, perusahaan mencari cara untuk terhubung secara emosional
dengan pelanggan, menjadi tak tergantikan, dan menciptakan hubungan seumur
hidup (Wheleer, 2018). Sebuah brand yang kuat akan menonjol meskipun di
tengah-tengah ramainya pasar. Orang-orang jatuh cinta pada brand,
mempercayainya, dan percaya pada keunggulannya. Bagaimana sebuah merek
dipersepsikan memengaruhi kesuksesannya—entah itu sebuah perusahaan
rintisan, organisasi nirlaba, atau produk

Bauran Komunikasi Pemasaran

 


Menurut Kotler, dkk (2019 : 552) ada beberapa media komunikasi yang
digunakan oleh pemasar untuk menyampaikan pesan adalah:

  1. Advertising (Periklanan)
    Kotler, dkk (2019) mengungkapkan bahwa periklanan segala bentuk
    presentasi ide, barang, atau jasa non-pribadi yang dibayar oleh sponsor
    tertentu untuk mempromosikan atau menyampaikan pesan kepada
    konsumen dalam bentuk yang menarik sehingga dapat menarik perhatian
    khalayak yang melihatnya. Periklanan dapat dilakukan melalui berbagai
    macam media, seperti media luar ruang, media cetak, maupun media
    elektronik.
  2. Sales Promotion (Promosi Penjualan)
    Promosi penjualan merupakan salah satu media komunikasi yang
    digunakan dalam pemasaran. Menurut Kotler, dkk (2019) promosi
    penjualan dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai insentif
    jangka pendek untuk mendorong percobaan atau pembelian produk atau
    layanan (penawaran pasar). Alat promosi yang dapat digunakan untuk
    penjualan yaitu seperti kupon, kontes, harga premi, dan sejenisnya sangat
    beragam. Alat promosi penjualan dapat memberikan tiga manfaat yang
    berbeda untuk pemasar yaitu komunikasi, insentif, dan ajakan.
  3. Events and Experiences (Acara dan Pengalaman)
    Membuat acara-acara tertentu dapat menjadi media komunikasi yang
    digunakan oleh pemasar dalam menyampaikan pesan promosi kepada
    konsumen, seperti misalnya perusahaan ingin menyampaikan bahwa
    brand memiliki suatu hal baru yang ingin disampaikan dan dapat
    dilakukan dengan menggunakan kegiatan-kegiatan tertentu. Menurut
    Kotler, dkk (2019) media komunikasi ini merupakan aktivitas dan
    program yang disponsori perusahaan yang dirancang untuk menciptakan
    interaksi harian atau khusus yang terkait dengan merek. Tujuan dari
    media komunikasi ini yaitu agar memperkuat brand awareness dari
    brand dan menciptakan momen positif dari brand sehingga dapat
    meningkatkan loyalitas konsumen terhadap brand.
  4. Public Relations and Publicity (Hubungan Masyarakat dan Publisitas)
    Menurut Kotler, dkk (2019) hubungan masyarakat dan publisitas
    merupakan media komunikasi yang memiliki berbagai program yang
    dirancang dengan tujuan untuk menampilkan atau melindungi image
    perusahaan atau penawaran pasar individualnya. Hubungan masyarakat
    dan publisitas memiliki daya tarik yang didasarkan pada tiga sifat khusus
    yaitu kredibilitas yang tinggi dramatisasi.
  5. Direct Marketing (Pemasaran Langsung)
    Kotler, dkk (2019) mengungkapkan bahwa media komunikasi pemasaran
    langsung dapat dilakukan melalui penggunaan surat, telepon, faks, email,
    atau internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau meminta
    tanggapan atau dialog dari pelanggan dan calon pelanggan tertentu.
    Meski terdapat berbagai bentuk pemasaran langsung-surat langsung,
    pemasaran jarak jauh, pemasaran elektronik, dan sebagainya, media
    komunikasi ini memiliki karakteristik non publik, disesuaikan, terbaru,
    dan interaktif.
  6. Personal Selling (Penjualan Pribadi)
    Penjualan pribadi adalah media komunikasi pemasar yang paling efektif-
    biaya pada tahap proses pembelian lebih lanjut, terutama dalam
    membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli. Menurut
    Kotler, dkk (2019) penjualan pribadi dilakukan dengan cara berinteraksi
    tatap muka dengan satu atau lebih calon pembeli untuk tujuan membuat
    presentasi, menjawab pertanyaan dan mendapatkan tanggapan. Oleh
    karena itu penjualan pribadi memiliki tiga ciri khusus yaitu interaksi
    pribadi dengan konsumen, mempererat brand dengan konsumen, dan
    menciptakan tanggapan.
  7. Interactive Marketing (Pemasaran Interaktif)
    Menurut Kotler, dkk (2019) yang dimaksud dengan pemasaran interaktif
    adalah program dan kegiatan yang dilakukan secara online dan dirancang
    untuk melibatkan pelanggan atau prospek dan secara langsung atau tidak
    langsung meningkatkan awareness, meningkatkan image, atau
    memperoleh penjualan penawaran pasar (paket nilai, yaitu kombinasi
    atribut produk dan layanan). Pada media komunikasi pemasar ini
    konsumen dapat menyampaikan secara langsung apa yang sedang
    dibutuhkan atau diinginkan dengan harapan merek bisa memenuhi
    kebutuhan tersebut. Oleh karena itu, pemasaran interaktif bergantung
    sepenuhnya terhadap tindakan yang dilakukan konsumen.
  8. Word of Mouth Marketing (Pemasaran dari Mulut ke Mulut)
    Word of Mouth Marketing merupakan media komunikasi pemasaran yang
    dilakukan dengan kepercayaan konsumen yang didapatkan setelah
    pengalaman dalam melakukan pembelian dari suatu brand. Hal tersebut
    dapat terjadi apabila konsumen mendapatkan kepuasan saat
    menggunakan produk dari brand tersebut. Ketika hal tersebut terjadi,
    konsumen tidak akan merasa ragu untuk mempromosikan atau
    membicarakan produk dari brand kepada teman atau kerabat terdekat.
    Menurut Kotler, dkk (2019) yang dimaksud dengan word of mouth
    marketing adalah komunikasi lisan, tertulis, atau elektronik dari orang-
    ke-orang yang berhubungan dengan manfaat atau pengalaman membeli
    dan mengonsumsi penawaran pasar.
  9. Media Social Marketing (Pemasaran Media Sosial)
    Menurut Kotler, dkk (2019) pemasaran media sosial adalah komunikasi
    elektronik orang-ke-orang yang dilakukan melalui media online yang
    berhubungan dengan manfaat atau pengalaman membeli dan
    mengonsumsi penawaran pasar. Social media marketing dapat mengacu
    pada penggunaan media sosial untuk memasarkan produk dan layanan
    dari suatu perusahaan atau bisnis. Selain itu, social media marketing juga
    menyediakan wadah atau tempat dimana sebuah perusahaan dapat
    membagikan informasi yang ingin disampaikan kepada konsumen seperti
    memberikan diskon eksklusif dan kesempatan bagi konsumen untuk
    membuat konsumen merasa dihargai dan memperdalam ikatan khusus
    antara konsumen dengan brand. Social media marketing memiliki
    cakupan khalayak yang luas karena siapapun dapat melihat dan merasakan
    bentuk promosi yang disampaikan oleh brand

Elemen Komunikasi Pemasaran

 


Dalam melakukan komunikasi pemasaran perlu memperhatikan beberapa
aspek agar komunikasi pemasaran berjalan dengan efektif. Terdapat beberapa
elemen dalam komunikasi pemasaran harus memperhatikan tentang bagaimana
proses pengiriman dan penerimanan pesan. Berikut merupakan elemen-elemen
dasar dari komunikasi pemasaran agar dapat membuat pesan tersampaikan
dengan baik kepada konsumen (Firmansyah, 2020: 15-19).

  1. Komunikator
    Komunikator merupakan pihak yang membuat pesan dengan maksud
    tertentu untuk disampaikan kepada objek pesan atau disebut juga dengan
    komunikan. Komunikator, merupakan pihak yang memiliki maksud
    tertentu kepada objek agar objek tersebut bergerak sesuai dengan
    keinginannya. Komunikator dalam pemasaran dapat berupa seorang
    sales, pihak yang melakukan endorsement dan lain sebagainya. Apabila
    komunikator memiliki posisi atau dipandang baik oleh masyarakat, maka
    pesan yang disampaikan oleh komunikator tersebut akan cenderung
    mudah diterima oleh para komunikan.
  2. Komunikan
    Komunikan adalah pihak yang menjadi sasaran pesan dari komunikator.
    Oleh karena itu, komunikator yang baik tidak bisa mengabaikan
    komunikan yang hendak dituju. Sekalipun produk yang dijual sama, akan
    tetapi apabila komunikan berbeda maka pesan yang disusun juga idealnya
    mengikuti konteks yang dimiliki oleh si komunikan.
  3. Pesan
    Pesan adalah rumusan maksud yang disampaikan oleh komunikator
    kepada komunikan. Pesan biasanya terwujud dalam bentuk simbol-
    simbol bahasa tertentu, walaupun tidak menutup kemungkinan
    13
    diwujudkan dalam bentuk yang lain seperti warna, perilaku, lambang-
    lambang tertentu, dan lain sebagainya. Komunikasi pemasaran yang baik
    pasti akan selalu membuat pesan yang mudah diterima, tidak menyerang,
    tidak memaksa, dan tentunya efektif untuk mengajak atau membujuk
    calon konsumen untuk membeli produk yang dibuat oleh perusahaan atau
    pelaku bisnis tertentu.
  4. Media
    Media sarana yang digunakan agar pesan yang dibuat oleh komunikator
    dapat tersampaikan pada komunikan. Dalam komunikasi pemasaran
    media digunakan untuk membuat pesan yang telah dibuat oleh
    komunikator dapat diterima oleh konsumen sehingga konsumen memiliki
    minat untuk membeli produk yang telah dibuat oleh komunikator.
    Pemilihan media sangat berpengaruh pada tingkat keefektifan
    komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Oleh karena itu dalam
    setiap dalam setiap komunikasi pemasaran pemilihan media seharusnya
    dipikirkan matang-matang agar perusahaan dapat menghemat biaya
    sekaligus mencapai tujuan komunikasi dengan efektif.
  5. Hambatan
    Hambatan adalah hal-hal yang dapat mengurangi tingkat penerimaan
    pesan pada komunikan. Hambatan patut dipetakan dalam sebuah
    komunikasi karena berpeluang untuk membuat pesan tidak tersampaikan
    dengan baik, sehingga tujuan dari komunikasi pun tidak akan tercapai
    dengan sempurna. Oleh karena itu, sebaiknya seorang komunikator
    senantiasa memetakan dan memperhitungkan hambatan apa saja yang
    dapat membuat komunikasi yang dilakukan terganggu beserta cara
    mengatasinya.
  6. Tujuan
    Tujuan pokok dalam komunikasi pemasaran dapat dibilang adalah
    pelanggan mau untuk membeli produk yang dijual oleh perusahaan.
    Walaupun bentuk pesannya berbeda, akan tetapi tujuan pokok ini akan
    senantiasa menjadi goal akhir dari seluruh proses komunikasi pemasaran.
  7. Feedback
    Feedback atau umpan balik adalah respons yang diberikan oleh
    komunikan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator dalam
    sebuah pemasaran. Umpan balik sangat penting diperhatikan oleh
    komunikator karena dari situ dapat diketahui apakah komunikasi yang
    dilakukan sudah efektif dan efisien atau tidak.
  8. Produk
    Produk merupakan unsur pokok dalam komunikasi pemasaran karena
    produk inilah pesan dapat disusun dengan baik. Tanpa mengetahui
    produk yang dijual oleh perusahaan dengan baik, maka pesan-pesan yang
    dibuat pun tidak efektif dan bahkan bisa jadi membuat pelanggan tidak
    tertarik untuk membeli produk yang dijual perusahaan

Definisi Komunikasi Pemasaran

 


Menurut Kotler, dkk (2019 : 550) yang dimaksud dengan komunikasi
pemasaran adalah sarana yang digunakan oleh perusahaan dalam membujuk dan
membangkitkan gairah konsumen, tujuan dari membujuk konsumen agar
melakukan pembelian dan mendapatkan pengalaman dalam penawaran pasar
yang dipromosikan oleh perusahaan. Baik perusahaan dan pelanggan
mengevaluasi hubungan perdagangan keduanya dan, jika semuanya baik -baik
saja, pelanggan akan merekomendasikan dan melakukan tindakan untuk
menyebarkan informasi mengenai kepercayaan terhadap produk kepada orang
lain untuk perusahaan. Dalam arti tertentu, komunikasi pemasaran mewakili
suara perusahaan dan merek-mereknya. Sebuah perusahaan akan melakukan
komunikasi pemasaran untuk mengenalkan atau menginformasikan produk-
produk yang diperjualkan kepada publik. Setelah publik mengenal atau
mendapatkan kesadaran merek terkait dengan produk tersebut, maka perusahaan
akan melakukan komunikasi pemasaran kembali dengan membujuk atau
mempersuasi publik untuk mengonsumsi produk tersebut. Ketika produk tersebut
sudah terkenal, maka akan banyak kompetitor yang akan menyaingi produk
tersebut, untuk mempertahankan loyalitas konsumen terhadap produk, maka
perusahaan akan melakukan komunikasi pemasaran agar kesadaran merek dari
produk tersebut tidak menurun. Dengan kata lain, perusahaan akan selalu
membutuhkan komunikasi pemasaran untuk menjaga kestabilan produk dan
untuk menaikkan tingkat penjualan. Komunikasi pemasaran dapat dipandang
sebagai sebuah konsep yang bertujuan untuk memberikan nilai tambah pada
sebuah perencanaan dalam jangka waktu panjang dan secara luas yang mampu
mengevaluasi peran strategis dari berbagai alat komunikasi, dengan maksud
memberikan kejelasan konsistensi dan dampak komunikasi yang guna
meningkatkan penjualan dan menjaga stabilitas prpduk di pasaran. Sebagai
contoh: periklanan, pemasaran langsung, penjualan langsung, hubungan
masyarakat dan sebagainya atau dapat menggabungkan alat promosi tersebut
untuk memberikan penjelasan tentang konsistensi dan memaksimalkan dampak
dari komunikasi. Komunikasi pemasaran memiliki peran penting sebagai alat
komunikasi yang optimal untuk digunakan dalam melaksanakan jual beli produk.
Komunikasi pemasaran merupakan usaha dalam menyampaikan sebuah pesan
kepada publik terutama target konsumen yang ingin disasarkan mengenai
keberadaan produk di pasar. Untuk dapat mencapai target sasaran dari
komunikasi pemasaran harus memilih salah satu atau gabungan dari media yang
tepat untuk digunakan, menentukan tujuan yang akan dicapai, pengemasan
pesan yang akan disampaikan, serta teknik yang akan digunakan. Dalam
komunikasi pemasaran terutama kegiatan kegiatan konsumen, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi seorang konsumen yang membentuk pribadinya
secara internal maupun eksternal. Komunikasi pemasaran juga dapat dinyatakan
sebagai alat bantu konsumen dalam melakukan pengambilan keputusan,
membagikan informasi, dan menjadi patokan untuk meningkatkan kesadaran
konsumen dan penjual terhadap produk. Oleh karena itu, komunikasi pemasaran
mempunyai peranan penting dalam meningkatkan relasi hubungan antara
konsumen dengan penjual dan membuat kedua belah pihak mendapatkan
keuntungan. Dalam meraih keuntungan bagi penjual, maka diperlukan
komunikasi pemasaran yang efektif agar dapat menciptakan kepuasan bagi
konsumen, sehingga dapat meningkatkan loyalitas dari konsumen.
Menurut Tasnim, dkk (2021 : 2) ada beberapa hal yang harus dipastikan
dalam isi komunikasi pemasaran, yaitu berkaitan dengan:

  1. Keistimewaan dari produk yang ditawarkan dibanding dengan produk
    yang lain.
  2. Kemudahan untuk mendapatkan produk. Hal ini berkaitan dengan
    informasi tentang tempat dan waktu penyediaan.
  3. Kesempatan konsumen untuk bernegosiasi, khususnya dari aspek harga.

Indikator Minat Beli

 


Menurut Ferdinand (2002), minat beli dapat dikelompokkan menjadi
beberapa jenis dan tingkatan, yaitu:
a. Minat Transaksional
Kecenderugan seseorang untuk membeli produk. Hal ini bermaksud
yakni konsumen telah memiliki minat untuk melakukan pembelian
suatu produk tertentu yang diinginkan.
b. Minat Referensial
Kecenderungan konsumen untuk mereferensikan produk kepada orang
lain. Hal ini bermaksud yakni seorang konsumen yang telah memiliki
minat untuk membeli akan menyarankan kepada orang lain untuk
melakukan pembelian yang sama.
c. Minat Preferensial
Minat yang menggambarkan perilaku konsumen yang memiliki
preferensi utama pada produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat
diganti jika terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
d. Minat Eksploratif
Menggambarkan perilaku konsumen yang selalu mencari informasi
mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk
mendukung sifat-sifat positif dari produk tersebut.

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Minat Beli

 


Menurut Assael (2002), terdapat dua factor yang dapat mempengaruhi
minat beli konsumen, yaitu:
a. Lingkungan
Lingkungan disekitar dapat mempengaruhi minat beli konsumen
dalam pemilihan suatu produk tertentu.
b. Stimulus Pemasaran
Pemasaran berupaya menstimulus konsumen sehingga dapat menarik
minat beli konsumen.
Kemudian menurut Abdurachman (2004), terdapat beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi minat beli konsumen, diantaranya:
a. Faktor Kualitas
Atribut produk yang dipertimbangkan dari segi manfaat fisiknya.
b. Faktor Merek
Atribut yang memberikan manfaat non material, yaitu kepuasan
emosional.
c. Faktor Kemasan
Atribut produk berupa pembungkus atau penutup daripada produk
utamanya.
d. Faktor Harga
Pengorbanan riil dan materiel yang diberikan oleh konsumen untuk
memperoleh atau memiliki produk.
e. Faktor Ketersediaan Barang
Sejauh mana sikap konsumen terhadap ketersediaan produk yang ada.
f. Faktor Acuan
Pengaruh dari luar yang ikut memberikan rangsangan bagi konsumen
dalam memilih produk, sehingga dapat pula dipakai sebagai media
promosi.