Sunday, October 24, 2021

Hubungan harga terhadap keputusan pembelian (skripsi dan tesis)


Harga menurut Abubakar (2018:40) adalah sejumlah uang yang harus
dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk atau jasa yang dibelinya
guna memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Berdasarkan landasan teori 
tersebut, harga merupakan komponen penting, karena harga berpengaruh terhadap
pertimbangan konsumen untuk membeli suatu produk. Terpenuhinya kebutuhan
dan keinginan konsumen, tidak terlepas dari kemampuan financial yang
dimilikinya. Sehingga konsumen akan mencari harga yang sesuai dengan
kapasitas keuangannya. Untuk itu, perusahaan harus mampu menarik perhatian
konsumen dengan menetapkan harga yang tepat terhadap produk yang
ditawarkannya dan juga harga yang sesuai dengan kualitas dan manfaatnya
sehingga hal tersebut diharapkan akan mendorong konsumen memutuskan
pembelian terhadap produk tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Kotler dan
Armstrong (2012: 318) yang menjelaskan ada empat ukuran yang dapat
mencirikan harga, yaitu keterjangkaun harga, kesesuaian harga dengan kualitas
produk, kesesuaian harga dengan manfaat, dan harga sesuai kemampuan atau daya
saing harga. 

Indikator Keputusan Pembelian (skripsi dan tesis)

 


Ada tiga indikator dalam menentukan keputusan pembelian (Kotler and
Keller, 2012), yaitu:
a. Kemantapan pada sebuah produk
Pada saat melakukan pembelian, konsumen memilih salah satu dari beberapa
alternatif. Pilihan yang ada didasarkan pada mutu, kualitas dan faktor lain yang
memberikan kemantapan bagi konsumen untuk membeli produk yang 
dibutuhkan. Kualitas produk yang baik akan membangun semangat konsumen
sehingga menjadi penunjang kepuasan konsumen.
b. Kebiasaan dalam membeli produk
Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus-menerus dalam melakukan
pembelian produk yang sama. Ketika konsumen telah melakukan keputusan
pembelian dan mereka merasa produk sudah melekat dibenaknya bahkan
manfaat produk sudah dirasakan. Konsumen akan merasa tidak nyaman jika
membeli produk lain.
c. Kecepatan dalam membeli sebuah produk
Konsumen sering mengambil sebuah keputusan dengan menggunakan aturan
(heuristik) pilihan yang sederhana. Heuristik adalah sebuah proses yang
dilakukan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan secara cepat,
menggunakan sebuah pedoman umum dalam sebagian informasi saja

Dimensi Keputusan Pembelian (skripsi dan tesis)

 


Kotler dam Armstrong (2016:188) mengemukakan keputusan pembelian
memiliki dimensi sebagai berikut:
1. Pilihan produk
Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli sebuah produk atau
menggunakan uangnya untuk tujuan yang lain. Dalam hal ini perusahaan
harus memusatkan perhatiannya kepada orang-orang yang berminat
membeli sebuah produk serta alternatif yang mereka pertimbangkan.
2. Pilihan merek
Konsumen harus mengambil keputusan tentang merek nama yang akan
dibeli setiap merek memiliki perbedaan tersendiri. Dalam hal ini perusahaan
harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.
3. Pilihan penyalur
Konsumen harus mengambil keputusan tentang penyalur mana yang akan
dikunjungi. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur
bisa dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan
barang yang lengkap, kenyamanan dalam belanja, keluasan tempat dan lainlain. 
4. Waktu pembelian
Keputusan konsumen dalam pemilihan waktu pembelian bisa berbeda-beda
misalnya ada yang membeli setiap hari, satu minggu sekali, dua minggu
sekali dan lain sebagainya.
5. Jumlah pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk
yang akan dibelanjakan pada suatu saat. Pembelian yang dilakukan
mungkin lebih dari satu. Dalam hal ini perusahaan harus mempersiapkan
banyaknya produk sesuai dengan keinginan yang berbeda-beda.
6. Metode pembayaran.
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang metode pembayaran yang
akan dilakukan dalam pengambilan keputusan menggunakan produk atau
jasa. Saat ini keputusan pembelian dipengaruhi oleh tidak hanya oleh aspek
lingkungan dan keluarga, keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh
teknologi yang digunakan dalam transaksi pembelian.

Proses Keputusan Pembelian (skripsi dan tesis)

 


Keputusan pembelian konsumen menjadi fokus dalam menentukan
eksistensi perusahaan (Ismayana dan Hayati, 2018). Kotler dan Keller (2016:195)
menyatakan bahwa proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap sebagai
berikut. 

1. Problem recognition (Pengakuan Masalah)
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali masalah atau perlu dipicu
oleh rangsangan internal atau eksternal. Dengan satu stimulus internal
kebutuhan normal seseorang.
2. Information search (Pencarian Informasi)
Konsumen tertarik mungkin atau mungkin tidak mencari informasi lebih
lanjut. Jika drive konsumen kuat dan produk yang memuaskan sudah dekat, ia
mungkin membelinya kemudian. Jika tidak, konsumen dapat menyimpan
kebutuhan dalam memori atau melakukan pencarian informasi yang terkait
dengan kebutuhan
3. Evalution of alternatives (Evaluasi Alternatif)
Evaluasi alternatif itu adalah bagaimana konsumen memproses informasi
untuk sampai pada pilihan merek.
4. Purchase decision (Keputusan Pembelian)
Umumnya, keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling
disukai, tapi dua faktor bisa datang antara niat beli dan keputusan pembelian.
Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian 
5. Postpurchase behavior (Perilaku Pasca Pembelian)
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami disonansi dari melihat fitur
menggelisahkan tertentu atau mendengar hal-hal baik tentang merek lain dan
akan waspada terhadap informasi yang mendukung keputusannya.

Pengertian Keputusan Pembelian (skripsi dan tesis)

 


Menurut Kotler dan Amstrong (2014,158) Keputusan pembelian adalah
tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli dimana komsumen benarbenar membeli produk.
Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2016:198) didalam tahap evaluasi,
konsumen memilih diantara beberapa brand/merek dan mungkin juga lebih berniat
membeli dari brand yang lebih disukai
Schiffman dan Kanuk (2011:112) mendefinisikan keputusan pembelian
adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian
Definisi keputusan pembelian menurut Alma (2013:96) adalah
“Suatu keputusan konsumen yang dipengaruhi oleh ekonomi keuangan,
teknologi, politik, budaya, produk, harga, lokasi, promosi, physical
evidence, people dan, process. Sehingga membentuk suatu sikap pada
konsumen untuk mengolah segala informasi dan mengambil kesimpulan
berupa respons yang muncul produk apa yang akan dibeli”.

Karaketeristik Kepercayaan Konsumen (skripsi dan tesis)

 


Kepercayaan dibangun atas sejumlah karakteristik. Berbagai karakteristik
yang berkenaan dengan kepercayaan konsumen dinyatakan oleh Prianso,
(2017:117) sebagai berikut:
1. Menjaga Hubungan
Konsumen yang percaya akan senantiasa menjaga hubungan yang baik antara
dirinya dengan perusahaan karena ia menyadari bahwa hubungan yang baik
akan memberikan dampak yang menguntungkan bagi dirinya baik saat ini
maupun di masa yang akan datang.
2. Menerima Pengaruh
Konsumen yang memiliki kepercayaan yang tinggi akan mudah untuk
dipengaruhi sehingga biaya perusahaan/pemasar untuk program pemasaran
menjadi semakin murah
3. Terbuka dalam komunikasi
Konsumen yang memiliki kepercayaan tinggi terhadap perusahaan akan
memberikan informasi yang konstruktif bagi perusahaan sehingga arus 
informasi menjadi tidak tersendat yang memudahkan perusahaan/pemasar
untuk bertindak dengan cepat.
4. Mengurangi Pengawasan
Konsumen yang percaya biasanya jarang mengkritik sehingga ia mengurangi
fungsi pengawasan terhadap perusahaan/pemasar
5. Kesabaran
Konsumen yang percaya akan memiliki kesabaran yang berlebih dibandingkan
dengan konsumen biasa
6. Memberikan Pembelaan
Konsumen yang percaya akan memberikan pembelaan kepada
perusahaan/pemasar ketika produk yang dikonsumsinya dikritik oleh
kompetitor atau bahkan pengguna lainny yang tidak suka
7. Memberi Informasi yang Positif
Konsumen yang percaya akan selalu memberikan informasi yang positif dan
membangun bagi perusahaan
8. Menerima Risiko
Konsumen yang percaya akan menerima risiko apapun ketika ia memutuskan
untuk menggunakan produk yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga ia tidak
akan mudah mengeluh dan mengkritik ketika mengkonsumsi produk
9. Kenyamanan
Konsumen yang percaya akan melakukan pembelian secara berulang-ulang
karena ia percaya bahwa perusahaan/pemasar memberikan kenyamanan untuk
mengkonsumsi produk dalam jangka pendek maupun jangka panjang 
10. Kepuasan
Konsumen yang percaya akan mudah untuk memberikan kepuasan daripada
konsumen yang tidak percaya. Dengan demikian maka kepuasan konsumen
dapat diwujudkan oleh perusahaan dengan lebih mudah

Indikator Kepercayaan Konsumen (skripsi dan tesis)

 


Indikator Kepercayaan menurut Mayer et al. (dalam Wong, 2017)
menyatakan, faktor yang membentuk kepercayaan seseorang terhadap suatu
perusahaan ada tiga yaitu:
1. Kesungguhan/Ketulusan (Benevolence)
Kebaikan hati merupakan kemauan penjual dalam memberikan kepuasan yang
saling menguntungkan antara dirinya dengan konsumen. Profit yang diperoleh
penjual dapat dimaksimumkan, tetapi kepuasan konsumen juga tinggi. Penjual
bukan semata-mata mengejar profit maksimum semata, melainkan juga
memiliki perhatian yang besar dalam mewujudkan kepuasan konsumen.
2. Kemampuan (Ability)
Kemampuan mengacu pada kompetensi dan karakteristik penjual/ organisasi
dalam mempengaruhi dan mengotori wilayah yang spesifik. Dalam hal ini,
bagaimana penjual mampu menyediakan, melayani, sampai mengamankan 
transaksi dari gangguan pihak lain. Artinya bahwa konsumen memperoleh
jaminan kepuasan dan keamanan dari penjual dalam melakukan transaksi.
3. Integritas (Integrity)
Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam
menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada konsumen apakah
benar sesuai dengan fakta atau tidak. Kualitas produk yang dijual apakah dapat
dipercaya atau tidak

Dimensi Kepercayaan Konsumen (skripsi dan tesis)

 


Rawlin (dalam Prianso, 2017:123) menyatakan bahwa penelitian yang
dilakukan lebih dari 40 tahun tetang kepercayaan, telah menghasilkan dimensi yang
dapat digunakan sebagai instrumen pengukuran kepercayaan, yaitu:
1. Kepuasan
Organisasi bisnis perlu berupaya untuk memberikan yang terbaik bagi
konsumennya agar apa yang diharapkan oleh konsumen sesuai dengan
kenyataan yang mereka rasakan, sehingga konsumen puas dan akan membentuk
pengalaman konsumen yang positif. Kepuasan konsumen merupakan variabel
mediator yang menghubungkan variabel kualitas layanan, kepercayaan dan
kesetiaan konsumen.
2. Skala Interpersonal (Interpesonal Scale)
Dalam skala interpersonal diukur mengenai hubungan interpersonal, yaitu
hubungan satu individu dengan individu lain yang ada di lingkungannya dengan
baik. Hubungan interpersonal juga dapat dipahami sebagai hubungan baik
antara organisasi bisnis dengan konsumen. 
3. Terpercaya (Trustworthiness)
Terpercaya berkenaan dengan kepercayaan konsumen pada kebaikan
kemampuan, kejujuran, integrasi keandalan dan ketulusan dalam pelayanan
yang diberikan
4. Hasil Kepercayaan (Out Comes of Trust)
Kepercayaan berkaitan dengan tindakan, bukan hanya berhubungan dengan
kognitif maupun afeksi konsumen. Kepercayaan harus menimbulkan perilaku
loyalitas konsumen sehingga terus menererus melakukan pembelian ulang

Pengertian Kepercayaan Konsumen (skripsi dan tesis)

 


Kepercayaan adalah sebuah harapan yang dipegang oleh individu atau
sebuah kelompok ketika perkataan, janji, pernyataan lisan atau tulisan dari individu
atau kelompok lainnya dapat diwujudkan (Rotter dalam Priansa, 2017) 
Menurut Kotler dan Keller (2016:231) kepercayaan adalah kemauan
perusahaan untuk mengandalkan mitra bisnis.
Sedangkan menurut Siagian dan Cahyono (2014) kepercayaan merupakan
sebuah keyakinan dari salah satu pihak mengenai maksud dan perilaku yang
ditujukan kepada pihak yang lainnya.

Peran Harga dalam Proses Pengambilan Keputusan Konsumen (skripsi dan tesis)

 


Menurut Malau (2018:148) Harga memiliki dua peranan utama dalam
proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu:
1. Peranan Alokasi dari Harga
Peranan alokasi dari harga yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli
untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang
diharapkan berdasarkan daya belinya
2. Peranan Informasi dari Harga
Peranan informasi dari harga yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen
mengenai faktor-faktor produk seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat
dalam situasi dimana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk
atau manfaatnya secara objektif

Indikator Harga (skripsi dan tesis)

 


Menurut Kotler dan Armstrong (2012: 318), menjelaskan ada empat ukuran
yang dapat mencirikan harga, yaitu:
a. Keterjangkaun Harga
Konsumen bisa menjangkau harga yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Produk biasanya ada beberapa jenis dalam satu merek
harganya juga berbeda dari yang termurah sampai termahal.
b. Kesesuaian harga dengan kualitas produk
Harga sering dijadikan sebagai indikator kualitas bagi konsumen. Orang
sering memilih harga yang lebih tinggi diantara dua barang karena
mereka melihat adanya perbedaan kualitas. Apabila harga lebih tinggi
orang cenderung beranggapan bahwa kualitasnya juga lebih baik.
c. Kesesuaian harga dengan manfaat
Konsumen memutuskan membeli suatu produk jika manfaat yang
dirasakan lebih besar atau sama dengan yang telah dikeluarkan untuk
mendapatkannya. Jika konsumen merasakan manfaat produk lebih kecil
dari uang yang dikeluarkan maka konsumen akan beranggapan bahwa
produk tersebut mahal dan konsumen akan berpikir dua kali untuk
melakukan pembelian ulang.  
d. Harga sesuai kemampuan atau daya saing harga
Konsumen sering membandingkan harga suatu produk dengan produk
lainnya, dalam hal ini mahal murahnya suatu produk sangat
dipertimbangkan oleh konsumen pada saat akan membeli produk
tersebut.

Metode Penetapan Harga (skripsi dan tesis)

 


Metode penetapan harga menurut Kotler dan Keller (2016:497) diantaranya
sebagai berikut: 
1. Penetapan harga mark up (Markup Pricing)
Metode penetapan harga paling mendasar adalah menambah markup standar
ke biaya produk. Markup biasanya lebih tinggi pada barang-barang musiman
(untuk menutup risiko tidak terjual), barang-barang khusus, barang-barang
yang pergerakannya lambat, barang-barang dengan biaya penyimpanan dan
penanganan tinggi dan barang yang inelastic terhadap permintaan. Penetapan
metode markup ini tidak selamanya masuk akal, namun penetapan harga
markup tetap popular. Berikut alasannya:
a. Penjual dapat menentukan biaya jauh lebih mudah daripada
memperkirakan permintaan. Dengan mengaitkan harga terhadap biaya,
penjual menyederhanakan tugas penetapan harga.
b. Ketika semua perusahaan dalam industry menggunakan metode penetapan
harga ini, harga cenderung sama dan persaingan harga terminimalisasi.
c. Banyak orang merasa bahwa penetapan harga biaya-plus lebih adil bagi
pembeli maupun penjual. Penjual tidak memanfaatkan pembeli ketika
permintaan pembeli menjadi tinggi dan penjual menghasilkan tingkat
pengembalian investasi yang wajar.
2. Penetapan harga tingkat pengembalian sasaran (Target – Return Pricing)
Dalam penetapan harga tingkat pengembalian sasaran, perusahaan
menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian atas
investasi sasarannya (ROI) 
3. Penetapan harga nilai anggapan (Perceived – Value Pricing)
Saat ini semakin banyak jumlah perusahaan yang mendasarkan harga mereka
pada nilai anggapan pelanggan. Nilai anggapan terdiri dari beberapa elemen,
seperti citra pembeli akan kinerja produk, kemampuan penghantaran dari
saluran, kualitas jaminan, dukungan pelanggan, dan atribut yang kurang
dominan seperti reputasi pemasok, kepercayaan dan harga diri. Kunci bagi
penetapan harga nilai anggapan adalah menghantarkan lebih banyak nilai
dibandingkan pesaing dan mendemonstrasikannya ke pembeli prospektif.
4. Penetapan harga nilai (Value Pricing)
Beberapa perusahaan telah menggunakan metode penetapan harga nilai.
Mereka memenangkan pelanggan setia dengan mengenakan harga yang cukup
rendah untuk penawaran berkualitas tinggi. Karena itu penetapan harga nilai
bukan masalah menetapkan harga murah saja tetapi juga masalah merekayasa
ulang operasi perusahaan agar menjadi produsen biaya murah tanpa
mengorbankan kualitas untuk menarik sejumlah besar pelanggan yang sadar
nilai
5. Penetapan harga murah setiap hari (ELDP: Everyday Low Pricing)
Pengecer yang berpegang pada kebijakan harga ELDP mengenakan harga
murah yang konstan dengan sedikit atau tanpa promosi harga dan penjualan
khusus. Harga konstan ini menghilangkan ketidakpastian harga minggu ke
minggu dan penetapan harga “tinggi-rendah” dari pesaing yang berorientasi
promosi. 
6. Penetapan Harga Going Rate
Dalam penetapan harga going rate, perusahaan mendasarkan sebagian besar
harganya pada harga pesaing, mengenakan harga yang sama, lebih mahal atau
lebih murah dibandingkan harga pesaing utama. Perusahaan yang lebih kecil
“mengikuti sang pemimpin”, mengubah hara mereka ketika pemimpin besar
berubah dan bukan pada saat permintaan atau biaya mereka sendiri berubah.
7. Penetapan harga jenis lelang (Auction – Type Pricing)
Penetapan harga jenis lelang tumbuh semakin popular, terutama dengan
pertumbuhan teknologi semacam internet. Salah satu tujuan lelang yang utama
adalah membuang persediaan berlebih atau barang bekas. Perusahaan harus
menyadari tiga jenis lelang utama dan prosedur penetapan harga terpisah
mereka.
a. Lelang Inggris (tawaran meningkat) satu penjual dan banyak pembeli.
Lelang inggris digunakan saat ini untuk menjual barang-barang antic,
ternak, real estat, serta peralatan dan kendaraan bekas.
b. Lelang Belanda (tawaran menurun) satu penjual dan banyak pembeli atau
satu pembeli dan banyak penjual. Pada jenis pertama, pelelang
mengumumkan harga tinggi untuk sebuah produk dan perlahan-lahan
menurunkan harga sampai penawar menerima harga tersebut. Dalam jenis
yang kedua, pembeli mengumumkan sesuatu yang ingin ia beli dan penjual
potensial bersaing untuk mendapatkan penjualan tersebut dengan harga
terendah. 
c. Lelang tender tertutup adalah lelang dimana pemasok hanya dapat
memberikan satu penawaran dan tidak dapat mengetahui penawaran lain.

Tujuan Penetapan Harga (skripsi dan tesis)

 


Menurut Malau (2016:148) tujuan penetapan harga diklasifikasikan ke
dalam beberapa kelompok yaitu:
1. Tujuan Berorientasi pada Laba
Tingkat laba yang sesuai atau pantas sebagai sasaran laba. Ada dua jenis target
laba yang biasa digunakan, yaitu target marjin dan target ROI (Return on
Investment).
2. Tujuan Volume
Tujuan pada volume tertentu atau volume pricing objective yaitu harga
ditetapkan sedemikian rupa agar dapat mencapai target volume penjualan atau
pangsa pasar.
3. Tujuan Berorientasi pada Citra
Citra (Image) perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan harga.
Perusahaan dapat menetapkan harga yang tinggi untuk membentuk atau 
mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan
untuk membentuk citra nilai tertentu (image of value), misalnya dengan
memberikan jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu
wilayah tertentu. Pada hakekatnya baik penetapan harga tinggi maupun rendah
bertujuan untuk meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran
produk yang ditawarkan perusahaan.
4. Tujuan Stabilitas Harga
Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu
perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan
pula harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan
stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu (misalnya minyak bumi).
Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan harga untuk
mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan dan harga
pemimpin industri (industri leader).
5. Tujuan-Tujuan Lainnya
Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,
mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang atau
menghindari campur tangan pemerintah.

Pengertian Harga (skripsi dan tesis)

 


Harga menjadi salah satu elemen yang paling penting dalam menentukan
pangsa pasar dan keuntungan suatu perusahaan. Harga menurut Abubakar
(2018:40) adalah sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh konsumen untuk
mendapatkan produk atau jasa yang dibelinya guna memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Definisi Harga menurut Alma (2018:171) adalah nilai suatu barang
yang dinyatakan dengan uang. Sedangkan definisi lain tentang harga dikemukakan
oleh Solomon et al, (2018:292) bahwa harga adalah penetapan nilai, atau jumlah
yang harus ditukar konsumen untuk menerima penawaran atau produk.

Manfaat Pemasaran Online (skripsi dan tesis)

 


Menurut Kotler dan Armstrong (2010:56), pemasaran online memberikan manfaat
pada konsumen dan pemasar sebagai berikut:
1. Manfaat untuk konsumen Manfaat yang didapatkan oleh konsumen dari
pelayanan online adalah:
a. Convenient
Pelanggan tidak perlu bergelut dengan lalu lintas, mencari tempat parkir,
dan berjalan dari toko ke toko dan lorong ke lorong yang tampaknya tak
terbilang untuk mencari dan memeriksa produk. Konsumen dapat
membandingkan merek, memeriksa harga, dan memesan barang dagangan
dua puluh empat jam sehari dari mana saja.
b. Easy an private
Konsumen menghadapi lebih sedikit perselisihan dalam membeli barang
dan tidak perlu untuk menghadapi penjual atau membuka diri mereka
terhadap bujukan dan hubungan emosional.
c. Information
Layanan online dan internet memberikan konsumen akses terhadap
perbandingan informasi yang berlimpah mengenai perusahaan dan produk 
d. Interactive and immediate
Konsumen dapat berinteraksi dengan situs penjual untuk menemukan
informasi yang tepat mengenai produk atau layanan yang mereka inginkan
lalu memesan atau men-download-nya secara langsung.
2. Manfaat untuk pemasar
Manfaat yang didapatkan bila perusahaan menerapkan pemasaran berbasi
online adalah sebagai berikut:
a. Pemasaran online merupakan suatu alat yang bagus untuk membangun
hubungan dengan konsumen. Perusahaan dapat berinterkasi dengan
konsumen untuk mempelajari tentang kebutuhan dan keinginan konsumen
yang lebih spesifik dan untuk membangun database konsumen.
b. Pemasaran online dapat mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi.
Online marketer dapat menghindari biaya-biaya untuk mempertahankan
tokonya dan biaya dari penyewaan, asuransi dan peralatan lainnya.
c. Pemasaran online juga menawarkan fleksibilitas yang besar
memungkinkan marketer untuk membuat penyesuaian terhadap
penawaran dan program-programnya.
d. Internet merupakan suatu medium global yang memungkinkan pembeli
dan penjual untuk mengklik dari satu tempat ke tempat lainnya dalam
hitungan detik
 

Pemasaran Online (skripsi dan tesis)

 


Menurut Chaffey (2011:388) Pemasaran online adalah
suatu proses pemasaran yang menggunakan media elektronik seperti
internet yang digunakan untuk mencapai tujuan, perlu adanya perencanaan
marketing online yang merupakan sebuah rencana untuk mencapai tujuan
pemasaran dari strategi e-business 
Sedangkan menurut Straus and Frost (2012:.28), Pemasaran online adalah
penggunaan teknologi informasi untuk kegiatan pemasaran, dan proses untuk
menciptakan, berkomunikasi, memberikan, dan bertukar penawaran yang memiliki
nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya.

Perilaku Konsumen (skripsi dan tesis)

 


Menurut Abubakar (2018:82), perilaku konsumen adalah kegiatan yang
dilaksanakan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan
proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan mempergunakan barang,
jasa dan gagasan yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan
Sedangkan perilaku konsumen menturut Prianso (2017:62) adalah perilaku
yang ditampilkan oleh konsumen saat mereka mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan menghabiskan produk dalam rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginannya.
Menurut Malau (2016:217), ada empat aspek kunci tentang perilaku
konsumen yaitu:
1. Keputusan pemasar yang sukses oleh perusahaan komersial, organisasi
nirlaba, dan lembaga regulator membutuhkan informasi lengkap tentang
perilaku konsumen. Perilaku konsumen sangat penting untuk
mempengaruhi keputusan. 
2. Perlunya untuk mengumpulkan informasi tentang konsumen tertentu
yang terlibat dalam keputusan pemasaran yang dihadapi. Dalam hal ini,
pemasar perlu mengetahui keinginan konsumen melalui hal-hal berikut:
a. Apa yang difikirkan konsumen tentang produk kita dan produk
pesaing.
b. Apa yang difikirkan konsumen tentang kemungkinan perbaikan
dalam produk kita.
c. Bagaimana konsumen menggambarkan produk kita.
d. Bagaimana sikap konsumen terhadap iklan kita.
e. Bagaimana penilaian mereka tentang harga produk dan jasa kita.
3. Mengungkapkan bahwa perilaku konsumen adalah proses
multidimensional yang komplek. Penelitian yang seksama tidak
memberikan jaminan seratus persen sukses tetapi meningkatkan
peluang sukses
4. Praktek pemasaran dirancang untuk mempengaruhi perilaku konsumen
melibatkan isu-isu etis yang mempengaruhi perusahaan, individu dan
masyarakat. Semua keputusan dan peraturan pemasaran didasarkan
pada asumsi dan pengetahuan tentang perilaku konsumen.

Manajemen Pemasaran (skripsi dan tesis)

 


Manajemen pemasaran memiliki peran yang sangat penting dalam
perusahaan. Menurut Kotler and Keller (2016:27) manajemen pemasaran sebagai
seni dan ilmu untuk memilih target pasar dan mendapatkan, menjaga, dan
menumbuhkan pelanggan melalui menciptakan, memberikan, dan
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
Manajemen pemasaran menurut Prianso (2017:4) adalah
Ilmu dan seni dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri
dari perencanaan, pengorganisasian, pengaktualisasian, serta pengendalian
dalam rangka menyampaikan produk dam nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya dari pihak produsen ke konsumen. 
Manajemen pemasaran dipandang sebagai seni dan ilmu, artinya tidak
hanya berupa pengetahuan tetapi juga keterampilan berpraktek yang dapat berbedabeda bagi setiap orang (Dharmmesta, 2014:9)
Sedangkan menurut Suhardi (2018:276), manajemen pemasaran adalah
proses perencanaan, pelaksanaan, mengimplementasikan dan pengendalian /
pengawasan kegiatan bisnis dan mendistribusikan barang/jasa pada suatu
perusahaan agar dapat tercapainya target/tujuan perusahaan secara efektif dan
efisien sampai ke tangan konsumen.

Saturday, October 23, 2021

Definisi Online Banking (skripsi dan tesis)

 


Pikkarainen et al., (2004) mendefinisikan online banking sebagai sebuah
portal internet yang memungkinkan nasabah untuk menggunakan berbagai
layanan perbankan dari pembayaran tagihan hingga melakukan investasi.
Mukherjee dan Nath (2013) mendefinisikan online banking sebagai beberapa
aktifitas perbankan yang memungkinkan nasabah dari bank yang bersangkutan
untuk dapat mengakses informasi yang tersedia mengenai laporan saldo, transfer,
pembayaran tagihan dan lain-lain via jaringan telekomunikasi tanpa perlu
meninggalkan rumah atau kantor mereka. Berdasarkan beberapa definisi
mengenai online banking diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa online banking
adalah aktifitas perbankan yang dapat dilakukan oleh nasabah baik dari rumah,
tempat usaha atau di lokasi-lokasi lain yang bukan di lokasi bank yang riil (kantor 
cabang) dengan menggunakan media komunikasi seperti komputer, telepon
seluler dan telepon rumah.

Program Customer Relationship Management (skripsi dan tesis)

 


Sheth et al., (2000) seperi dikutip Indah dan Devie (2014) mengemukakan
bahwa ada tiga program CRM yang harus diterapkan untuk mencapai tujuan
CRM, yaitu:
a. Pemasaran berkelanjutan (continuity marketing)
Merupakan program pemasaran secara yang berkesinambungan untuk
mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Pemasaran
berkelanjutan diaplikasikan dengan cara menerapkan sistem keanggotaan
(membership), memberikan diskon, voucher, fasilitas khusus dan poin
reward kepada pelanggan.
b. Pemasaran individual (one to one marketing)
Merupakan program pemasaran yang dilakukan secara individual
yang ditujukan untuk memenuhi kepuasan atas kebutuhan yang unik dari
pelanggan. Pemasaran individual difokuskan pada satu pelanggan pada
satu waktu atau periode. Penerapan program ini dapat dilihat dari
keramahan dan kesopanan karyawan, kecepatan dan keterampilan
karyawan, penanganan keluhan oleh karyawan, sapaan oleh karyawan
terhadap pelanggan, dan pemberian kartu ucapan kepada pelanggan. 
c. Program kemitraan (partnering program)
Merupakan program dimana perusahaan melakukan hubungan
kemitraan dalam bentuk kerjasama dengan pihak lain untuk melayani dan
memenuhi kebutuhan pelanggan. Program kemitraan yang diterapkan
perusahaan ini akan dapat menciptakan hubungan dengan pelanggan,
menumbuhkan dan mempertahankan hubungan dengan pelanggan yang
sifatnya jangka panjang, serta menciptakan dan meningkatkan loyalitas
pelanggan. 

Manfaat Customer Relationship Management (skripsi dan tesis)

 


Dalam penerapannya, CRM memberikan sejumlah manfaat utama sebagai
berikut (Tjiptono, 2006):
a. Efisiensi biaya dalam melayani repeat customer. Karena biaya yang
dibutuhkan untuk menarik pelanggan cenderung lebih mahal dibandingkan
mempertahankan pelanggan lama.
b. Kepuasan dan loyalitas pelanggan. Adanya dukungan dan kepercayaan
pelanggan menjadi salah satu sumber kekuatan dalam mempengaruhi daya
survival perusahaan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas
pelanggan.
c. Gethok tular positif. Berdasarkan konsep loyalitas, pelanggan yang puas
dan loyal terhadap produk/jasa perusahaan sangat berpotensi
menyebarluaskan pengalaman positifnya kepada orang lain. 
d. Perusahaan berusaha menjalin relasi dengan pelanggan tujuan
mendapatkan laba melalui penjualan produk dan jasa.

Kunci Sukses Customer Relationship Management (skripsi dan tesis)

 


Sugiono (2002) mengatakan bahwa sebenarnya kunci sukses penerapan
CRM adalah pada: 1) SDM atau karyawan, 2) proses dan 3) teknologi, dimana
SDM merupakan faktor utama. Hal ini diperkuat oleh pendapat Buttle (2004)
yang menyatakan bahwa terdapat empat kondisi yang mendukung pengembangan
dan penerapan strategi CRM. Kondisi-kondisi tersebut antara lain 1) pimpinan
dan budaya, 2) data dan teknologi informasi (TI), 3) SDM, dan 4) proses. Jika 
kata-kata CRM diperhatikan maka CRM adalah bentuk hubungan antara orang
dengan orang. Kemudian yang kedua adalah proses berorientasi pada kepuasan
dan loyalitas pelanggan. Yang ketiga adalah teknologi apa yang dibutuhkan yang
nantinya akan digunakan. Misalnya komputer, SMS (shot message service) yang
dapat fokus kepada pelanggan dan mudah dalam penggunaannya.
Lukas (2010) membagi CRM ke dalam tiga komponen utama sebagai
berikut:
a. Sumber Daya Manusia (People)
Dalam hal ini adalah karyawan sebagai pelaksana CRM. Di dalam
dimensi SDM, faktor kunci yang harus diperhatikan adalah seperti struktur
organisasi, peran dan tanggung jawab, budaya perusahaan, prosedur dan
manajemen progran perubahan secara menyeluruh. Dalam mengelola
hubungan atau relasi dengan pelanggan diperlukan sentuhan-sentuhan
pribadi dan manusiawi. Diperlukan dikap dan semangat dari dalam pelaku
bisnis untuk lebih proaktif dalam menggali dan mengenal pelanggannya
lebih dalam agar dapat lebih memuaskan mereka.
b. Proses
Proses meliputi sistem dan prosedur yang membantu manusia untuk
lebih mengenali dan menjalin hubungan dekat dengan pelanggan. Struktur
organisasi, kebijakan operasional serta sistem pengharhaan-hukuman harus
dapat mencerminkan apa yang akan dicapai dengan CRM. Implementasi
CRM akan meubah proses usaha yang telah ada sebelumnya, baik proses 
usaha yang melibatkan pelanggan secara langsung maupun tidak. Pada
CRM, seluruh fungsi usaha yang ada harus berfokus pada pelanggan.
c. Teknologi
Diperkenalkan untuk lebih membantu mempercepat dan
mengoptimalkan faktor manusia dan proses dalam aktivitas CRM seharihari. Meskipun demikian, kita tetap harus melihat dulu struktur bisnis,
perilaku konsumen, karyawan, maupun budaya kerja, karena teknologi
tidak dapat memecahkan persoalan begitu saja. Perlu disadari bahwa
teknologi adalah alat penunjang dalam melengkapi nilai tambah CRM

Definisi Customer Relationship Management (skripsi dan tesis)

CRM merupakan strategi tentang bagaimana mengoptimalkan profitabilitas melalui pengembangan kepuasan pelanggan. CRM menitikberatkan pada semua hal yang terkait dengan fokus pada pelanggan. Yuan dan Chang (2001) mengemukakan bahwa pengetahuan akan pelanggan merupakan kunci kesuksesan CRM. Payne dan Frow (2005) menyatakan bahwa CRM adalah strategi yang berfokus pada penciptaan kepuasan pelanggan dan hubungan jangka panjang dengan mengintegrasikan beberapa area fungsional perusahaan untuk meraih keunggulan bersaing. Sebenarnya alasan paling mendasar yang mendorong perusahaan untuk membina hubungan dengan pelanggan sesungguhnya sangat klasik yaitu motif ekonomi. Seperti yang diketahui, pemasukan terbesar dari proses bisnis perusahaan berasal dari pelanggan, baik secara langsung maupun tidak langsung, oleh sebab itu maka perusahaan perlu untuk mengidentifikasi, memuaskan dan mempertahankan pelanggan yang paling menguntungkan (Chadhiq, 2007). Laudon dan Traver (2010) mendefinisikan CRM sebagai cara atau metode menyimpan informasi pelanggan dan merekam seluruh kontak yang terjadi antara pelanggan dan perusahaan, serta membuat profil pelanggan untuk staf perusahaan yang memerlukan informasi tentang pelanggan tersebut. Sehingga dengan demikian CRM dapat mendukung suatu perusahaan untuk menyediakan pelayanan kepada pelanggan secara tepat waktu dan menjalin hubungan dengan tiap pelanggan melalui penggunaan informasi tentang pelanggan (Kotler, 2008). Buttler seperti dikutip Tjiptono (2006) menyatakan bahwa CRM adalah bisnis inti yang mengintegrasikan proses dan fungsi internal serta jaringan eksternal untuk menciptakan dan menyampaikan nilai bagi pelanggan sasaran dalam rangka mendapat laba. CRM didukung data pelanggan berkualitas tinggi dan difasilitasi teknologi informasi. Sedangkan Harris (2000) seperti dikutip Tjiptono (2006) menyatakan bahwa CRM merupakan strategi yang difasilitasi teknologi untuk mengubah keputusan berbasis data menjadi tindakan bisnis dalam rangka merespon dan mengantisipasi perilaku pelanggan aktual. Berdasarkan perspektif teknologi CRM mencerminkan proses untuk mengukur dan mengalokasikan sumber daya organisasional ke dalam aktivitas-aktivitas yang memberikan hasil return terbesar dan berdampak pada relasi yang menguntungkan konsumen. Hal yang terpenting di dalam CRM adalah megetahui pelanggan dan untuk mengetahui pelanggan, perusahaan harus mengumpulkan informasi dan menyimpan informasi di dalam data induk pelanggan dan data induk pemasaran.

Faktor-faktor Kepercayaan (skripsi dan tesis)

 


Mayer et al., (2005) mengelompokkan faktor yang membentuk
kepercayaan seseorang terhadap yang lain ke dalam tiga dimensi yaitu: 
a. Kemampuan (ability)
Mengacu pada kompetensi dan karakteristik penjual/organisasi dalam
mempengaruhi dan mengotorisasi wilayah yang spesifik. Dalam hal ini,
bagaimana penjual mampu menyediakan, melayani, sampai mengamankan
transaskis dari gangguan pihak lain. Artinya bahwa konsumen memperoleh
jaminan kepuasan dan keamanan dari penjual dalam melakukan transaksi.
Ability meliputi kompetensi, pengalaman, pengesahan institusional, dan
kemampuam dalam ilmu pengetahuan.
b. Kebaikan hati (benevolence)
Merupakan kemauan penjual dalam memberikan kepuasan yang
saling menguntungkan antara dirinya dengan konsumen. Profit yang
diperoleh penjual dapat dimaksimumkan, tetapi kepuasan konsumen juga
tinggi. Penjual bukan semata-mata mengejar profit maksimum semata,
melainkan juga memiliki perhatian yang besar dalam mewujudkan kepuasan
konsumen. Benevolence meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya
terima.
c. Integritas (integrity)
Berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam
menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada konsumen apakah
benar sesuai dengan fakta atau tidak. Kualitas produk yang dijual apakah
dapat dipercaya atau tidak. Integritas dapat dilihat dari sudut kewajaran,
pemenuhan, kesetiaan, keterus-terangan, keterkaitan.

Definisi Kepercayaan (skripsi dan tesis)

Balester et al., (2000) seperti dikutip Ferrinadewi (2005) menyatakan bahwa merupakan variabel kunci dalam mengembangkan keinginan konsumen akan produk/jasa atau merek yang tahan lama (durable) untuk mempertahankan hubungan jangka panjang, dalam hal ini hubungan konsumen dengan produk/jasa atau merek dari suatu perusahaan tertentu. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kepercayaan dari konsumen pada produk/jasa atau merek perusahaan. Berdasarkan pendapat tersebut konsumen perlu mengalami sendiri dalam proses pertukaran sehingga dapat terbentuk rasa percaya terhadap produk/jasa atau merek dalam benak konsumen yang didefinisikan sebagi keterlibatan. Melalui keterlibatan konsumen ini akan tercipta pengalaman yang menjadi awal terbentuknya kepercayaan. Kepercayaan konsumen pada suatu produk/jasa atau merek dapat diciptakan dengan memberikan jaminan keamanan atau layanan yang baik dari suatu produk/jasa atau merek. Kepercayaan konsumen dapat pula diciptakan dengan kejujuran produsen dalam menyampaikan komposisi atau bahan-bahan yang digunakan pada suatu produk tertentu, demikian juga dengan penyampaian risiko atas penggunaan produk atau jasa atau merek yang bersangkutan. Pengembangan produk yang dilakukan secara terus menerus merupakan salah satu bentuk kepedulian (perhatian) pihak perusahaan untuk menciptakan suatu produk yang aman dan bermanfaat bagi konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa menciptakan produk/jasa atau merek yang baik merupakan salah satu jalan dalam menciptakan kepercayaan konsumen. Costabile (1998) seperti dikutip Ferrinadewi (2005) mendefinisikan kepercayaan sebagai persepsi akan keterhandalan dari sudut pandang konsumen yang didasarkan pada pengalaman atau lebih pada urut-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan. Mayer et al., (1995) mendefinisikan kepercayaan sebagai kemauan dari salah satupihak untuk menjadi tidak berdaya (vulnerable) atas tindakan pihak lainnya. Barney dan Hansen (1994) mendefinisikan kepercayaan sebagai keyakinan mutual dari kedua pihak bahwa diantara keduanya tidak akan memanfaatkan kelemahan pihak lain.

Hubungan Kepercayaan Diri Terhadap Prestasi Kerja (skripsi dan tesis)

 


Untuk menciptakan prestasi kerja yang baik di perlukan modal
potensi diri berupa kepercayaan diri yang baik pula. Sales yang memiliki 
kepercayaan diri tinggi berdampak pada prestasi yang baik karena selalu
beranggapan positif dan percaya terhadap kemampuan diri sendiri
(Fatimah, 2006). Sebagai seorang sales harus memiliki penampilan
menarik, berkomunikasi dengan baik dalam keramaian, memahami
karakter masyarakat. Sales yang yakin atas kemampuannya akan sangat
mudah dalam menjalankan tugas, sehingga tidak memiliki hambatan
dalam berkomunikasi saat berkerja. Apabila sudah mencapai target
penjualan maka prestasi saat dalam berkerja bagus, sehingga
perusahaan akan memberikan penghargaan dan begitupun sebaliknya
sales yang memiliki kepercayaan diri yang rendah. Hal tersebut
dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang mampu untuk
mengaktualisasikan segala potensinya (Ghufron & Risnawati, 2011).
Memiliki prestasi kerja yang baik apabila dapat memberikan
hasil terbaik untuk pekerjaannya artinya sales tersebut dapat mencapai
atau melebihi standar atau kriteria tertentu yang ditetapkan perusahaan.
Pencapaian prestasi kerja tidak bisa diraih tanpa usaha, oleh karena itu
faktor kepercayaan diri dapat menjadi penentu utama karyawan untuk
meraih prestasi, meningkatkan prestasi kerja, karyawan perlu
kepercayaan diri, karena hal ini sangatlah penting dalam rangka
peningkatan prestasi kerja karyawan (Syam & Amri, 2017).

Indikator-Indikator Prestasi Kerja (skripsi dan tesis)

 


Indikator penilaian prestasi kerja menurut Hasibuan adalah
kesetiaan, hasil kerja, kejujuran, kedisiplinan, kreativitas, kerja sama,
kepemimpinan, kpribadian, prakasa, kecakapan dan tanggung jawab
(dalam Sungkono & Dewi, 2017).
Indikator-indikator penilaian prestasi kerja menurut Mangkunegara
(dalam Sejati, 2012) adalah sebagai berikut: 
1. Kualitas kerja, yaitu dilihat dari pemahaman tentang lingkup
pekerjaan, uraian pekerjaan, tanggung jawab serta wewenang.
2. Kuantitas kerja, yaitu kerja ditunjukkan melalui hasil dan kecepatan
dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Konsistensi pegawai, yaitu dilihat dari usaha untuk selalu
mengembangkan kemampuan dan aktualisasi diri, memahami dan
mengikiuti instruksi yang diberikan, mempunyai inisiatif, kejujuran,
kecerdasan dan kehati-hatian.
4. Kerja sama, yaitu kemampuan bekerja sama yang ditunjukan untuk
meningkatkan kualitas.
5. Sikap pegawai, yaitu perilaku terhadap organisasia atau lembaga atau
atasan dan juga rekan sekerja.
Menurut Mashar (2015) menyatakan indikator-indikator prestasi
kerja yaitu, hasil kerja, pengetahuan pekerjaan, inisiatif, kecekatan mental,
sikap, disiplin, waktu dan absensi

Penilaian Prestasi Kerja (skripsi dan tesis)

 


Penilaian prestasi kerja adalah sebuah penilaian sistematis
terhadap karyawan oleh atasannya atau beberapa ahli lainnya yang
paham akan pelaksanaan pekerjaan oleh karyawan atau jabatan itu.
Menurut Larasati (2018) menyatakan ada empat hal yang harus
diperhatikan dalam menyusun standar penilaian prestasi kerja yang baik
dan benar, yaitu sebagai berikut:
1. Validity adalah keabsahan standar tersebut sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dinilai. Keabsahan yang dimaksud adalah standar
tersebut memang benar-benar sesuai atau relevan dengan jenis
pekerjaan yang akan dinilai tersebut.
2. Agreement berarti persetujuan, yaitu standar nilai tersebut disetuju
dan diterima oleh semua individu yang akan mendapat penilaian.
3. Realism berarti standar penelian tersebut bersifat realistis, dapat
dicapai oleh para individu dan sesuai dengan kemampuan individu.
4. Objectivity berarti standar tersebut bersifat objektif, yaitu adil, mampu
mencerminkan keadilan keadaan yang sebenarnya tanpa menambah
atau mengurangi kenyataan dan sulit untuk dipengaruhi oleh bias-bias
penilaian. 
Menurut Marliani (2018) menyatakan penilaian kerja memiliki
beberapa tujuan, dapat dikelompok menjadi tiga tujuan utama, yaitu
sebagai berikut:
1. Tujuan strategis, yaitu dari penilaian unjuk kerja adalah
menghubungkan aktivitas karyawan dengan tujuan organisasi.
Organisasi menilai apakah karakteristik, perilaku, dan hasil kerja yang
ditampilkan karyawan mengarah pada pencapaian tujuan yang
ditetapkan organisasi. Hasil penilaian unjuk kerja juga dapat
digunakan untuk membatu mediagnosis masalah-masalah organisasi,
seperti rendahnya produktivitas pada satuan kerja tertentu sehingga
perlu dilakukan tindakan strategis dalam menata organisasi. Selain itu,
hasil penilaian unjuk kerja dapat menggunakan untuk mengapsahkan
tes yang digunakan dalam seleksi karyawan sehingga organisasi
dapat memutuskan tes yang digunakan akan tetapi dipertahankan
atau tidak.
2. Tujuan keputusan administratif, yaitu penilaian unjuk kerja juga
dilakukan untuk keputusan administratif, seperti peningkatan gaji,
promosi, mutasi, pemutusan hubungan kerja, dan pemberian
penghargaan prestasi kerja. Karena tujuan administrasi ini, atasan
penilaian unjuk kerja sebagai sesuatu yang tidak menyenangka
karena mereka mempertimbangkan dampak penilaian tersebut
terhadap hubungannya dengan bawahan. 
3. Tujuan pengembangan karyawan, yaitu mengembangkan karyawan
dalam tujuan pengembangan ini hasil penilaian unjuk kerja di gunakan
untuk memberikan konseling dan bimbingan serta merancang progam
pelatihan dan pengembangan bagi karyawan yang dianggap kurang
berprestasi. Penilaian unjuk kerja tidak hanya melihat defisiensi dalam
hasil kerja karyawan, kurang keterampilan, masalah motivasi kerja,
atau beberapa hal lain, baik di dalam maupun di luar diri karyawan,
yang menghambat karyawan untuk menapilkan unjuk kerja yang
optimal.
Penilaian prestasi kerja menurut Mangkunegara (2009)
menyatakan penilaian pegawai merupakan evaluasi yang sistemetis dari
pekerjaan pengawai dan potensi yang tepat dikembangkan. Penilaian
adalah proses penaksiran atau penentuan nilai, kualitas, atau status dari
beberapa objek, orang ataupun sesuatu.

Aspek-Aspek Prestasi Kerja (skripsi dan tesis)

 


Menurut Hasibuan (2002) menyatakan aspek-aspek dari prestasi
kerja yaitu :
1. Kesetiaan dicerminkan oleh kesediaan sales menjaga dan membela
organisasi di dalam maupun di luar pekerjaan dari rongrongan orang
yang tidak bertanggung jawab. 
2. Prestasi kerjar, yaitu hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang
dapat dihasilkan sales tersebut dari uraian pekerjaan.
3. Kejujuran, yaitu kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya
memenuhi perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang
lain seperti kepada para bawahannya.
4. Kedisiplinan yaitu, disiplin sales dalam mematuhi peraturan-peraturan
yang ada dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan instruksi yang
diberikan kepadanya.
5. Kreativitas, yaitu kemampuan sales dalam mengembangkan
kreativitasnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, sehingga bekerja
lebih berdaya guna dan berhasil guna.
6. Kerja sama, yaitu kesediaan sales berpartisipasi dan bekerja sama
dengan sales lainnya secara vertikal dan horizontal di dalam maupun
di luar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
7. Kepemimpinan, yaitu kemampuan untuk memimpin, berpengaruh,
mempunyai pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa, dan dapat
memotivasi orang lain atau bawahannya untuk bekerja secara efektif.
8. Kepribadian, yaitu sales dari sikap perilaku, kesopanan, periang,
disukai, memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang
baik, serta berpenampilan simpatik dan wajar.
9. Prakarsa, yaitu kemampuan berpikir yang orisinal berdasarkan inisiatif
sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberikan alasan, 
mendapatkan kesimpulan, dan membuat keputusan penyelesaian
masalah yang dihadapinya.
10. Kecakapan, yaitu sales dalam menyatukan dan menyelaraskan
bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam
penyusunan kebijaksanaan dn di dalam situasi manajemen.
11. Tanggung jawab, yaitu kesediaan sales dalam mempertanggung
jawabkan kebijaksanaannya, pekerjaan, dan hasil kerjanya, sarana
dan prasarana yang dipergunakannya, serta perilaku kerjanya.
Menurut Wijono (2010) menyatakan bahwa secara umum ktriteria
alat ukur prestasi kerja mempunyai beberapa aspek, yaitu kualitas dan
kualitas, waktu yang digunakan, jabatan yang diampunya, absensi,
keamanan, dan keselamatan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan.
Selain menetapkan kriteria alat ukur prestasi kerja, aspek yang tidak kalah
pentingnya adalah menentukan informasi apa saja yang dibutuhkan untuk
mengukur prestasi kerja seseorang.
Menurut Pianda (2018) menyatakan kriteria prestasi kerja
diekspresikan sebagai aspek-aspek prestasi kerja yang mencangkup baik
atribut maupun kompetensi. Ini adalah pengetahuan, keahlian dan
pengalaman yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan
berhasil (atribut) dan keahlian-keahlian tertentu yang dapat ditunjukkan
oleh staf (kompetensi). Hal yang sama juga menyebutkan bahwa prestasi 
kerja merupakan integritas dari tiga elemen yaitu: kecakapan, upaya, dan
keadan-keadaan eksternal. 

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja (skripsi dan tesis)

 


Menurut Mangkunegara (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi kerja yaitu:
1. Faktor kemampuan yaitu, kemampuan (ability) individu terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill).
Artinya individu yang memiliki IQ di atas rata-rata: (110-120) dengan
pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka individu akan terlebih
mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh sebab itu
individu perlu ditempatkan pada perkerjaan yang sesuai dengan
keahlian.
2. Faktor motivasi yaitu, terbentuk dari sikap (attitude) individu dalam
menghadapi situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi
menggerakkan diri individu yang terarah untuk mencapai tujuan
organisasi (tujuan kerja).
Marjuni (2015) menyatakan ada dua faktor yang mempengaruhi
prestasi kerja, yaitu faktor individu dan lingkungan. 
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi invidu, yaitu:
1. Usaha (effort) yang menujukkan sejumlah sinergi fisik dan mental
yang digunakan dalam menyelenggarakan gerakan tugas.
2. Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk melaksanakan
suatu tugas.
3. Role/task perception, yaitu segala perilaku dan aktivitas yang dirasa
perlu oleh individu untuk menyelesaikan suatu pekerjaan.
b. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi prestasi kerja, yaitu:
kondisi fisik, peralatan, waktu, waterial pendidikan, pupervise, desain
organisasi, pelatihan dan keberuntungan. Faktor lingkungan ini tidak
langsung menetukan prestasi kerja seseorang, tetapi mempengaruhi
faktor-faktor individu.
Hasibuan (2005) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi kerja adalah kecakapan, pengalaman dan kesanggupan.
Sedangkan menurut Marliani (2018) faktor-faktor yang mempengaruhi
prestasi kerja sebagai berikut:
1. Faktor organisasional meliputi sistem imbal jasa, kualitas
pengawasan, beban kerja, nilai dan minat, serta kondisi fisik dari
lingkungan kerja. Diantara berbagai faktor organisasional tersebut,
faktor yang paling penting adalah faktor sistem imbal jasa, yang 
diberikan dalam bentuk gaji, bonus, ataupun promosi. Faktor lain yang
juga penting adalah kualitas pengawasa (supervision quality), yaitu
seorang bawahan dapat memperoleh kepuasan kerja jika atasannya
lebih kompeten dari pada dirinya.
2. Faktor personal meliputi ciri sifat kepribadian (personality trait),
senioritas, masa kerja, kemampuan, ataupun keterampilan yang
berkaitan dengan bidang pekerjaan dan kepuasan hudup. Untuk faktor
personal, faktor yang juga penting dalam mempengaruhi prestasi kerja
adalah faktor status dan masa kerja. Pada umumnya individu yang
memiliki status pekerjaan yang lebih tinggi telah menunjukkan prestasi
kerja yang baik. status pekerjaan tersebut dapat memberikan
kesempatan baginya untuk memperoleh masa kerja yang lebih baik
sehingga kesempatan untuk semakin menujukkan prestasi kerja juga
semakin besar

Definisi Prestasi Kerja (skripsi dan tesis)

 


Menurut Hasibuan (2013) menyatakan bahwa prestasi kerja adalah
suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melakukan tugas-tugas
yang dibebankan kepadanya yang berdasarkan kecakapan, pengalaman
dan kesungguhan serta ketetapan waktu.
Prestasi kerja merupakan hal utama yang menjadi perhatian bagi
perusahaan. Menurut Wijono (2010) prestasi kerja merupakan suatu
kombinasi hasil gabungan antara keahlian dan motivasi, dimana keahlian
adalah usaha individu untuk melaksanakan sesuatu kerja dan merupakan
suatu ciri yang stabil.
Menurut Marjuni (2015) prestasi kerja adalah hasil upaya
seseorang yang ditentukan oleh kemampuan karakteristik pribadinya serta persepsi terhadap perannya dalam pekerjaan itu. Pada umumnya prestasi
kerja diberi batasan sebagai kesuksesan individu di dalam melaksanakan
suatu pekerjaan. Sedangkan menurut Dessler (2002) prestasi kerja adalah
suatu informasi yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
tentang promosi dan gaji. Prestasi kerja adalah suatu pendekatan dalam
melakukan penilaian kerja para individu (Sondang, 2004).
Menurut Mangkunegara (2009) menyatakan prestasi kerja adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seseorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Handoko (2001) menyatakan
prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya.
Menurut Sutrisno (2017) prestasi sebagai tingkat kecakapan
seseorang pada tugas-tugas yang mencangkup pada pekerjaannya.
Pengertian tersebut menunjukkan pada bobot kemampuan individu di
dalam memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada di dalam pekerjaannya.
Adapun prestasi kerja adalah hasil upaya seseorang yang ditentukan oleh
kemampuan karakteristik pribadinya serta persepsi terhadap perannya
dalam pekerjaan itu.

Indikator-Indikator Kepercayaan Diri (skripsi dan tesis)

 


Beberapa indikator berikut mungkin dapat menjadi pertimbangan
dalam menumbuhkan rasa percaya diri seseorang sebagai berikut
(Fatimah, 2010).
1. Evaluasi diri secara objektif, yaitu belajar menilai diri secara objektif
dan jujur. Pelajari kendala yang selama ini menghalangi
perkembangan diri sendiri, seperti pola berfikir yang keliru, niat dan
motivasi yang lemah, kurangnya disiplin diri, kurangnya kesabaran,
ketekunan dan selalu bergantung pada orang lain atau sebab-sebab
eksternal lain. 
2. Penghargaan yang jujur terhadap diri sendiri, yaitu sadari dan
hargailah sekecil apapun keberhasilan dan potensi yang dimiliki.
Mengabaikan satu saja prestasi yang pernah diraih berarti
mengabaikan atau menghilangkan satu jejak yang membantu diri
sendiri dalam menemukan jalan yang tepat menuju masa depan.
3. Positif thinking, yaitu cobalah memerangi setiap asumsi prasangka
atau persepsi negatif yang mencul dalam benak diri sendiri. Semakin
besar dan menyebar pola pikir negatif maka semakin sulit
dikendalikan dan dihentikan.
4. Gunakan Self-affirmation, yaitu penegasan dalam diri sendiri. Untuk
memerangi pikiran negatif, gunakan Self-affirmation yaitu berupa katakata yang membangkitkan rasa percaya diri.
5. Berani mengambil resiko, yaitu rasa kepercayaan diri yang berlebihan
pada umumnya tidak bersumber dari potensi diri yang ada, namun
lebih didasari oleh tekanan-tekanan yang memungkinkan datang dari
orang tua dan masyarakat hingga tanpa sadar melandasi motivasi
individu untuk harus menjadi orang sukses.
Indikator Kepercayaan diri adalah merupakan suatu hasil yang
nampak pada diri seseorang. Contohnya apabila seseorang berani
melakukan suatu aktivitas dan kelihatannya individu tidak ragu memilih 
dan membuat apa yang harus dibuatnya (Rahayuningdyah ,2014). Berikut
beberapa indikator kepercayaan diri:
1. Tampil percaya diri, yaitu bekerja sendiri tanpa perlu supervisi,
mengambil keputusan tanpa perlu persetujuan orang lain.
2. Bertindak independen, yaitu bertindak di luar otoritas formal agar
pekerjaan bisa terselesaikan dengan baik, namun hal ini dilakukan
demi kebaikan, bukan karena tidak mematuhi prosedur yang berlaku.
3. Menyatakan keyakinan atas kemampuan sendiri, yaitu
menggambarkan dirinya sebagai seorang ahli, seseorang yang
mampu mewujudkan sesuatu menjadi kenyataan, seorang penggerak,
atau seorang narasumber. Secara eksplisit menunjukkan kepercayaan
akan penilaiannya sendiri. Melihat dirinya lebih baik dari orang lain.
Beberapa indikator menurut Lauster (2002) yang mempengaruhi
kepercayaan diri seseorang, yaitu:
1. Keyakinan akan kemempuan diri, maksudnya sikap positif seseorang
tentang dirinya.
2. Optimism, yaitu sikap positif seseorang yang selalu berpandangan
baik dalam menghadapi segala hal. 
3. Objektif, yaitu sikap seseorang yang memandang segala sesuatu
sesuai dengan kebenaran yang semestinya.
4. Tanggung jawab, yaitu kesediaan seseorang untuk menanggung
segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya.
5. Rasional dan realitas, yaitu kemampuan menganalisisi masalah atau
kejadian dengan menggunakan pikiran yang masuk akal.

Aspek-Aspek Kepercayaan Diri (skripsi dan tesis)

 


Lauster (1992) menyatakan individu yang memiliki kepercayaan diri
yang positif adalah sebagai berikut:
1. Keyakinan kemampuan diri, yaitu sikap positif seseorang tentang
dirinya. Individu mampu secara sungguh-sungguh akan apa yang
dilakukan.
2. Optimis, yaitu sikap positif yang dimiliki seseorang yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang diri dan
kemampuannya.
3. Objektif, yaitu orang yang memandang permasalahan atau sesuatu
sesuai dengan kebenaran yang semestinya, bukan menurut
kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri.
4. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan individu untuk menanggung
segala sesuatu yang telah menjadi konsekuensinya,
5. Rasional dan realitas, yaitu analisis terhadap suatu masalah, sesuatu
hal,dan suatu kejadian dengan menggunakan pemikiran yang dapat
diterima oleh akal dan sesuai dengan kenyataan. 
Menurut Imron (2018) menyatakan efikasi (kepercayaan) diri pada
diri tiap individu akan berada antara satu individu dengan yang lainnya
berdasarkan tiga demensi, yaitu:
1. Demensi tingkat (level), yaitu demensi ini berkaitan dengan derajat
kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannyya.
Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas disusun menurut
tingkat kesulitannya, maka efikasi diri individu mungkin akan terbatas
pada tugas-tugas yang mudah, sedang atau bahkan meliputi tugastugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang
dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada
masing-masing tingkat.
2. Demensi kekuatan (strength), yaitu dimensi ini berkaitan dengan
tingkat kekuatan, keyakinan atau pengharapan individu menganai
kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh
pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang
mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya.
Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang.
Dimensi ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu
makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang
dirasakan untuk menyelesaikan.
3. Dimensi (generality), yaitu demensi ini berkaitan dengan tugas bidang
tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. 
Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan stuasi tertentu atau pada
serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.

Aspek-aspek kepercayaan diri menurut Suharno (2018), sebagai
beriku:
1. Yakin akan kemampuan diri sendiri.
2. Berani mengungkapkan pendapat.
3. Mandiri.
4. Mampu bergaul secara fleksibel.
5. Mampu mengambil langkah pasti dalam kehidupannya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri (skripsi dan tesis)

 


Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri seseorang
menurut Ghufron & Risnawati (2017), yaitu :
1. Konsep diri terbentuk kepercayaan diri pada diri individu diawali
dengan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulannya dalam suatu
kelompok. Hasil interaksi ysng terjadi akan menghasilkan konsep diri.
2. Harga diri menggukapkan bahwa tingkat harga diri individu akan
mempengaruhi tingkat kepercayaan diri seseorang.
3. Pengalaman dapat menjadi faktor munculnya rasa percaya diri.
Sebaliknya pengalaman juga dapat menjadi faktor menurunnya
percaya diri seseorang. 
4. Pendidikan seseorang berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan diri
seseorang. Tingkat pendidikan rendah akan menjadikan seseorang
tersebut tergantung dan beradadi bawah kekuasaan seseorang lain
yang lebih pandai dari padanya. Sebaliknya, seseorang yang
mempunyai pendidikan tinggi akan memiliki tingkat kepercayaan diri
yang lebih dibandingkan yang berpendidikan rendah.
Menurut Tasmara (2000) Menyatakan rasa percaya diri tersebut
menyebabkan individu mempenyai potensi untuk melihat kedepan,
menyusun rencana-rencana tanpa berpengaruhi oleh faktor-faktor
eksternal, atau individu sendiri merasa yakin bahwa persoalan dapat
diselesaikan. Individu yang optimis sehingga mampu mengatasi debaran
jantung dan keraguan-keraguan dalam waktu yang cepat. Dapat
menyesuaikan atau membawa diri dengan cepat dalam situasi yang asing
sekalipun. Tampil elegan dan yakin, walaupun sikap kompromis dalam
kadar yang kecil masih mempengaruhi keputusan individu. pada
umumnya, individu termasuk orang yang percaya diri. Berada dalam
batasan-batas normal, sehingga tidak mengalami kesulitan dalam
sosialisasi, hanya saja pengaruh-pengaruh eksternal masih dominan
terhadap cara individu mengambil keputusan. Potensi percaya diri
seringkali tenggelamoleh dorongan untuk melakukan kompromi dengan
alasan harmonitas atau tidak ingin mencari resiko atau konflik. Walaupun
demikian, individu masih mampu menyesuaikan diri dan mencari celahcelah yang dapat memperkuat keyakinan individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri menurut
(Vandini, 2015):
a. Faktor internal :
1. Konsep diri yaitu, terbentuknya rasa kepercayaan diri pada individu
diawali perkembangan konsep diri yang diperoleh dari suatu
pergaulan kelompok. Pergaulan kelompok memberikan dampak yang
positif juga dampak negatif.
2. Harga diri yaitu, penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Individu
yang memiliki harga diri tinggi akan menilai dirinya secara rasional
bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan sales lain.
3. Kondisi fisik yaitu, perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada
kepercayaan diri. Fisik yang sehat dapat membantu individu dalam
meningkatkan kepercayaan diri yang kuat. Sedangkan fisik yang
kurang baik menyebabkan sales lemah dalam mengembangkan
kepercayaan diri.
4. Pengalaman hidup yaitu, kepercayaan diri diperolehdari pengalaman
yang mengecewakan karena daripengalaman yang mengecewakan
tersebut muncul rasa rendah diri sehingga nanti timbul kepercayaan
diri yang kuat.
b. Faktor eksternal :
1. Pekerjaan yaitu, bekerja dapat mengembangkan kreativitas dan rasa
kepercayaan diri. Kepuasan dan rasa bangga didapatkan karena
mampu mengembangkan diri. 
2. Lingkungan dan pengalaman hidup yaitu, lingkungan disini
adalah lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik
diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota keluarga yang
berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri
yang tinggi. Dalam lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi
norma dan diterima masyarakat.

Definisi Kepercayaan Diri (skripsi dan tesis)

 


Suharno (2018) kepercayaan diri adalah kesadaran individu akan
kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, menyakini adanya rasa
percaya dalam dirinya, merasa puas terhadap dirinya baik bersifat batiniah
maupun jasmaniah, dapat bertindak sesuai dengan kepastian serta
mampu mengendalikannya dalam mencapai tujuan yang diharapkannya.
Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian individu dalam
meraih kesuksesan melalui hasil interaksi antara individu dengan
lingkungannya untuk berperilaku sesuai dengan yang di harapkan, bekerja
secara efektif serta dapat melaksanakan tugas dengan baik dan tanggung
jawab.
Menurut Iswindharmanjaya & Enterprise (2014) kepercayaan diri
adalah individu yang mandiri, yaitu berdiri sendiri tanpa tergantung pada
individu lain sepenuhnya. Kemandirian dalam pribadi percaya diri
terbentuk karena yakin pada kemampuannya serta telah mengenal
kekurangan dan kelebihan yang ada dalam dirinya. Sedangkan menurut
Fatimah (2006) kepercayaan diri adalah sikap positif seorang yang
memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif, baik 
terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya.
Lauster (1992) menyatakan kepercayaan diri merupakan salah satu
aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri
seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak
sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran dan bertanggung jawab.
Sedangkan pendapat Lauster (2003) menyatakan kepercayaan diri
merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri,
sehingga dalam berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan
prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
Sarastika (2014) menyatakan kepercayaan diri dapat diartikan
bahwa suatu kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai dan
menyadari kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara tepat.
Kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat
menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berfikir
positif, memiliki kemandirian dan mempunyai kemampuan untuk memiliki
serta mencapai segala sesuatu yang diingingkan (Ghufron & Risnawati,
2010).
Menurut Anthony (1992) berpendapat bahwa kepercayaan diri
merupakan sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan,
dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki 
kemandirian dan mempunyai kemauan untuk memiliki serta mencapai
segala sesuatu yang diinginkan.

Friday, October 22, 2021

Dimensi Kepercayaan (skripsi dan tesis)

 

 Menurut Mayer, Davis, & Schoorman, (1995) ada tiga unsur kepercayaan dalam karakteristik trustee yaitu ability, benevolence, dan integrity. Ability is the competence the trustee possesses in the specific domain. Kemampuan menurut Mayer, Davis, & Schoorman, (1995) adalah keterampilan, kompetensi, dan karakteristik yang memungkinkan satu pihak memiliki pengaruh dalam domain tertentu. Kemampuan spesifik trustee mungkin sangat kompeten di beberapa bidang teknis, memberikan rasa layak dipercaya dengan tugas-tugas yang berkaitan di area tersebut. Benevolence (perbuatan baik/kebajikan) dilihat dari sejauh mana trustee diyakini ingin berbuat baik kepada trustor, selain dari motif keuntungan.  Benevolence dapat dilihat dari loyalitas, keterbukaan, kepedulian, dan dukungan. Integrity melihat apakah trustee memiliki nilai-nilai inti untuk berperilaku. Integritas dapat dinilai dengan memeriksa perilaku sebelumnya, reputasi, kesamaan antara perilaku trustee dengan keyakinan pribadi trustor dan konsistensi antara kata-kata dan tindakan (Heyns & Rothmann, 2015). Empirical evidence from the social-psychological literature on trust in close relationships supports this distinction between the two forms of trust (McAllister, 1995). Dapat diartikan bahwa bukti empiris dari literatur sosial-psikologis pada kepercayaan dalam hubungan yang mendukung perbedaan antara dua bentuk kepercayaan. Dimensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah affect-based trust dan cognition-based trust dari McAllister (1995). Kepercayaan terdiri dari affectbased trust dan cognitive-based trust, dimana pendekatan ini banyak digunakan untuk meneliti hubungan antara kepercayaan dengan berbagi pengetahuan (Zhang, 2014; Balogun & Adetula, 2015; Elianto & Wulansari, 2016). Affect based trust merupakan kecenderungan untuk percaya akan ketulusan dan niat baik seseorang, sedangkan cognitive based trust yaitu kecenderungan untuk percaya akan kemampuan dan kompetensi rekan kerja (McAllister, 1995). Kepercayaan menghormati orang lain karena alasan dan bukti dari kompetensi, tanggung jawab, dan kehandalan sebagai kriteria untuk menilai kepercayaan. Hingga sekarang, kedua dimensi masih digunakan dalam penelitian-penelitian terbaru mengenai kepercayaan (trust) seperti penelitian Zang (2014), Balogun & Adetula (2015), dan Elianto & Wulansari (2016)

Pengertian Trust (skripsi dan tesis)


 “Trust is a psychological state comprising the intention to accept vulnerability based upon positive expectations of the intentions or behavior of another” (Balogun & Adetula, 2015:37) dapat diartikan bahwa kepercayaan merupakan suatu keadaan psikologis yang terdiri dari niat untuk menerima kelemahan berdasarkan harapan positif dari niat atau perilaku lain. Lumbantobing (2011) mengemukakan bahwa interpersonal trust merupakan kesediaan seseorang untuk membukakan vulnerability atau kelemahannya kepada orang lain yang perilakunya tidak dapat dikendalikan. Sementara menurut Mayer (dalam Heyns & Rothmann, 2015:2) “trust is the willingness of a party to be vulnerable to the actions of another party based on the expectation that the other will perform a particular action important to the trustor, irrespective or the ability to monitor or control that other party”. Dapat diartikan bahwa kepercayaan adalah kesediaan satu pihak untuk menjadi rentan terhadap tindakan pihak lain berdasarkan pada harapan bahwa pihak lain akan melakukan tindakan tertentu yang penting untuk trustor, dengan mengabaikan kemampuan untuk memantau atau mengontrol pihak lain. Menurut Ng & Chua (dalam Zhang, 2014:22), ”trust is an individual’s confidence in the goodwill of others and expectation that others will act in beneficial way”. Artinya keyakinan terhadap niat baik orang lain dan harapan bahwa orang lain akan bertindak dengan cara yang menguntungkan. Berdasarkann keempat pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepercayaan merupakan suatu keadaan psikologis yang terdiri dari niat untuk menerima kelemahan dan membukakan kelemahan kepada orang lain berdasarkan harapan positif dari niat atau perilaku  serta ekspektasi. Ketika seseorang percaya kepada rekan kerjanya, maka orang tersebut bisa sangat mudah dikritisi, diserang, bahkan disudutkan. Elemen paling penting untuk mempengaruhi pembelajaran dalam organisasi adalah kepercayaan Davenport & Prusak (dalam Raharso & Tjahjawati, 2016). “Interpersonal trust is a pervasive phenomenon in organizational life” (McAllister, 1995:25). Dapat diartikan bahwa kepercayaan interpersonal merupakan fenomena yang merasuk di dalam kehidupan organisasi, maka saling percaya antar pegawai perlu menjadi budaya dalam suatu organisasi yang mengimplementasikan manajemen pengetahuan. Dengan tugas utama organisasi adalah mengintegrasikan pengetahuan khusus dari individu yang berbeda (Zuhal, 2010). Pola komunikasi sangat beperan dalam mewariskan nilai budaya perusahaan kepada individu yang berbeda. Trust merupakan modal sosial penting yang didasari oleh aspek intangible (Zuhal, 2010). Maka dari itu, manusia menjadi tokoh sentral dalam mempelajari trust. “The emotional ties linking individuals can provide the basis for trust” (McAllister, 1995). Dapat diartikan bahwa ikatan emosional yang menghubungkan individu dapat menjadi dasar dari kepercayaan

Pengaruh Kualitas Pelayanan, Kepercayaan dan Nilai Pelanggan secara bersama-sama terhadap Kepuasan Nasabah (skripsi dan tesis)


Pengaruh kualitas pelayanan, kepercayaan dan nilai pelanggan terhadap kepuasan yang ditawarkan pihak bank menjadi faktor penentu keberhasilan pada tingkat kepuasan nasabah. Apabila pihak bank memberikan kualitas pelayanan yang optimal bagi nasabah maka kepuasan nasabah dapat diraih. Hal ini sesuai dengan definisi kepuasan pelanggan yaitu tingkat perasaan dimana seseorang menyatakan hasil perbandingan atas kinerja produk atau jasa yang diterima sesuai yang diharapkan. Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan nasabah adalah kepercayaan. Kepercayaan merupakan faktor penting bagi nasabah dalam memilih bank mana yang akan dijadikan tempat menabung. Menyadari akan situasi ini maka bank harus menumbuhkan rasa kepercayaan pada diri nasabah bahwa bank tempat mereka menabung adalah bank yang aman sehingga akan menciptakan kepuasan bagi nasabah. Faktor selanjutnya yang mempengaruhi kepuasan nasabah adalah nilai pelangggan. Semakin baik nilai bagi pelanggan (dalam hal ini nasabah) yang diberikan oleh pihak Bank maka nasabah semakin merasa puas terhadap produk atau jasa yang diterima. Nilai pelanggan yang diberikan adalah  Emotional value, Social value Quality/Performance value dan Price/value for money (Sweeney dan Soutar dalam Fandy Tjiptono, 2011: 376).

Pengaruh Nilai Pelanggan terhadap Kepuasan Nasabah (skripsi dan tesis)


 Menurut Monroe dalam Fandy Tjiptono (2011: 374), “nilai pelanggan adalah tradeoff antara persepsi pelanggan terhadap kualitas atau manfaat produk dan pengorbanan yang dilakukan lewat harga yang dibayarkan”. Konsep nilai pelanggan mengindikasikan suatu hubungan yang kuat terhadap kepuasan pelanggan, dimana konsep tersebut menggambarkan pertimbangan yang evaluatif pelanggan tentang produk yang ditawarkan. Dari pernyataan  di atas maka dapat dirumuskan bahwa nilai pelanggan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan

Pengaruh Kepercayaan terhadap Kepuasan Nasabah (skripsi dan tesis)


 Kepercayaan nasabah merupakan rasa aman dalam interaksinya terhadap sesuatu yang diinginkan sehingga akan memberikan hasil yang positif dan menguntungkan bagi nasabah. Kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan kejujuran (honesty), kebajikan (benevolence) dan kompetensi (competence) (Flavian dan Giunaliu, 2007). Dengan tiga hal tersebut dimungkinkan dapat menimbulkan kepercayaan bagi nasabah yang akan mengakibatkan hubungan bank dengan nasabah akan berlangsung lama. Kepercayaan nasabah dibutuhkan bank untuk membangkitkan kepuasan nasabah. Apabila kepercayaan nasabah tinggi, maka kepuasan juga akan tinggi. Sebaliknya, apabila kepercayaan nasabah rendah, maka kepuasanpun akan rendah. Dengan demikian kepercayaan berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah

Pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Nasabah (skripsi dan tesis)


Kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan sangat erat hubungannya dengan kepuasan konsumen (dalam hal ini nasabah). Jika perusahaan memberikan kualitas pelayanan yang baik, ditunjukkan dengan bukti langsung (tangibles), pelayanan yang handal (reliability), memiliki daya tanggap (responsiveness), memiliki jaminan pelayanan (assurance) dan empati (emphaty) yang lebih, maka nasabah akan merasa puas. Untuk itu perusahaan harus mampu memahami prilaku nasabah dan memberikan kualitas pelayanan yang tepat sesuai yang diinginkan. Kualitas pelayanan yang baik dimata nasabah sangat penting peranannya dalam menarik nasabah agar menjadi pelanggan tetap dan membantu terjadinya interaksi yang harmonis antara nasabah dan perusahaan sehingga akan menciptakan kepuasan nasabah. Dengan demikian kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepuasan nasabah

Karakteristik Nilai Pelanggan (skripsi dan tesis)

 


Nilai pelanggan pada dasarnya memiliki beberapa karakteristik
utama diantaranya:
1) Nilai bersifat instrumental
Nilai bersifat instrumental. dalam artian produk dan jasa
sebenarnya hanyalah alat untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Oleh karenanya pemasar tidak hanya wajib menciptakan
nilai dalam penawarannya, namun harus juga mengkaitkan penawaran
tersebut dengan kebutuhan dan keinginan spesifik setiap pelanggan
sasaran. Setiap orang hanya akan mempresepsikan sebuah produk,
obyek atau gagasan sebagai suatu yang bermanfaat apabila ia bisa
menemukan instrumentalitas dalam mewujudkan tujuan dan
keinginannya.
2) Nilai bersifat dinamis
Nilai bersifat dinamis seiring dengan perubahan kebutuhan dan
keinginan pelanggan. Selain itu, nilai juga bisa berubah dikarenakan
semakin meningkatnya ekspektasi pasar. Apabila pemasar berhasil
memenuhi atau melampaui ekspektasi pelanggan pada suatu waktu
tertentu maka ekspektasi tersebut akan menjadi standar minimum
berikutnya untuk penilaian kinerja pemasar dilain waktu.
3) Nilai bersifat hierarkis
Nilai bersifat hierarkis, dimana nilai universal merupakan
fondasi utamanya. Apabila nilai universal tidak ada, pelanggan bahkan
tidak akan mempedulikan bahwa produk/jasa yang ditawarkan
memberikan nilai personal tertentu. Setelah nilai universal terpenuhi
barulah pelanggan mencari nilai personal. Dimulai dari group-specific
personal values baru diikuti individual-specifik personal values

Dimensi Nilai Pelanggan (skripsi dan tesis)

 


Menurut Holbrook dalam Fandy Tjiptono (2011:375)
mengidentifikasi delapan tipe nilai pelanggan utama yaitu:
1) Efficiency value (rasio output/input atau convenience),
merupakan nilai ekstrinsik yang dihasilkan dari penggunaan
secara aktif berbagai cara untuk mewujudkan tujuan berorientasi
pribadi. Oleh sebab itu efisiensi tidak bisa dipisahkan dari
tindakan pemakaian produk demi pencapaian tujuan pribadi.
2) Excellence value (kualitas), merupakan tipe nilai ekstrinsik yang
ditujukan pada pemuasan tujuan pribadi, namun mencangkup
respon yang bersifat reaktif. Kualitas mencangkup respon reaktif
berupa mengagumi obyek atau pengalaman tertentu dikarenakan
kapasitas ekstrinsiknya untuk beerperan sebagai sarana dalam
mewujudkan tujuan berorientasi pribadi.
3) Political value (kesuksesan), yakni nilai yang mencangkup
upaya aktif mengejar kesuksesan yang diberikan orang lain.
Dalam konteks ini politik merupakan penggunaan produk atau
pngalaman konsumsi pribadi sebagai sarana atau cara untuk
mendapatkan respon positif dari orang lain.
4) Esteem value (reputasi), merupakan nilai politis yang bersifat
reaktif dan tercermin dalam bentuk reputasi atau penghargaan
sosial. Esteem value didapatkan melalui kontemplasi reaktif atas
status atau prestise seseorang sebagaimana tercermin dalam
pendapat positif dari orang lain.
5) Play value (kesenangan), mencerminkan pengalaman selforiented yang aktif dan dinikmati demi kepentingan sendiri.
6) Esthetic value (keindahan), mirip dengan play value, hanya saja
perbedaan utamanya terletak pada karakteristik nilai estetis yang
didapatkan sebagai hasil apresiasi reaktif, contohnya apresiasi
terhadap karya seni.
7) Morality value (kebajikan), mencerminkan active other-oriented
value. Tindakan etis, misalnya melakukan sesuatu demi
kepentingan orang lain yakni menyangkut bagaimana
dampaknya terhadap orang lain atau bagaimana reaksi orang lain
terhadap tindakan bersangkutan.
8) Spiritual value (keyakinan) mirip dengan moralitas namun
fokusnya lebih pada pencapaian intrinsic other-oriented value.
Akan tetapi, customer value merupakan salah satu konstruk
pemasaran yang belum banyak ditelaah secara mendalam (Parasuraman,
1997; Sweeney dan Soutar, 2001; Woodruff, 1997). Menurut Sweeney
dan Soutar, dimensi nilai terdiri dari 4 aspek utama yaitu:
1) Emotional value, yaitu utilitas yang berasal dari perasaan atau
afektif/emosi positif yang ditimbulkan dari mengkonsumsi
produk.
2) Social value, yaitu utilitas yang didapatkan dari kemampuan
produk untuk meningkatkan konsep diri sosial ekonomi.
3) Quality/Performance value, yakni utilitas yang didapatkan dari
produk dikarenakan reduksi biaya jangka pendek dan biaya
jangka panjang.
4) Price/value for money, yakni utilitas yang diperoleh dari persepsi
terhadap kualitas dan kinerja yang diharapkan atas produk.
Dengan keempat dimensi di atas, perusahaan diharapkan selalu
memberikan value pada setiap produk atau jasa yang dipasarkan sehingga
pelanggan akan merasa puas sesuai apa yang diharapkannya. Fokus
terhadap customer value dapat mendorong kinerja perusahaan dan dapat
menciptakan kepuasan bagi pelanggan.

Pengertian Nilai Pelanggan (skripsi dan tesis)

 


Dalam Fandy Tjiptono (2011: 15) menekankan bahwa pemasaran
berkaitan erat dengan upaya menciptakan dan memberikan nilai (value)
kepada pelanggan. Secara sederhana, nilai pelanggan (costumer value)
ditentukan oleh selisih antara manfaat total dan biaya total bagi pelanggan.
Manfaat total (Total Benefit) terdiri atas:
1) Manfaat fungsional (what the product does), contohnya fasilitas
akomodasi untuk beristirahat dengan tenang dan nyaman (hotel,
losmen, resort, rumah peristirahatan dan sejenisnya).
2) Manfaat psikologis/simbolik (what the product means), misalnya
prestise dan citra diri yang didapatkan setelah menginap dihotel
berbintang lima ternama.
3) Manfaat pengalaman/eksperiensial (what is derived from
consumtion), seperti perasaan rileks dan segar kembali setelah
berenang dan berselancar dipantai.
Sedangkan biaya total (total cost) meliputi:
1) Biaya ekonomik/moneter, yaitu harga yang dibayarkan untuk
produk tertentu.
2) Biaya waktu, yaitu waktu yang dicurahkan mulai dari mencari
informasi sampai mendapatkan dan mengkonsumsi produk.
3) Biaya energi, meliputi tenaga yang dicurahkan dalam rangka
mendapatkan dan mengkonsumsi produk yang diinginkan.
4) Biaya psikis, yaitu biaya psikologis berkenaan dengan proses
mendapatkan dan mengkonsumsi produk, contohnya perasaan
tegang dan stress ewaktu menunggu giliran diperiksa diruang
tunggu praktik dokter gigi.
Menurut Monroe dalam Fandy Tjiptono (2011: 374), “nilai
pelanggan adalah persepsi pelanggan terhadap kualitas atau manfaat
produk dan pengorbanan yang dilakukan lewat harga yang dibayarkan”.

Sementara itu, menurut Woodruff mendefinisikan “nilai pelanggan
sebagai preferensi perseptual dan evaluasi pelanggan terhadap atribut
produk, kinerja atribut, dan konsekuensi yang didapatkan dari pemakaian
produk yang memfasilitasi (atau menghambat) pencapaian tujuan dan
sasaran pelanggan dalam suatu pemakaian”.

Thursday, October 21, 2021

Faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan (skripsi dan tesis)

 


Menurut Byars dan Rue mengemukakan adanya dua faktor yang
mempengaruhi prestasi kerja, yaitu: 
1) Faktor Individu, meliputi:
a) Usaha (effort) yang menunjukkan sejumlah sinergi fisik dan
mental yang digunakan dalam menyelenggaraan gerakan tugas.
b) Abilities, yaitu sifat-sifat personal yang diperlukan untuk
melaksanakan suatu tugas.
c) Role/task perception, yaitu segala perilaku dan aktivitas yang
dirasa perlu oleh individu untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.
2) Faktor Lingkungan, meliputi: Kondisi fisik, peralatan, waktu,
material, pendidikan, pelatihan, dan keberntungan. Faktor-faktor
lingkungan ini tidak langsung menentukan prestasi kerja sesorang
akan tetapi mampu mempengaruhi faktor individu. Seperti halnya
menurut Mc Cormick dan Tiffin mengemukakan bahwa prestasi
kerja merupakan hasil dari gabungan variabel individual dan
variabel fisik dan pekerjaan serta variabel organisasi dan sosial.
Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa perilaku seseorang
dalam organisasi merupakan hasil dari interaksi berbagai variabelyaitu individual dan situasional. Oleh karena itu, perilaku individu
dapat diukur berdasarkan variabel-variabel yang berhubungan
dengannya

Pengertian Prestasi Kerja (skripsi dan tesis)

 


Menurut Bernardin dan Russel prestasi kerja adalah catatan
tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan
tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu.
Sedangkan menurut Byars dan Rue mengartikan bahwa prestasi kerja
sebagai tingkat kecakapan seseorang pada tugas-tugas mencakup
pada pekerjaannya.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
prestasi kerja adalah sebagai hasil kerja yang telah dicapai seseorang
dari tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktifitas kerja.

Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Karyawan Terhadap Organisasi (skripsi dan tesis)

 

Komitmen karyawan pada organisasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi melalui proses yang cukup panjang dan bertahap. Komitmen karyawan pada organisasi juga ditentukan oleh sejumlah faktor. Menurut Steers mengidentifikasi bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan, diantaranya:16 1) Ciri pribadi pekerja, termasuk masa jabatannya dalam organisasi dan variasi kebutuhan dan keinginan yang berbeda dari tiap karyawan. 2) Ciri pekerjaan, seperti identitas tugas dan kesempatan berinteraksi dengan rekan sekerja. 3) Pengalaman kerja, seperti keterandalan organisasi di masa lampau dan cara pekerja-pekerja lain mengutarakan dan membicarakan perasaannya mengenai organisasi. f. Unsur-Unsur Komitmen Pada Organisasi Unsur-unsur komitmen pada organisasi ada 3, yaitu:  1) Kebanggaan 2) Kesetiaan 3) Kemauan

 Proses Terjadinya Komitmen Pada Organisasi (skripsi dan tesis)

 


Menurut Garry Desseler yang dikutip oleh kisdarto
mengemukakan sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk membangun
komitmen karyawan pada organisasi, yaitu: 
1) Make is charismatic: menjadikan visi dan misi organisasi sebagai
sesuatu yang karismatik, sesuatu yang dijadikan pijakan, dasar
bagi setiap karyawan dalam berperilaku, bersikap, dan bertindak 2) Built the tradition: Segala sesuatu yang baik di organisasi
jadikanlah sebagai suatu tradisi yang secara terus menerus
dipelihara, dijaga oleh generasi berikutnya.
3) Have comprehensive grivance procedures: Bila ada keluhan atau
komplain dari pihak luar ataupun dari internal organisasi maka
organisasi harus memiliki prosedur untuk mengatasi keluhan
tersebut secara menyeluruh.
4) Provide extensive two-way communications: Jalinlah komunikasi
dua arah di organisasi tanpa memandang rendah bawahan.
5) Create a sense of community: Jadikan semua unsur dalam
organisasi sebagai suatu community dimana didalamnya ada
nilai-nilai kebersamaan, rasa memiliki, kerja sama, berbagi, dll.
6) Build value-based homogeneity: Membangun nilai-nilai yang
didasarkan adanya kesamaan. Setiap anggota organisasi memiliki
kesempatan yang sama, misalnya untuk promosi maka dasar yang
digunakan untuk promosi adalah kemampuan, keterampilan,
minat, motivasi, kinerja, tanpa ada diskriminasi.
7) Share and share alike: Sebaiknya organisasi membuat kebijakan
di mana antara karyawan level bawah sampai yang paling atas
tidak terlalu berbeda atau mencolok dalam kompensasi yang
diterima, gaya hidup, penampilan fisik, dll.
8) Emphasize branraising, cross-utilization, and teamwork:
Organisasi sebagai suatu community harus bekerja sama, saling
berbagi, saling memberi manfaat dan memberikan kesempatan
yang sama pada anggota organisasi.
9) Get together: Adakan acara-acara yang melibatkan semua
anggota organisasi sehingga kebersamaan bisa terjalin. 

Cara Membentuk Komitmen (skripsi dan tesis)

 


Menurut Martin dan Nicholls dikutip dalam penelitian lukman
menyatakan bahwa ada 3 pilar untuk membentuk komitmen sesorang
terhadap organisasi, yaitu: 
1) Menciptakan rasa kepemilikan terhadap organisasi, untuk
menciptakan kondisi ini orang harus mengidentifikasi dirinya
dengan organisasi, caranya:
a) mempercayai bahwa ada guna dan manfaatnya bekerja di
organisasi
b) merasakan kenyamanan didalamnya c) mendukung nilai-nilai, visi dan misi organisasi dalam
mencapai tujuannya
Salah satu faktor penting dalam menciptakan rasa
kepemilikan ini adalah meningkatkan perasaan seluruh anggota
organisasi bahwa perusahaan (organisasi) ini adalah benar-benar
milik mereka. Kepemilikan saham saja kadangkala merupakan
salah satu cara yang cukup membantu, akan tetapi lebih berupa
dengan meningkatkan kepercayaan di seluruh anggota organisasi
bahwa mereka benar-benar (secara jujur) diterima oleh manajemen
sebagai bagian dari organisasi. Banyak cara yang bisa dilakukan
untuk itu, diantaranya:
a) dengan mengajak mereka (anggota organisasi) untuk terlibat
memutuskan penciptaan dan pengembangan produk baru.
b) dengan melibatkan mereka dalam memutuskan perubahan
rancangan kerja dan lain sebagainya.
Dengan begitu mereka akan merasakan bahwa keterlibatan
mereka didalamnya dan juga berbagai ide yang dituangkan mampu
memberi kontribusi terhadap pencapaian hasil. Apalagi bila
ditambah dengan kepercayaan bahwa hasil yang diperoleh
organisasi akan kembali pada kesejahteraan mereka pula 2) Menciptakan semangat dalam bekerja, cara ini dapat dilakukan
dengan lebih mengkonsenterasikan pada pengelolaan faktor-faktor
motivasi intrinsik dan menggunakan berbagai cara perencanaan
dalam bekerja.
3) Keyakinan dalam manajemen, cara ini mampu dilakukan manakala
organisasi benar-benar menunjukkan dan mempertahankan
kesuksesan. Manajemen yang sukses menunjukkan kepada
bawahan bahwa manajemen mengetahui arah kemana organisasi ini
akan dibawa, mengetahui dengan benar bagaimana cara membawa
organisasi ini untuk mencapai keberhasilannya

Jenis-jenis Komitmen Organisasi (skripsi dan tesis)

  

Ada tiga dimensi terpisah komitmen organisasional, yakni: 
1) Komitmen Afektif (Affective Commitment), perasaan emosional
untuk organisasi dan keyakinan dalam nilai-nilainya. 2) Komitmen Berkelanjutan (Continuance Commitment), nilai
ekonomi yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila
dibandingkan dengan meninggalkan organisasi tersebut. Seorang
karyawan mungkin berkomitmen kepada seorang pemberi kerja
karena ia dibayar tinggi dan merasa bahwa pengunduran diri dari
perusahaan akan menghancurkan keluarganya.
3) Komitmen Normatif (Normative Commitment), kewajiban untuk
bertahan dalam organisasi untuk alasan-alasan moral atau etis.

Pengertian Komitmen Organisasi (skripsi dan tesis)

 


Dalam perilaku organisasi menurut Stephen P. Robbins dan
Timothy mengartikan komitmen organisasi merupakan suatu keadaan
dimana seorang karyawan memihak organisasi tertentu serta tujuantujuan dari keinginannya untuk mempertahankan keanggotaan dalam
organisasi tersebut. Menurut Fred luthans menyatakan komitmen
organisasi merupakan: (1) keinginan yang kuat untuk menjadi
anggota dalam suatu kelompok, (2) kemauan usaha yang tinggi untuk organisasi, (3) suatu keyakinan tertentu dan penerimaan terhadap
nilai-nilai dan tujuan-tujuan organisasi. 
Sedangkan menurut Mathis dan Jackson dikutip oleh sopiah
mendefinisikan bahwa komitmen organisasi adalah derajat yang mana
karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan
tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi.10 Komitmen
dalam bahasa latin berarti commiteri, to connect, entrust the state of
being obligated or emmotionally impelled, yakni keyakinan yang
mengikat aqad sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh
hati nuraninya kemudian menggerakkan perilaku menuju arah tertentu
yang diyakininya, dalam Islam disebut i’tiqa  
 

Pengaruh kepercayaan terhadap kinerja (skripsi dan tesis)

 


Kepercayaan menjadi media penting untuk merekatkan
karyawan kepada organisasi atau perusahaannnya. Selanjutnya
perusahaan memerlukan kemampuan karyawan untuk mewujudkan juannya. Kemampuan karyawan ini menjadi landasan untuk
melakukan evaluasi bagi perusahaan.
Kinerja karyawan menjadi sangat penting, karena kinerja
menjadi suatu ukuran keberhasilan karyawan dalam menjalankan
tugas pekerjaannya. Karena itu diperlukan bentuk penilaian kinerja,
yaitu suatu pengertian yang fleksibel untuk para penyelia dan semua
yang mereka atur, menjalankan fungsi sebagai mitra, tetapi tetap
didalam kerangka yang menguraikan bagaimana mereka dapat bekerja
secara bersama-sama dengan baik

Jenis Kepercayaan (skripsi dan tesis)

 


Menurut Robbins dan Judge terdapat 3 jenis kepercayaan, yaitu:6
1) Kepercayaan berbasis pencegahan
Kepercayaan yang didasarkan pada kekhawatiran akan terjadinya
pembalasan dendam jika kepercayaan itu dikhianati/diingkari.
2) Kepercayaan berbasis pengetahuan
Kepercayaan didasarkan pada kemampuan memprediksi perilaku
yang bersumber dari pengalaman interaksi. Kepercayaan ini
terbentuk jika anda memiliki informasi yang memadai mengenai
seseorang sehingga anda mengenal mereka dengan cukup baik
dan dapat memperkirakan perilaku mereka dengan tepat.
3) Kepercayaan berbasis identifikasi
Kepercayaan berdasarkan pemahaman atas niat orang lain dan
menghargai keinginan pihak lain. Kepercayaan ini juga
merupakan jenis kepercayaan yang idealnya mesti dicapai oleh
manajer dalam tim

Cara membangun kepercayaan (skripsi dan tesis)


Dalam membangun kepercayaan, pemimpin mempunyai dampak yang besar terhadap iklim kepercayaan sebuah organisasi. Akibatnya pemimpin perlu membina kepercayaan diantara mereka sendiri dan anggotanya. Berikut cara-cara untuk membangun kepercayaan : 1) Tunjukkan cara dalam bekerja, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk orang lain. 2) Menjadikannya sebagai pemain tim 3) Mempraktikkan keterbukaan 4) Bersikap adil 5) Memelihara keyakinan 6) Menunjukkan kompetensi yang dimiliki.

Dimensi kepercayaan (skripsi dan tesis)

 

Dimensi kepercayaan pada organisasi diukur dari kepercayaan
pada manajemen puncak sebagai representasi dari organisasi. 
Sedangkan menurut riset akhir-akhir ini dalam bukunya Sopiah
dijelaskan bahwa dimensi kepercayaan itu ada lima, diantaranya:
1) Integritas: kejujuran (honesty) dan bersikap sebenarnya
(truthfulness) 2) Kemampuan: pengetahuan dan keterampilan teknis dan antar
pribadi.
3) Konistensi: Andal, dapat diramalkan dan pertimbangan yang baik
dalam menangani situasi.
4) Kesetiaan: kesediaan melindungi dan menyelamatkan muka
seseorang.
5) Keterbukaan: kesediaan berbagi gagasan dan informasi dengan
bebas

Pengertian Kepercayaan (skripsi dan tesis)

 


Kepercayaan menurut Robbins dan Judge adalah suatu harapan
positif bahwa orang lain tidak akan bertindak secara oportunistik.
Istilah oportunistik merujuk pada resiko di dalam hubungan berbasis
kepercayaan.1 Kepercayaan atau trust merupakan nilai yang paling
dihargai dalam hubungan antar manusia dan mungkin merupakan
konsep yang kurang dimengerti ditempat kerja atau rasa percaya yang
dimiliki orang terhadap orang lain.2
Dipandang sebagai orang yang dapat dipercaya, seseorang harus
dilihat sebagai seseorang yang jujur, kompeten, dan memiliki
ketulusan pada orang lain. Kepercayaan (trust) tidak dapat diminta
atau dipaksakan tetapi harus dihasilkan. Kepercayaan timbul dari suatu proses yang lama sampai kedua belah pihak saling
mempercayai. Apabila kepercayan sudah terjalin antara organisasi
dan karyawannya, maka usaha untuk membinanya lebih mudah.
Menurut Morgan dan Hunt dikutip oleh sopiah menjelaskan
bahwa kepercayaan timbul karena adanya suatu rasa percaya kepada
organisasi yang memang mempunyai kualitas yang dapat mengikat
dirinya, seperti tindakannya yang konsisten, kompeten, jujur, adil,
bertanggung jawab, suka membantu dan rendah hati (benevolent).
Kepercayaan merupakan komponen penting yang membantu
mengembangkan suatu lingkungan kerja yang kondusif

Tuesday, October 19, 2021

Metode Data Envelopment Analisis (DEA) (skripsi dan tesis)

 Metode Data Envelopment Analisis (DEA) adalah membandingkan data input dan data output dari suatu organisasi data DMU (Decision Making Units) dengan data input dan output lainnya pada DMU yang sejenis. Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi (Efendi, 2011).Selain menghasilkan nilai efisiensi masing-masing DMU, DEA juga menunjukkan unitunit yang menjadi referensi bagi unit-unit yang tidak efisien (Yuli, 2009). Berikut merupakan beberapa asumsi yang terdapat dalam metode DEA beserta keunggulan dan kelemahan metode DEA. Pada penerapan model DEA, terdapat asumsi-asumsi yang mendasarinya menurut Ramanathan (2003), asumsi DEA tersebut yaitu: 1. DMU (Decision Making Unit) harus merupakan unit-unit yang homogenis, yaitu memiliki fungsi dan tujuan yang sama. 2. Data bernilai positif dan bobot dibatasi pada nilai positif 3. Input dan output bersifat variable Keunggulan dan kelemahan DEA adalah : - Keunggulan DEA : 1. Dapat menangani banyak input dan output 2. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variable input dan output 8 3. DMU dibandingkan secara langsung dengan sesamanya 4. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda - Keterbatasan DEA : 1. Rumus standar DEA menciptakan program linier yang terpisah untuk setiap DMU, berdasarkan hal tersebut maka masalah komputasi kerap terjadi. 2. DEA merupakan teknik nonparametrik maka uji hipotesis statistik sulit untuk dilakukan. 3. DEA adalah sebuah teknik titik ekstrim sehingga kesalahan pengukuran dapat menyebabkan masalah yang signifikan

Konsep Efisiensi (skripsi dan tesis)


 Menurut Farrel (1957), Efisiensi dikatakan sebagai kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar, atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai perhitungan rasio output dan input atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari suatu masukan yang digunakan. Suatu hasil dikatakan efisien apabila nilai efisiensi sama dengan satu (nilai efisiensi (t) =1). Namun, jika nilai efisiensi (t) > 1 dapat diartikan bahwa penggunaan input belum efisien sehingga untuk mencapai nilai efisiensi perlu untuk menambah input. Jika nilai efisiensi (t) < 1 dapat diartikan bahwa penggunaan input tidak efisien 7 sehingga untuk mencapai nilai efisiensi perlu untuk mengurangi input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi tinggi yaitu: 1. Apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar. 2. Input yang lebih kecil menghasilkan output yang sama. 3. Dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang jauh lebih besar. Secara umum efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input, atau dalam rumus : 

Efisiensi = Output 

                 Input 

Dimana : Input = sumber daya yang digunakan Output = hasil yang dicapa

Definisi Efisiensi (skripsi dan tesis)


Menurut S.P Hasibuan (1984) yang mengutip pernyataan H.Emerson adalah bahwa efisiensi merupakan hasil terbaik antara input (masukan) dan ouput (keluaran), efisiensi adalah sesuatu yang kita kerjakan berkaitan dengan menghasilkan hasil yang optimal dengan tidak membuang banyak waktu dalam proses pengerjaannya. Menurut Makmun (2002) dan Giatman (2006), Efisiensi berhubungan dengan seberapa baik kita menggunakan sumber daya yang ada untuk menyelesaikan suatu hasil.Sedangkan, menurut Agus Maulana (1997) Efisiensi diartikan sebagai kemampuan suatu unit usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan, efisiensi selalu dikaitkan dengan tujuan organisasi yang harus dicapai oleh perusahaan. Berdasarkan pengertian diatas, maka efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara masukan (input) dengan keluaran (output), atau jumlah keluaran yang dihasilkan dari satu input yang digunakan