Showing posts with label judul akutansi. Show all posts
Showing posts with label judul akutansi. Show all posts

Saturday, May 11, 2024

Manfaat Penilaian Kinerja

 


Husaini, (2011:49) menyebutkan beberapa manfaat penilaian kinerja dapat
dirinci sebagai berikut:

  1. Meningkatnya objektivitas penilaian kinerja karyawan.
  2. Meningkatnya keefektifan penilaian kinerja karyawan.
  3. Meningkatnya kinerja karyawan.
  4. Mendapatkan bahan-bahan pertimbangan yang objektif dalam pembinaan
    karyawan tersebut baik berdasarkan sistem karir maupun prestasi.

Kriteria Penilaian Kinerja

 


Bernardin and Russel dalam Samsuddin, (2018:89) menyebutkan 6 kriteria
untuk menilai kinerja karyawan yaitu:

  1. Quality yaitu Tingkatan dimana proses atau penyesuaian pada cara yang ideal
    di dalam melakukan aktifitas atau memenuhi aktifitas yang sesuai harapan.
  2. Quantity yaitu Jumlah yang dihasilkan diwujudkan melalui nilai mata uang,
    jumlah unit, atau jumlah dari siklus aktifitas yang telah diselesaikan.
  3. Timeliness yaitu Tingkatan dimana aktifitas telah diselesaikan dengan waktu
    yang lebih cepat dari yang ditentukan dan memaksimalkan waktu yang ada
    untuk aktifitas lain.
  4. Cost effectiveness yaitu Tingkatan dimana penggunaan sumber daya
    perusahaan berupa manusia, keuangan, dan teknologi dimaksimalkan untuk
    mendapatkan hasil yang tertinggi atau pengurangan kerugian dari tiap unit.
    Ini dapat dilihat seberapa banyak seseorang melakukan efisiensi.
  5. Need for supervision yaitu Tingkatan dimana seorang karyawan dapat
    melakukan pekerjaannya tanpa perlu meminta pertolongan atau bimbingan
    dari atasannya.
  6. Interpersonal impact yaitu Tingkatan dimana seorang karyawan merasa
    percaya diri, punya keinginan yang baik, dan bekerja sama di antara rekan
    kerja

Faktor-faktor yang memengaruhi Kinerja

 


Menurut Moorhead dan Chung/Megginson, dalam Samsuddin, (2018:79)
kinerja pegawai dipengaruhi oleh beberapa faktor:

  1. Kualitas Pekerjaan (Quality of Work), Merupakan tingkat baik atau buruknya
    sesuatu pekerjaan yang diterima bagi seorang pegawai yang dapat dilihat dari
    segi ketelitian dan kerapihan kerja, keterampilan dan kecakapan.
  2. Kuantitas Pekerjaan (Quantity of Work), Merupakan seberapa besarnya beban
    kerja atau sejumlah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh seorang pegawai.
    Diukur dari kemampuan secara kuantitatif didalam mencapai target atau hasil
    kerja atas pekerjaan-pekerjaan baru.
  3. Pengetahuan Pekerjaan (Job Knowledge), Merupakan proses penempatan
    seorang pegawai yang sesuai dengan background pendidikan atau keahlian
    dalam suatu pekerjaan. Hal ini ditinjau dari kemampuan pegawai dalam
    memahami hal-hal yang berkaitan dengan tugas yang mereka lakukan.
  4. Kerjasama Tim (Teamwork), Melihat bagaimana seorang pegawai bekerja
    sama dengan orang lain dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Kerjasama
    tidak hanya sebatas secara vertikal ataupun kerjasama antar pegawai, tetapi
    kerjasama secara horizontal merupakan faktor penting dalam suatu kehidupan
    organisasi yaitu dimana antar pimpinan organisasi dengan para pegawainya
    terjalin suatu hubungan yang kondusif dan timbal balik yang saling
    menguntungkan.
  5. Kreatifitas (Creativity), Merupakan kemampuan seorang pegawai dalam
    menyelesaikan pekerjaannya dengan cara atau inisiatif sendiri yang dianggap
    mampu secara efektif dan efisien serta mampu menciptakan perubahanperubahan baru guna perbaikan dan kemajuan organisasi.
  6. Inovasi (Inovation), Kemampuan menciptakan perubahan-perubahan baru
    guna perbaikan dan kemajuan organisasi. Hal ini ditinjau dari ide-ide
    cemerlang dalam mengatasi permasalahan organisasi.
  7. Inisiatif (Initiative), melingkup beberapa aspek seperti kemampuan untuk
    mengambil langkah yang tepat dalam mengahadapi kesulitan, kemampuan
    untuk melakukan sesuatu pekerjaan tanpa bantuan, kemampuan untuk
    mengambil tahapan pertama dalam kegiatan.

Pengertian Kinerja Karyawan

 


Nurhasanah et al., (2021: 137) Kinerja adalah proses dan hasil kerja (output
baik kualitas maupun kuantitas) yang dicapai pegawai persatu periode waktu dalam
melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.
Menurut Simamora dalam Nurhasanah et al., (2021:137) Kinerja adalah suatu
konsep yang bersifat universal yang merupakan efektivitas operasional suatu
organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan standar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Sukmalana dalam Samsuddin, (2018:78) memberikan pengertian kinerja
sebagai sesuatu yang dikerjakan dan dihasilkan dalam bentuk produk maupun jasa
dalam periode tertentu dan ukuran tertentu oleh seseorang atau kelompok orang
didasarkan pada kecakapan, kemampuan, pengetahuan maupun pengalamannya.
Siagian, (2002: 95) menyatakan bahwa kinerja dapat diartikan sebagai
prestasi atau kemampuan seseorang yang mencakup unsur-unsur keandalan,
prakarsa, inovasi, ketelitian, hasil kerja, kehadiran, sikap, kerja sama, kerapian,
mutu pekerjaan dan lain-lain.

Kinerja Karyawan

 


Samsuddin, (2018: 75) menyatakan bahwa Kinerja karyawan merupakan
tingkat keberhasilan karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Kesuksesan dan kinerja suatu perusahaan bisa dilihat dari kinerja yang telah dicapai
oleh karyawannya, oleh sebab itu perusahaan menuntut agar para karyawannya
mampu menampilkan untuk kinerja yang optimal.

Indikator Gaya kepemimpinan


Veitzhal, (2012: 53) mengemukakan bahwa seorang pemimpin dalam
menerapkan kepemimpinannya harus bisa dan mampu secara dewasa
melaksanakan kedewasaan terhadap instansi atau organisasinya, kepemimpinan
dibagi kedalam lima indikator, yaitu:

  1. Kemampuan untuk membina kerjasama dan hubungan yang baik
    a. Membangun kerja sama serta hubungan yang baik dengan bawahan
    dalam melaksanakan tugas yang sudah menjadi tanggung jawab.
    b. Kompetensi seorang pemimpin dalam mendorong bawahannya.
  2. Kemampuan yang efektivitas
    a. Bisa menyelesaikan pekerjaan diluar kemampuan.
    b. Bisa mengerjakan tugasa tepat pada waktunya.
    c. Datang tepat waktu dan tidak terlambat.
  3. Kepemimpinan yang efektivitas
    a. Mengambil keputusan dengan jalan berdiskusi dan bertukar pikiran.
    b. Mampu mengatasi masalah secara tepat.
    c. Bisa dalam memiliki masalah yang terjadi pada pekerjaan.
  4. Kemampuan dalam mendelegasikan tugas dan waktu
    a. Sanggup untuk membawa kepentingan pribadi dan organisasi kepada
    kepentingan yang lebih luas, yaitu kepentingan organisasi
    menggunakan waktu sisa untuk keperluan pribadi.
    b. Mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung
    jawab yang sudah di tentukan. 
  5. Kemampuan dalam mendelegasikan tugas atau wewenang.
    a. Tanggung jawab seorang pemimpin dalam menyelesaikan tugas mana
    yang harus ditanda tangani sendiri dan mana yang harus secara
    kelompok.
    b. Memberikan bimbingan dan pengarahan dalam mengambil keputusan.

Faktor-faktor yang memengaruhi Gaya Kepemimpinan

 


Dalam melaksanakan aktivitas pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor. Menurut H. Joseph Reitz yang dikutip Nanang Fattah dalam (Ode Zusnita
Muizu & Irfan, 2017), faktor yang memengaruhi gaya kepemimpinan adalah
sebagai berikut:

  1. Kepribadian (personality).
    Pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal mencakup nilai-nilai,
    latar belakang dan pengalamannya akan memengaruhi pilihan akan gaya
    kepemimpinan.
  2. Harapan dan perilaku atasan.
  3. Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan memengaruhi terhadap apa
    gaya kepemimpinan yang digunakan.
  4. Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan memengaruhi gaya
    pemimpin.
  5. Iklim dan kebijakan organisasi memengaruhi harapan dan perilaku
    bawahan.
  6. Harapan dan perilaku rekan

Jenis-jenis Gaya Kepemimpinan

 


Secara relative, ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu
otokratis, demokratis, dan laisesez-faire. Kebanyakan manager menggunakan
ketiganya pada suatu waktu, tetapi gaya yang paling sering digunakan akan dapat
dipakai untuk membedakan seorang manajer sebagai pemimpin yang otokratis,
demokratis, atau laisesez-faire. Menurut White dan Lippit yang dikutip oleh T. Hani
& Reksohadiprodjo (2001:298), mengemukakan tiga tipe kepemimpinan yaitu:

  1. Otokratis
    a. Semua penentuan kebijaksanaan ditentukan oleh pemimpin.
    b. Teknik-teknik dan langkah-langkah diatur oleh atasan setaip waktu,
    sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk
    tingkat yang luas.
  2. Demokratis
    a. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan
    diambil dengan dorongan dan bantuan kelompok.
    b. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan
    kelompok dibuat dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis,
    pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur yang dapat
    dipilih.
  3. Laisesez-faire
    a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan
    partisipasi minimal dari pemimpin.
    b. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang
    membuat orang selalu siap bila dia memberikan informasi saat ditanya.

Pengertian Gaya Kepemimpinan

 


Arif dalam Samsuddin, (2018:37) berpendapat bahwa pemimpin dituntut
untuk mengetahui atau menebak kebutuhan (need), keinginan (want), dan harapan
(expectation) bawahannya dengan cara mengamati perilaku mereka, untuk memilih
metode yang dapat digunakan supaya mereka bertindak sesuai dengan tujuan
pemimpin.
Menurut Mulyadi dalam Nurhasanah et al., (2021:137). Gaya kepemimpinan
adalah sekumpulan ciri yang digunakan pimpinan untuk memengaruhi pegawainya
agar sasaran organisasi tercapai atau dapat pula di katakan pola perilaku dan strategi
yang di terapkan oleh seorang pemimpin.
Menurut Busro, (2018:226) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan
adalah suatu cara bagaimana seorang pemimpin mampu memengaruhi para
pengikut agar dengan sukarela mau melakukan berbagai tindakan bersama yang di
perintahkan oleh pimpinan tanpa merasa bahwa dirinya ditekan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi.
Menurut Bangun dalam Ewaldy et al., (2022:115) Leadership
(kepemimpinan) adalah proses yang digunakan pimpinan untuk mengarahkan
organisasi dan pemberian contoh perilaku terhadap para pengikut (anak
buah/bawahannya)

Gaya Kepemimpinan

 


Menurut Samsuddin, (2018: 32) menyatakan bahwa Dalam suatu organisasi
peran kepemimpinan memegang peran yang penting. Hal ini karena kepemimpinan
akan memberikan dorongan dan semangat bagi karyawan dalam melaksanakan
tugas.

Indikator Disiplin Kerja

 


Hasibuan (2007:194) menjelaskan indikator-indikator disiplin kerja
karyawan adalah sebagai berikut:

  1. Tujuan dan Kemampuan
    Tujuan dan Kemampuan ikut memengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan.
    Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup
    menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa tujuan
    (pekerjaan) yang dibebankan kepada karyawan harus sesuai dengan
    kemampuan karyawan bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan
    disiplin dalam mengerjakannya.
  2. Teladan Pimpinan.
    Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan karyawan
    karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya,
    pimpinan harus memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta
    sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,
    kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik
    (kurang disiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.
  3. Balas Jasa.
    Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut memengaruhi kedisiplinan karyawan
    karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan
    terhadap perusahaan atau pekerjaannya. Jika kecintaan karyawan semakin
    baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula.
  4. Keadilan.
    Keadilan ikut mendorong terwujudnnya kedisiplinan karyawan, karena ego
    dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan
    sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan
    dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang
    terciptanya kedisiplinan karyawan yang baik.
  5. Waskat.
    Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam
    mewujudkan kedisiplinan karyawan perusahaan. Dengan waskat berarti
    atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah
    kerja dan prestasi kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu ada
    atau hadir ditempat kerja agar dapat mengawasi dan memberikan petunjuk,
    jika ada bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
    pekerjaannya.
  6. Sanksi Hukum.
    Sanksi hukum berperan dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan
    sanksi hukuman yang semakin berat, karyawan akan semakin takut
    melanggar peraturan-peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner
    karyawan akan berkurang.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Disiplin Kerja

 


Singodimejo dalam Manalu, (2019:2) menegaskan bahwa faktor yang
memengaruhi disiplin kerja adalah:

  1. Besar kecilnya pemberian kompensasi.
    Para karyawan akan mematuhi segala peraturan yang berlaku, bila ia merasa
    mendapat jaminan balas jasa yang setimpal dengan jerih payahnya yang telah
    dikontribusikan bagi perusahaan.
  2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam organisasi.
    Keteladanan pimpinan sangat penting sekali, karena dalam lingkungan
    perusahaan, semua karyawan akan selalu memperhatikan bagaimana ia dapat
    mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan, dan sikap yang dapat
    merugikan aturan disiplin yang telah ditetapkan.
  3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
    Pembinaan disiplin tidak akan dapat terlaksana dalam perusahaan, bila tidak
    ada aturan tertulis yang pasti untuk dapat dijadikan pegangan bersama.
  4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan.
    Dengan adanya tindakan terhadap pelanggaran disiplin, sesuai dengan sanksi
    yang ada, maka semua karyawan akan merasa terlindungi, dan dalam hatinya
    berjanji tidak akan berbuat hal yang serupa.
  5. Ada tidaknya pengawasan pimpinan.
    Dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perlu ada
    pengawasan, yang akan mengarahkan karyawan agar dapat melaksanakan
    pekerjaan dengan tepat dan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
  6. Ada tidaknya perhatian kepada para pegawai.
    Karyawan adalah manusia yang mempunyai perbedaan karakter antara satu
    satu dengan yang lain. Seorang karyawan tidak hanya puas dengan
    penerimaan kompensasi yang tinggi, pekerjaan yang menantang, tetapi juga
    mereka masih membutuhkan perhatian yang besar dari pimpinannya sendiri.
  7. Diciptakannya kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
    Kebiasaan-kebiasaan positif itu antara lain:
    a) Saling menghormati, bila bertemu dilingkungan pekerjaan.
    b) Melontarkan pujian sesuai dengan tempat dan waktunya, sehingga para
    karyawan akan turut merasa bangga dengan pujian tersebut.
    c) Sering mengikut sertakan karyawan dalam pertemuan-pertemuan,
    apalagi pertemuan yang berkaitan dengan nasib dan pekerjaan mereka.
    d) Memberi tahu bila ingin meninggalkan tempat kepada rekan sekerja,
    dengan menginformasikan, kemana dan untuk urusan apa, walaupun
    kepada bawahan sekalipun.

Manfaat Disiplin Kerja

 


Menurut Sutrisno (2009:88) manfaat disiplin kerja dapat dilihat bagi
kepentingan organisasi dan karyawan, yaitu:

  1. Bagi Organisasi
    Bagi organisasi adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib
    dan kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga diperoleh hasil yang optimal.
  2. Bagi Karyawan
    Bagi karyawan adanya disiplin kerja akan diperoleh suasana kerja yang
    menyenangkan sehingga akan menambah semangat kerja dalam
    melaksanakan pekerjaannya.

Jenis-jenis Disiplin Kerja

 


Sinambela dalam Illanisa et al., (2019:18). mengatakan ada dua jenis-jenis
disiplin kerja diantaranya:

  1. Disiplin kerja preventif, merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
    membuat karyawan mematuhi dan mengikuti segala bentuk aturan yang
    sudah ditetapkan oleh perusahaan. Tujuan disiplin preventif salah satunya
    untuk memberikan arahan kepada karyawan agar karyawan bisa bekerja lebih
    disiplin dan taat pada peraturan perusahaan.
  2. Disiplin kerja korektif, merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
    membuat karyawan bergerak, bekerja dan mentaati semua peraturan yang
    sudah ditetapkan di dalam suatu perusahaan. Dan jika karyawan melanggar
    aturan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, karyawan tersebut akan diberi
    hukuman supaya karyawan tersebut bisa menginstropeksi dirinya sendiri

Indikator Komunikasi

 


Komunikasi merupakan proses pemindahan suatu informasi, ide, pengertian
dari seseorang kepada orang lain dengan harapan orang lain tersebut dapat
menginterprestasikannya sesuai tujuan yang dimaksud. Menurut MiftahThoha,
(2014:191), menyatakan indikator komunikasi antar pribadi bisa efektif adalah,
Keterbukaan, Empati, Dukungan, Kepositifan, Kesamaan.
Berdasarkan indikator komunikasi yang dikemukakan diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut:

  1. Keterbukaan
    Untuk menunjukan keterbukaan dari komunikasi antar pribadi paling sedikit
    ada dua aspek, yakni: aspek keinginan untuk terbuka bagi setiap orang yang
    berinteraksi dengan orang lain. Dengan keinginan untuk terbuka ini
    dimaksudkan agar diri masing-masing tidak tertutup didalam menerima
    informasi dan berkeinginan untuk menyampaikan informasi dari dirinya
    bahkan juga informasi mengenai dirinya kalau dipandang relevan dalam
    rangka pembicaraan antar pribadi dengan lawan bicaranya. Aspek lainnya
    ialah keinginan secara jujur semua stimuli yang datang kepadanya.
  2. Empati
    Dengan empati dimaksudkan untuk merasakan sebagai mana yang dirasakan
    oleh orang lain suatu perasaan bersama perasaan orang lain yakni, mencoba
    merasakan dalam cara yang sama dengan perasaan orang lain. Dan yang
    paling penting ialah kita tidak bakal memberikan penilaian pada perilaku atau
    sikap mereka sebagai perilaku atau sikap yang salah atau benar.
  3. Dukungan
    Dengan dukungan ini akan tercapai komunikasi antar pribadi yang efektif.
    Dukungan adakalanya terucapkan dan tidak terucapkan. Dukungan yang
    tidak terucapkan tidaklah mempunyai nilai yang negatif, melainkan dapat
    merupakan aspek positif dari komunikasi. Sedangkan dalam keterbukaan dan
    empati komunikasi antar pribadi tidak bisa hidup dalam suasana yang penuh
    ancaman.
  4. Kepositifan
    Komunikasi akan berhasil jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri
    seseorang. Komunikasi akan terpelihara baik jika suatu perasaan positif
    terhadap orang lain itu dikomunikasikan. Suatu perasaan positif dalam suatu
    komunikasi umum, amat bermanfaat untuk mengefektifkan kerja sama.
  5. Kesamaan
    Komunikasi bisa efektif jika orang-orang yang berkomunikasi itu dalam
    suasana kesamaan, bukan berarti bahwa orang-orang yang tidak mempunyai
    kesamaan tidak bisa berkomunikasi

Jenis-jenis Komunikasi

 


Jenis komunikasi yang dapat digunakan dalam suatu organisasi terdapat
beberapa jenis, diantaranya:
Jenis komunikasi yang dapat digunakan dalam suatu organisasi terdapat
beberapa jenis, diantaranya:

  1. Kadarman, Jusuf Udaya (2001, hal. 151) menyatakan komunikasi dapat
    digolongkan dalam berbagai jenis seperti, komunikasi ke bawah, ke atas, dan
    kesamping secara menyilang.
  2. Edy Sutrisno (2011, hal. 45) menyatakan komunikasi dapat digolongkan
    dalam berbagai jenis seperti, komunikasi verbal dan nonverbal, komunikasi
    satu arah dan dua arah

Fungsi Komunikasi

 


Organisasi komunikasi yang baik sangat dibutuhkan, agar pencapaian tujuantujuan organisasi terwujud. Wandi et al., (2019:22) menyebutkan Ada beberapa
fungsi komunikasi, yaitu:

  1. Komunikasi berfungsi sebagai pengendali perilaku organisasi.
  2. Komunikasi berfungsi untuk membangkitkan motivasi pegawai.
  3. Komunikasi berperan sebagai pengungkapan emosi.
  4. Komunikasi berperan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan
    dimana komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan
    kelompok untuk mengambil suatu keputusan dengan penyajian data guna
    mengenali dan menilai berbagai alternatif keputusan.

Tujuan dan Manfaat Komunikasi

 


Menurut Husaini, (2011:420) menyebutkan tujuan dan manfaat komunikasi
dapat dilihat sebagai berikut:

  1. Sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan manajerial dan hubungan
    sosial.
  2. Menyampaikan dan atau menerima informasi.
  3. Menyampaikan dan menjawab pertanyaan.
  4. Mengubah perilaku (pola pikir, perasaan, dan tindakan) melalui perencanaan,
    pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
  5. Mengubah keadaan sosial.
  6. Dua hal yang dapat mengubah perilaku dan keadaan sosial adalah komunikasi
    dan pengambilan keputusan.

Pengertian Komunikasi

 


Komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal ari kata latin
communication, dan bersumber dari kata communts yang berarti sama makna. Jadi,
kalau dua orang terlihat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan,
makna komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna
mengenai apa yang di percakapan (Permatasari, 2019).
Menurut Handoko (2012:272), komunikasi adalah pemindahan pengertian
dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan
pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam
percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi, titik putus vokal dan sebagainya.
Menurut Robert Bacal dalam Wandi et al., (2019:20), Komunikasi merupakan
bagian integral dari suatu proses manajemen, melalui komunikasi yang efektif
kerja sama yang harmonis dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan.
Hamali, (2016) mengatakan bahwa komunikasi kerja adalah suatu proses
penyampaian ide-ide dan informasi berupa perintah dan petunjuk kerja dari seorang
pimpinan kepada karyawan atau para bawahannya untuk melaksanakan tugas-tugas
kerja dengan sebaik-baiknya.
Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara, (2013:145), komunikasi
adalah proses pemindahan suatu informasi, ide, pengertian dari seseorang kepada
orang lain dengan harapan orang lain tersebut dapat menginterprestasikannya sesuai
dengan tujuan yang dimaksud.

Komunikasi

 


Komunikasi merupakan salah satu kegiatan interaksi yang sangat penting
dalam kehidupan sosial manusia, karena seluruh kegiatan manusia, dimulai dengan
komunikasi. Dalam suatu organisasi makna komunikasi berperan sangat penting,
pentingnya komunikasi dalam perusahaan adalah dimana dalam melakukan
pekerjaan diantara sesama pegawai memerlukan komunikasi yang efektif agar
dapat dimengerti pesan-pesan tentang pekerjaan (Wandi et al., 2019). Keefektifan
komunikasi akan berjalan dengan baik apabila sama-sama memahami maksud dari
informasi komunikasi tersebut.