Wednesday, May 31, 2023

Rasio Profitabilitas

 


Menurut Kasmir (2012:115): “Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini
ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi”.
Menurut Bambang Riyanto (2015:331): “Rasio profitabilitas adalah rasiorasio yang menunjukan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusankeputusan rasio keuangan”.
Menurut Hery (2016:226) “Rasio profitabilitas adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dari aktivitas normal biasanya”

Pengertian Profitabilitas

 


Profitabilitas ialah suatu ukuran perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan yang terdapat hubungan dengan penjualan, total aktiva, modal sendiri.
Profitabilitas merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan dan
profitabilitas juga digunakan sebagai acuan berhasil atau tidak suatu perusahaan
yang dipimpin oleh pemimpin perusahaan juga bagi karyawan perusahaan, apabila
profitabilitas yang didapatkan perusahaan semakin tinggi maka terdapat peluang
untuk melakukan peningkatan gaji para karyawan.
Menurut Munawir (2002:33) mengungkapkan bahwa profiabilitas adalah
menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode
tertentu.
Menurut Bambang Riyanto (2015:37) mengemukakan bahwa yang harus
diperhatikan adalah tidak hanya usaha untuk menghasilkan atau bagaimana untuk
memperbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi
profitabilitasnya. Berhubung dengan itu, maka perusahaan pada umumnya
usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik profitabilitasnya maksimum
dari pada laba maksimum”.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Current Ratio

 


Menurut Jumingan (2006:124) menerangkan bahwa ada banyak faktor
yang mempengaruhi ukuran current ratio (rasio lancar) yaitu sebagai berikut:
1. Surat-surat berharga yang dimiliki dapat segera diuangkan
2. Bagaimana tingkat pengumpulan piutang
3. Bagaimana tingkat perputaran persediaan
4. Membandingkan antara aktiva lancar dengan hutang lancar 
5. Menyebut pos masing-masing beserta jumlah rupiahnya
6. Membandingkan dengan rasio indusri

Komponen-Komponen Current Ratio

 


Menurut John J Wild, K R. Subramanyam dan Robert F Halsey
(2004:189) menerangkan bahwa komponen-komponen rasio lancar sebagai
berikut:
1. Kas dan setara kas
Kas merupakan aktiva yang tidak menghasilkan dan setara kas biasanya
berupa efek dengan pengembalian yang rendah, tujuan perusahaan adalah
meminimumkan investasi pada aktiva ini.
2. Efek yang dapat diperjualbelikan
Kelebihan kas dari cadangan pencegah sering kali diinvestasikan pada efek
dengan pengembalian lebih tinggi dibandingkan tingkat pengembalian
setara kas. Investasi ini layaknya dapat dianggap tersedia untuk melunasi
kewajiban lancar, karena efek dilaporkan pada nilai wajar, tidak lagi
diperlukan estimasi nilai bersih yang dapat direalisasikan.
3. Piutang usaha
Penentu utama akun piutang adalah penjualan. Perubahan piutang terkait
dengan perubahan penjualan, meskipun tidak selalu harus proporsional. 
Analisis piutang sebagai sumber kas harus mempunyai adanya sifat
perubahan pada aktiva ini.
4. Persediaan
Seperti juga piutang, penentu utama persediaan adalah penjualan. Kaitan
persediaan dengan penjualan menekan pengamatan bahwa penjualan
memulai proses konversi persediaan menjadi kas.
5. Beban dibayar dimuka
Beban yang dibayar dimuka merupakan pengeluaran untuk manfaat masa
depan. Karena manfaat ini biasanya diterima dalam waktu satu tahun atau
sepanjang siklus operasi perusahaan, beban ini tidak mengubah
pengeluaran dana lancar. Beban yang dibayar dimuka biasanya berjumlah
relatif kecil dibandingkan aktiva lain.

Pengertian Current Ratio

 


Menurut Harmono (2016:106) Rasio likuiditas yaitu “Kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya”.
Dengan kata lain, rasio likuiditas adalah rasio yang dapat digunakan untuk
mengukur sampai seberapa jauh tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban jangka pendeknya yang akan segera jatuh tempo. Rasio-rasio yang
dapat dipakai untuk menentukan kemampuan membayar utang jangka pendek
perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Current Ratio (Rasio Lancar)
2. Quick Ratio (Rasio Cepat)
3. Cash Ratio (Rasio Kas)

Perputaran Modal Kerja

 


Perputaran modal kerja atau working capital turnover merupakan salah
satu rasio untuk mengukur dan menilai keefektifan modal kerja perusahaan
selama periode tertentu (Kasmir, 2008:182).
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan
selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran
modal kerja (working capital turnover period) dimulai dari saat dimana kas
diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana
kembali lagi menjadi kas.
Komponen modal kerja tersebut adalah kas dan bank, piutang dan
persediaan. Semakin pendeknya periode tersebut berarti semakin cepat perputaran
modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan tinggi. Sebaliknya
semakin panjang periode perputaran modal kerja berarti semakin lambat
perputaran modal kerja dan efisiensi penggunaan modal kerja perusahaan rendah.
Lama periode perputaran modal kerja tergantung kepada berapa lama periode
perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Menurut Bambang Riyanto (2001;64) dalam bukunya yang berjudul
“Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan” mengemukakan bahwa besar kecilnya
kebutuhan modal kerja tergantung kepada dua faktor yaitu:
1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode-periode yang meliputi
jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di 
gudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi disimpan di
gudang dan jangka waktu penerimaan piutang.
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya
Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk
keperluan pembelian bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah
buruh dan biaya lainnya.

Faktor yang mempengaruhi Modal Kerja

 


Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segara terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Namun terkadang untuk memenuhi kebutuhan
modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia. Hal ini disebabkan
terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung kepada berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, pihak manajemen dalam
menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama kebijakan dalam upaya
pemenuhan modal kerja harus selalu memperhatikan beberapa faktor.
Berikut faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya modal
kerja suatu perusahaan menurut S. Munawir, (2010:117) yaitu:
1. Sifat atau jenis perusahaan
2. Waktu yang diperoleh untuk memperoduksi barang yang akan dijual
3. Syarat pembelian dan penjualan
4. Tingkat perputaran persedian
5. Tingkat perputaran piutang
6. Volume penjualan
7. Faktor musim dan siklus

Sumber Modal Kerja

 


Modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat dipenuhi dari dua
sumber yang dikemukakan oleh (Gito Sudarmo dan Basri, 2002:42) yaitu:
1. Sumber intern (internal sources) merupakan modal kerja yang dihasilkan
oleh perusahaan sendiri-sendiri dari aktivitas operasional.
2. Sumber ekstern (external sources) merupakan modal kerja yang berasal
dari luar aktivitas perusahaan.

Jenis Modal Kerja

 


Mengenai jenis-jenis modal kerja menurut Gitosudarmo dan Basri
(2002:35) digolongkan kedalam:
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
2. Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)
 Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang harus selalu ada dalam perusahaan
agar dapat berfungsi dengan baik dalam satu periode akuntansi. Modal kerja
permanen dibagi menjadi dua:
a. Modal Keja Primer (Primary Working Capital) adalah sejumlah modal
kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin
kelangsungan kegiatan usahanya.
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu sejumlah modal
kerja yang dipergunakan untuk dapat menyelenggarkan kegiatan produksi  
pada kapasitas normal. Kapasitas normal mempunyai pengertian yang
fleksibel menurut kondisi perusahaannya.
 . Modal Kerja Variabel (Variabel Working Capital)
Modal kerja variabel yaitu modal kerja yang dibutuhkan saat-saat tertentu dengan
jumlah yang berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan dalam satu periode.
Modal kerja variabel dapat dibedakan:
a. Modal kerja musiman yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubahubah disebabkan oleh perubahan musim.
b. Modal kerja siklis yaitu sejumlah modal kerja yang besarnya berubah-ubah
disebabkan oleh perubahan permintaan produk.
c. Modal kerja darurat yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena
keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya

Konsep Modal Kerja

 


Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsepkonsep modal kerja. Ada 3 konsep yang berkaitan dengan pengertian modal kerja,
seperti yang dikemukakan oleh (Bambang Riyanto, 2001:57) yaitu: 
1. Konsep Kuantitatif
2. Konsep Kualitatif
3. Konsep Fungsional

Pengertian Modal Kerja

 


Pada dasarnya modal kerja memiliki arti yang sangat penting bagi
operasional perusahaan. Perusahaan harus memenuhi kebutuhan modal kerja
karena jika kelebihan atau kekurangan akan mempengaruhi profitabilitas
perusahaan (Moeljadi, 2006:67). Modal kerja berperan dalam menopang operasi
atau kegiatan perusahaan, karena tanpa modal kerja maka kegiatan suatu
perusahaan tidak dapat berjalan dengan lancar. Pada dasarnya modal kerja adalah
sebagian dana peusahaan yang berfungsi sebagai jembatan Antara saat
pengeluaran uang dengan saat penerimaanya. Perusahaan yang mempunyai modal
kerja lebih besar dari kebutuhan akan mengakibatkan tidak efisien penggunaanya
dan jika lebih kecil dapat mengganggu operasional perusahaan.
Manajemen atau pengelolaan modal kerja adalah suatu hal yang penting
untuk kelangsungan perusahaan kedepannya agar dapat dipertahankan. Jika
melakukan kesalahan maka perusahaan akan mengalami kerugian keuangan atau
tidak dapat beroperasional sama sekali akibatnya tidak terpenuhinya likuiditas dan
target laba yang diinginkan. Untuk menghindari hal tersebut, maka perlu diketahui
pengertian dari modal kerja. Ada beberapa pendapat yang beragam tentang
definisi modal kerja menurut para ahli adalah sebagai berikut: 
Menurut Bambang Riyanto (2001:57) menyatakan bahwa pengertian
modal kerja dimaksudkan sebagai keseluruhan dari aktiva lancar.
Menurut Gito Sudarmo dan Basri (2002:35) menyatakan “Modal kerja
merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk
menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode
tertentu”.
Menurut Kasmir, (2008:250) Modal kerja diartikan sebagai investasi yang
ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank,
surat-surat berharga, piutang, sediaan dan aktiva lancar lainnya.
Menurut Jumingan, (2011:66) “Modal kerja yaitu jumlah dari aktiva
lancar. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Definisi
ini bersifat kuantitatif karena menunjukan jumlah dana yang digunakan untuk
maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan
tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur-unsur aktiva lancar
misalnya kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan”.
Menurut Kasmir (2015:251) secara umum modal kerja perusahaan dibagi ke
dalam dua jenis, yaitu:
1. Gross Working Capital
Merupakan semua komponen yang ada di aktiva lancar secara keseluruhan
dan sering disebut modal kerja. Artinya mulai dari kas, bank, surat-surat
berharga, piutang dan aktiva lancar lainnya. 
2. Net Working Capital
Merupakan seluruh komponen aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total
kewajiban lancar. Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang
bank jangka pendek (satu tahun), utang gaji, utang pajak dan utang lancar
lainnya.

Profitabilitas

 


Rasio profitabilitas menurut Kasmir (2010:196) merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Laba sering kali menjadi salah satu ukuran kinerja perusahaan. Dimana
ketika perusahaan memiliki laba yang tinggi berarti kinerjanya baik dan
sebaliknya. Laba perusahaan selain merupakan indicator kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen
dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di
masa yang akan datang.
Menurut Nugroho (2011), jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat
digunakan yaitu:
1. Gross profit margin
2. Net Profit Margin
3. Return on Investment (ROI) Return on Assets (ROA)
Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal
kerja dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan
modal yang digunakan dalam operasi. Keuntungan besar bukanlah ukuran bahwa
perusahaan tersebut rendabel. Oleh karena itu bagi manajemen dan pihak-pihak
lain rentabilitas yang tinggi lebih penting dari pada keuntungan yang besar.

Tujuan dan Manfaat Rasio Likuiditas

 


Menurut Kasmir (2014:132), ada beberapa tujuan dan manfaat rasio
likuiditas adalah:
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan mambayar kewajiban atau utang
yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan umtuk
membayar kewajiban yang sudah waktunya dibayar sesuai jadwal batas
waktu yang telah ditetapkan (tanggal dn bulan tertentu)
2. Untuk mengukur kemampuan perusahaan mambayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah
kewajiban yang berumur dibawah satu tahun atau sama dengan satu tahun,
dibandingkan dengan total aktiva lancar.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaan mambayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan sediaan atau piutang.
Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan dan utang yang dianggap
likuiditasnya lebih rendah.
4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan.
5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
utang.
6. Sebagai alat perencanaan ke depan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan utang.
7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke
waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
8. Untuk melihat kelemahan yang dimiliki perusahaan, dari masing-masing
komponen yang ada di aktiva lancar dan utang lancar.
9. Menjadi alat pemicu bagi pihak manajemen untuk memperbaiki
kinerjanya, dengan melihat rasio likuiditas yang ada pada saat ini.

Sumber Modal Kerja

 


Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari
beberapa bagian Munawir (2007:120-122):
1. Hasil Operasi perusahaan
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pandek)
3. Penjualan aktiva tidak lancar
4. Penjualan saham atau obliogasi

 Jenis-Jenis Modal Kerja

 


Jenis modal kerja menurut Riyanto (2010:61), adalah sebagai berikut :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja
yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya,
atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan
untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital ini dapat dibedakan
dalam :
 Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal
kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin
kontinuitas usahanya.
 Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal
kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang
normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan
modal kerja ini dibedakan antara lain sebagai berikut:
 Modal Kerja Musiman (Seasonal working Capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
 Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
 Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja
yang besarnya berubah- ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak
diketahui sebelumnya (misalnya ada pemogokan buruh, banjir,
perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

Definisi Modal Kerja


Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja, perusahaan yang
bergerak dibidang apapun baik itu perusahaan jasa maupun perusahaan produksi
barang selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan usahanya,
dengan harapan dana yang telah dikeluarkan dapat kembali masuk ke dalam
perusahaan dalam jangka yang relatif pendek.
Menurut Haharap (2009:299),
Modal kerja adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja ini
merupakan ukuran tentang keamanan dari kepentingan kreditur jangka
pendek. Modal kerja bisa juga dianggap sebagai dana yang tersedia untuk
di investasikan dalam aktiva lancar atau untuk membayar utang tidak
lancar.
Sedangkan menurut Kasmir (2014:250), “modal kerja merupakan modal
yang digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan”. Modal kerja
diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva jangka pendek, seperti
kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya

Return on Investment (ROI)

 


Analisa Return On Investment (ROI) dalam analisa keuangan
mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan
yang bersifat menyeluruh. Analisa Return On Investment (ROI) ini sudah
merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan
untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return On
Investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu bentuk dari ratio 
profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan
untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan, dalam penelitian
ini, jenis rasio yang digunakan yaitu Return On Investment (ROI).
Menurut Mulyadi (2001:488) Return On Investment (ROI) adalah alat
ukur untuk kinerja, umumnya digunakan dua ukuran yang menghubungkan
laba yang diperoleh dengan investasi yang akan digunakan untuk menghasilkan
laba.
Kemudian dikemukakan oleh Bambang (2002:295) Return On Investment
(ROI) adalah merupakan besaran yang menunjukkan tingkat pengendalian suatu
investasi guna menghasilkan laba.
Selanjutnya dijelaskan oleh Menurut Munawir (2004:89) yaitu:
Return On Investment (ROI) menghubungkan keuntungan yang
diperoleh dari operasi perusahaan (Net Operating Income) dengan
jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan operasi tersebut (Net Operating Assets).
Dikuatkan oleh Kasmir (2008:203) definisi hasil pengembalian investasi (Return
On Investment) menjelaskan bahwa:
Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on
Investment (ROI) atau return on total assets merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam
perusahaan.

Profitabilitas

 


Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting
adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu,
manajemen perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk
memenuhi target yang telah di tetapkan. Artinya besarnya keuntungan
haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal
untung. 
Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio
keuntungan atau rasio profitabilitas yang juga dikenal dengan nama rasio
rentabilitas. Secara umum, profitabilitas atau rentabilitas merupakan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Untuk
mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio keuntungan
atau rasio profiabilitas.
Adapun pengertian profitabilitas menurut beberapa para ahli yaitu sebagai berikut :
Menurut Mamud (2001:30) yaitu mengemukakan bahwa profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada tingkat
penjualan, asset dan modal saham selama periode tertentu.
Selanjutnya dijelaskan oleh Munawir (2004:33) yaitu:
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu, profitabilitas suatu perusahaan diukur
dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan
aktivanya secara produktif, dengan demikian profitabilitas suatu
perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan laba yang
diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal
perusahaan tersebut.

Debt to Equity Ratio (DER)

 


Adapun pengertian Debt to equity ratio (DER) akan dijelaskan oleh para
ahli yaitu :
Menurut Sawir (2000:13) menjelaskan bahwa:
Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menggambarkan
perbandingan utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan
menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk
memenuhi seluruh kewajibannya.
Sedangkan menurut Menurut Suad (2004:70) menjelaskan bahwa debt
to equity ratio menunjukan perbandingan antara hutang dengan modal
sendiri.

Leverage

 


Rasio Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dari hutang. Artinya berapa besar
beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka pangjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuiditas).
Menurut Agnes (2000:13) menjelaskan rasio leverage sebagai berikut:
Rasio leverage mengukur tingkat solvabilitas suatu perusahaan. Rasio ini
menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban
finansialnya seandainya perusahaan pada saat itu dilikuidasi. Dengan
demikian solvabilitas berarti kemampuan perusahaan untuk membayar
utang–utangnya, baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Selanjutnya dijelaskan kembali oleh Munawir (2002:32) yaitu:
Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
segala keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban
jangka pendek maupun kewajiban jangka panjang.
Semakin tinggi rasio leverage maka semakin tinggi pula resiko kerugian
yang dihadapi, tetapi juga ada kesempatan mendapatkan laba yang besar.
Sebaliknya apabila perusahaan memiliki rasio leverage yang rendah tentu
memiliki resiko kerugian yang lebih kecil.

Efesiensi Modal Kerja


Efisiensi penggunaan modal kerja merupakan salah satu upaya
perusahaan di dalam menghindari adanya pemborosan-pemborosan sehingga
setiap dana yang dioperasikan oleh suatu perusahaan dapat terarah secara
efisien dan dana operasi dapat segera kembali dengan mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan. 
Menurut Hanafi (2005:125) Efisiensi modal kerja merupakan hal yang
sangat penting, agar kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan.
Semakin cepat tingkat perputaran masing-masing elemen modal
kerja, maka modal kerja dapat dikatakan efisien. Tetapi jika perputarannya
semakin lambat, maka penggunaan modal kerja dalam perusahaan kurang
efisien, dan kebutuhan modal kerja dikatakan efisien apabila periode
keterikatanya lebih pendek dan pengeluaran kas rata-rata tiap harinya rendah.

Penggunaan Modal Kerja


Penggunaan dana untuk modal kerja dapat diperoleh dari kenaikan aktiva
dan penurunan pasiva. Menurut Munawir (2010:123) secara umum dikatakan
bahwa penggunaan modal kerja biasa digunakan untuk :
1. Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya,
untuk menunjang penjualan.
2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan yang
akan digunakan untuk proses produksi atau untuk dijual kembali.
3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga.
4. Pembentukan dana yang merupakan pemisahan aktiva lancar untuk
tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya pembentukan dana
pensiun, dana ekspansi, atau dana pelunasan obligasi. Pembentukan
dana ini akan mengubah bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi
aktiva tetap.
5. Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dan lainlain).
6. Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank
jangka panjang).
7. Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi.
8. Penggunaan lainnya.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja

 


Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Namun, terkadang untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia. Hal ini
disebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung pada
berbagai faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, pihak manajemen 
dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama kebijakan dalam
upaya pemenuhan modal kerja harus segera memperhatikan faktor-faktor
tersebut.
Faktor–faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja menurut Munawir
(2002:117) yaitu:
a. Sifat atau Tipe dari Perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif akan lebih rendah bila
dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri, karena
perusahaan industri harus mengadakan investasi yang cukup besar dalam
aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan di dalam
operasinya sehari-hari. Bahkan diantara perusahaan industri sendiri
kebutuhan modal kerjanya tidak sama, perusahaan yang memproduksi
barang akan membutuhkan modal kerja yangh lebih besar dibandingkan
perusahaan perdagangan atau perusahaan eceran, karena perusahaan yang
memproduksi barang harus mengadakan investasi yang relatif besar dalam
bahan baku, barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
b. Waktu yang dibutuhkan untuk meproduksi atau memperoleh barang yang
akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut. Kebutuhan modal
kerja suatu perusahaan berhubungan langsung dengan waktu yang
dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual. Makin banyak
waktu yang dibutuhkan untuk meproduksi atau untuk memperoleh barang
tersebut semakin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu
harga pokok persatuan barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya
modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga pokok persatuan
barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja.
c. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
Jika syarat kredit jyang diteerima pada waktu pembelian menguntungkan,
makin sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan
atau pun barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau
barang yang dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang
pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan
semakin besar pula.
d. Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada pembeli
akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus
diinvestasikan dalam sekor piutang. Untuk memperendah atau
memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang
dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tidak dapat ditagih,
sebaliknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli,
kerana dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera
membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.
e. Tingkat perputaran persediaan
Tingkat perputaran persediaan (inventory turn-over), menunjukan
beberapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual
kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka
jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan 
dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat
perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan
pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau
semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap
kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan
selera konsumen, disamping itu akan menghem

Sumber-sumber Modal Kerja

 


Kebutuhan akan modal kerja mutlak disediakan perusahaan dalam
bentuk apapun. Oleh itu, untuk memenuhi bebutuhan tersebut diperlukan
sumber-sumber modal kerja yang dapat dicari dari berbagai sumber yang
tersedia. Namun, dalam pemilihan sumber modal perlu diperhatikan untung
ruginya sumber modal tersebut. Pertimbangan ini perlu dilakukan agar tidak
menjadi beban perusahaan ke depan atau akan menimbulkan masalah yang tidak
diinginkan.
Sumber modal kerja menurut Munawir (2010:120) meliputi hal-hal
sebagai berikut:
a. Hasil operasi perusahaan
Jumlah net income yang tampak dalam laporan keuangan laba rugi ditambah
dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja
yang berasal ari operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisis
laporan keuangan perhitungan laba rugi perusahaan tersebut dan apabila laba
tersebut tidak diambil oleh perusahaan maka laba tersebut akan menambah
modal perusahaan yang bersnagkutan.
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga
Surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan untuk jangka pendek adalah
salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan dapat
menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.
c. Penjualan aktiva tidak lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan
dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik
perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga
mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna
memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
d. Penjualan saham dan obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat
pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik
perusahaan untuk menambha modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga
mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna
memenuhi kebutuhan modal kerja .

Jenis-Jenis Modal Kerja

 


Taylor dalam Sawir (2005:132) menyatakan bahwa modal kerja dapat
digolongkan menjadi dua yaitu :
1) Modal kerja permanen (permanent working capital)
Modal kerja permanen merupakan modal kerja yang harus tetap ada
pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata
lain modal kerja harus terus menerus dierlukan untuk kelancaran usaha
2) Modal kerja variabel (variable working capital)
Modal kerja variable merupakan jumlah modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan

Definisi Modal Kerja

 


Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai
operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk memberi uang
muka pada pembelian bahan baku atau barang dagangan, membayar upah buruh
dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya. Sejumlah dana yang dikeluarkan
untuk membelanjai operasi perusahaan tersebut diharapkan akan kembali lagi
masuk dalam perusahaan dalam jangka waktu pendek melalui hasil
penjualan barang dagangan atau hasil produksinya. Uang yang masuk yang
bersumber dari hasil penjualan barang dagangan tersebut akan dikeluarkan
kembali guna membiayai operasi perusahaan selanjutnya.
Dengan demikian uang atau dana tersebut akan berputar secara terus
menerus setiap periodenya sepanjang hidupnya perusahaan Djarwanto
(2001:85). Pemahaman arti modal kerja sangat erat hubungannya dengan
perhitungan kebutuhan modal kerja. Pengertian modal kerja yang berbedabeda akan menyebabkan perhitungan kebutuhan modal kerja yang juga
berbeda, adapun pengertian modal kerja menurut beberapa ahli antara lain yaitu
menurut Sawir (2005 :129) menjelaskan bahwa:
Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan,
atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai
kegiatan operasi perusahaan sehari–hari. Sedangkan menurut Sofyan (2001:288)
yaitu:
Modal kerja adalah aktiva lancar dikurang hutang lancar. Modal kerja
juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan terhadap
aktiva tidak lancar atau untuk membayar hutang tidak lancar

Saturday, May 27, 2023

Keunggulan Bersaing

 .  

Pernah ada masa dimana orang menyebutnya era keunggulan komparatif, yaitu era
suatu negara unggul terhadap negara lain karena memiliki kekayaan terutama
alam yang tidak dimiliki negara lain. Indonesia semestinya termasuk kedalam
negara yang memiliki kekayaan yang berlimpah untuk dapat mengungguli negaranegara yang miskin kekayaan alam. Yang terjadi saat ini justru sebaliknya, bahwa
negara maju adalah mereka yang tidak lebih kaya kekayaan alam tetapi mampu
mewujudkan mimpinya lewat negara lain. Ini lah yang dinamakan dengan era
keunggulan bersaing. Memiliki keunggulan bersaing artinya negara sudah
memiliki keunggulan baik satu negara atau beberapa bidang sehingga negara
mampu memenangkan persaingan.
Pemasaran pada saat ini belum menghubungkan antara konsep-konsep mikro
makro. Pemasaran perlu menggali aspek makro yang meliput: aspek nilai-nilai
individu dan budaya. Faktor- faktor strategi bersaing yang mempengaruhi strategi
bersaing, yaitu : Kekuatan dan kelemahan perusahaan, peluang dan ancaman
industri, harapan masyarakat, nilai-nilai yang dianut para eksekutif kunci. 
Keunggulan bersaing menurut Porter (1986) adalah kemampuan suatu perusahaan
untuk meraih keuntungan ekonomis di atas laba yang mampu diraih oleh pesaing
di pasar dalam industri yang sama. Perusahaan yang memiliki keunggulan
kompetitif senantiasa memiliki kemampuan dalam memahami perubahan struktur
pasar dan mampu memilih strategi pemasaran yang efektif. Pilihan tiap-tiap
perusahaan terhadap strategi generik di atas akan bergantung kepada analisis
lingkungan usaha untuk menentukan peluang dan ancaman. Berdasarkan studi
yang dilakukan oleh Porter, beberapa cara untuk memperoleh keunggulan
bersaing antara lain dengan menawarkan produk atau jasa dengan harga
minimum (cost leadership), menawarkan produk atau jasa dengan yang
memiliki keunikan dibanding pesaingnya (differntiation), atau memfokuskan
diri pada segmen tertentu (focus).

Definisi Organizational Innovation

 


Menurut Lewis et al.,. (2018) mendefinisikan Organizational Innovation
sebagai proses dari ide hingga implementasi yang berhasil yang membuat perbedaan
substansial bagi organisasi pemahaman tentang kebutuhan itu. Menurut
Dedahanov,Rhee dan Yoon (2017), Organizational Innovation merupakan faktor
mendasar yang membantu perusahaan untuk bertahan hidup di dunia yang berubah
dengan cepat dan dianggap sebagai salah satu cara untuk mencapai kesuksesan dan
daya saing organisasi karena membantu organisasi mengungguli pesaing,
menggairahkan pelanggan, dan membangun portofolio produk baru. nnovation ialah
keberhasilan dalam mengimplementasi ide-ide kreatif dalam sebuah organisasi. Maka
penting bagi sebuah organisasi atau perusahaan untuk terus melakukan inovasi dengan
mengimplementasi ide-ide baru dan kreatif yang muncul secara berkala agar
organisasi atau perusahaan tersebut dapat bertahan dan mempertahankan keunggulan
kompetitifnya (Ekobalawati,2020)

Definisi Organizational Learning

 


Organizational Learning adalah proses dimana suatu organisasi menegaskan
perubahan ini dengan pertanyaan saat ini berlatih dan berupaya mengembangkan
budaya, struktur dan proses yang paling sentral organisasi (Brink 2020). Menurut
Mousa, Massoud, Ayoubi (2021), Organizational Learning telah secara luas
dipandang sebagai kemampuan organisasi untuk merespons lingkungan lokal dan 
global di sekitarnya dalam upaya untuk menjamin tingkat kemampuan beradaptasi
yang relevan, perubahan dan konsistensi. Organizational Learning juga dapat
didefinisikan sebagai proses perubahan dalam individu dan pemikiran serta tindakan
bersama, yang dipengaruhi oleh dan tertanam dalam lembaga-lembaga organisasi
(Gansiniec dan Sulkowski ,2020)

 Definisi Organizational Flexibility

 


Organizational Flexibility merangkum kemampuan organisasi dan manajemen
yang memungkinkan organisasi untuk beradaptasi dengan cepat perubahan
lingkungan. fleksibilitas internal dan eksternal adalah yang pertama mengacu pada
kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan eksternal, sedangkan
yang terakhir dapat dipahami sebagai organisasi


Organizational Flexibility merangkum kemampuan organisasi dan manajemen
yang memungkinkan organisasi untuk beradaptasi dengan cepat perubahan
lingkungan. fleksibilitas internal dan eksternal adalah yang pertama mengacu pada
kemampuan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan eksternal, sedangkan
yang terakhir dapat dipahami sebagai organisasi yang secara aktif mempengaruhi nya
lingkungan (Laser, 2020). Menurut Bjørnstad dan Lichacz (2012), Istilah fleksibilitas
saat ini didefinisikan sebagai fleksibilitas organisasi (Organizational Flexibility),
yang dipahami sebagai kemampuan organisasi untuk beradaptasi dan berhasil
menanggapi tuntutan lingkungan yang kompleks, tak terduga, dan berubah.
Fleksibilitas Organisasi (Organizational Flexibility) adalah berhubungan dengan
karakteristik lingkungan. Dimana perusahaan harus tahu dan menentukan sifat alami
lingkungan mereka, untuk mampu menghadapi dan merumuskan strategi mereka serta

merancang struktur yang paling cukup (Hiariey, 2018) yang secara aktif mempengaruhi nya
lingkungan (Laser, 2020). Menurut Bjørnstad dan Lichacz (2012), Istilah fleksibilitas
saat ini didefinisikan sebagai fleksibilitas organisasi (Organizational Flexibility),
yang dipahami sebagai kemampuan organisasi untuk beradaptasi dan berhasil
menanggapi tuntutan lingkungan yang kompleks, tak terduga, dan berubah.
Fleksibilitas Organisasi (Organizational Flexibility) adalah berhubungan dengan
karakteristik lingkungan. Dimana perusahaan harus tahu dan menentukan sifat alami
lingkungan mereka, untuk mampu menghadapi dan merumuskan strategi mereka serta
merancang struktur yang paling cukup (Hiariey, 2018)

Komponen Ambidextrous Leadership

 


Ambidextrous Leadership terdiri dari tiga komponen (Luu, Dinh, Qian 2019)
(1) Perilaku kepemimpinan terbuka untuk menumbuhkan eksplorasi;
(2) Perilaku kepemimpinan tertutup untuk menumbuhkan eksploitasi; dan
(3) Fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi untuk beralih antara keduanya sebagai
tuntutan situasi.
Sedangkan, menurut Saputra (2021) komponen dari Ambidextrous Leadership adalah :
(1) Perilaku membuka (opening behavior) yang mendorong eksplorasi. Perilaku ini
memungkinkan tugas dilakukan dengan cara yang berbeda melalui eksperimen. Hal
ini menimbulkan pemikiran dan tindakan independen, yang menghasilkan dukungan
untuk mengubah metode yang sudah mapan. Akibatnya, pemimpin yang melakukan
perilaku pembukaan ini harus mentolerir penyimpangan dari rencana yang telah
ditetapkan dan memperkenalkan cara berpikir baru melalui pendekatan baru terhadap
masalah-masalah yang ditangani.
(2) perilaku menutup (closing behavior) yang mendorong eksploitasi. Perilaku ini
memastikan kepatuhan dengan tujuan, pengawasan, tindakan korektif, dan penetapan
pedoman khusus. Perilaku ini dapat dilakukan secara pasif dengan menetapkan tugas
kontrol atau secara aktif dengan menyusun tugas, mengoreksi kesalahan, dan pada
akhirnya membantu pekerjaan agar dapat dilakukan dengan benar.
(3) Fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk berpindah-pindah dari perilaku membuka
dan perilaku menutup. Pemimpin juga harus cukup peka untuk mengidentifikasi
waktu yang tepat dalam beralih dari satu jenis perilaku ke perilaku lainnya. Jika
pemimpin beralih dari perilaku membuka ke perilaku menutup terlalu dini, hal ini
berpotensi menyebabkan tim kerja belum mengembangkan ide yang memadai.
Sebaliknya, jika pemimpin terlambat beralih dari perilaku membuka ke perilaku
menutup, bisa jadi tim menjadi tidak fokus pada satu ide terbaik, namun terus mencari
ide-ide lain yang baru

Definisi Perilaku Pimpinan Tertutup

 


Perilaku kepemimpinan penutup telah didefinisikan sebagai perilaku
pemimpin yang mengurangi varians dalam perilaku pengikut dengan mengambil
korektif tindakan, menetapkan pedoman khusus, dan memantau pencapaian tujuan
(Zacher dan Rosing 2015). Menurut Mascareño et al., Perilaku kepemimpinan
tertutup (closing leader behaviours) adalah perilaku mengurangi perbedaan dalam
perilaku pengikut atau bawahannya untuk mengoreksi dan memberikan sanksi jika
terjadi kesalahan serta memantau pencapaian sehingga dengan kata lain perilaku
kepemimpinan tertutup merangsang perilaku eksploitatif bagi bawahanny

Definisi Perilaku Pimpinan Terbuka

 


Perilaku kepemimpinan terbuka diartikan sebagai perilaku pemimpin yang
meningkat varians dalam perilaku pengikut atau bawahannya dengan mendorong
mereka untuk melakukan sesuatu secara berbeda dan untuk bereksperimen,
memberikan ruang bagi pengikut untuk berpikir dan bertindak mandiri, dan
mendukung upaya pengikut untuk menantang status quo (Zacher dan Rosing, 2015).
Sedangkan, Menurut Mascareño et al., Perilaku kepemimpinan terbuka (opening
leader behaviours) adalah perilaku yang mendorong untuk bereksperimen,
mengambil risiko dan memberikan ruang untuk berpikir dan bertindak sendiri dengan
mendukung upaya pengikut atau bawahannya untuk menentang rutinitas yang sudah
mapan sehingga dengan kata lain perilaku kepemimpinan terbuka merangsang
perilaku eksploratif bagi bawahannya

Definisi Ambidextrous Leadership

 


Menurut Gerlach, Hundeling dan Rosing (2020), Ambidextrous Leadership
menjelaskan tentang dua jenis perilaku pemimpin (terbuka dan tertutup) untuk
mempertimbangkan kreativitas dan implementasi dalam proses inovasi. Pertama,
perilaku pemimpin membuka dan menutup secara khusus didefinisikan sebagai
nasihat konkret tentang kinerja tugas yang terkait dengan kreativitas dan implementasi
persyaratan. Kedua sebagai prinsip sentral, kepemimpinan ambidextrous
menggabungkan persyaratan situasional proses inovasi. Sedangkan, Menurut Zacher
dan Rosing (2013), Ambidextrous Leadership adalah kemampuan untuk mendorong
eksploratif dan eksploitatif perilaku dalam pengikut dengan meningkatkan atau
mengurangi varians dalam perilaku mereka dan secara fleksibel beralih di antara
perilaku itu. Ambidextrous Leadership merupakan faktor penting dalam keberhasilan
organisasi pasar berkembang yang menjelajah menuju ekonomi maju (Luu et.al,
2018).

Karakteristik New Public Management

 


Karakteristik NPM menurut Indrawati (2017), yaitu:
a. Manajemen profesional di sektor publik.
NPM dikelola oleh profesional dan mensyaratkan batasan tugas pokok, fungsi
serta deskripsi kerja yang jelas dan manajemen memiliki kebebasan dan
keleluasaan dalam organisasi yang dipimpinnya.
b. Adanya standar kinerja dan ukuran kinerja
NPM mensyaratkan organisasi memiliki tujuan dan target kerja. Target kerja
merupakan kewajiban manager untuk dicapai yang dkaitkan dengan standar
dan ukuran kinerja. Standar kinerja untuk memberikan nilai terbaik dan
praktik terbaik. Sedangkan penetapan kinerja untuk menilai kesuksesan atau
kegagalan dalam pencapaian target kinerja dan tujuan organisasi
c. Penekanan yang lebih besar terhadap pengendalian output dan outcome.
Sumberdaya organisasi diarahkan untuk mencapai target kerja yang memiliki
penekanan terhadap hasil (outcome) menjadi fokus utama perhatian organisasi
dan bukan pengendalian income, seperti anggaran ataupun jumlah staf.
d. Pemecahan unit-unit di sektor publik
NPM menghendaki desentralisasi sehingga tujuan pemecahan organisasi agar
efisiensi dan memangkas kelambanan birokrasi.
e. Menciptakan persaingan di sektor publik
Tujuan menciptakan persaingan untuk menghemat biaya untuk dilakukan
mekanisme kontrak dan tender kompetitif, sehingga beberapa tugas pelayanan
publik dapat diberikan ke pihak swasta untuk penghormatan dan
meningkatkan kualitas. Selain itu, mendorong berkembangnya sektor swasta
dan sektor ketiga.
f. Pengadopsian gaya manajemen di sektor bisnis ke dalam sektor publik
Pengadopsian gaya manajemen bisnis swasta ke dalam sektor publik dianggap
lebih baik dibandingkan manajemen sektor publik yaitu penilaian kerja, sistem
kompensasi dan promosi berdasarkan kinerja, manejemen biaya, struktur yang
fleksibel, sistem akuntansi, dan penganggaran yang lebih maju.
g. Penekanan pada disiplin dan penghematan lebih besar dalam menggunakan
sumber daya.

Definisi New Public Management

 


New Public Management (NPM) adalah suatu konsep yang tepat untuk
diterapkan, karena berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi kinerja
(pelayanan publik); debirokratisasi; akuntabilitas berbasis hasil; pemecahan birokrasi
publik ke dalam unit-unit kerja; pemangkasan biaya dan efisiensi; serta kebebasan
manajer untuk mengelola organisasi dalam persaingan yang sehat dan arah yang lebih
baik (Indrawati, 2017). Dan New Public Management (NPM) sebagai seperangkat
rekomendasi untuk membuat sektor publik terorganisir dan dikelola dengan lebih baik
secara internal. (Vries dan Nemec, 2012)

Pengertian Strategi Pemasaran

 


Strategi pemasaran menurut Kurtz (2008) adalah keseluruhan program
perusahaan dalam menentukan target pasar dan memuaskan konsumen dengan
membangun kombinasi elemen dari marketing mix; produk, distribusi, promosi dan
harga. Sedangkan menurut Philip Kotler pengertian strategi pemasaran adalah suatu
mindset pemasaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pemasaran,
dimana di dalamnya terdapat strategi rinci mengenai pasar sasaran, penetapan
posisi, bauran pemasaran dan budget untuk pemasaran. Strategi pemasaran menurut
Kotler (Kotler and Amstrong,2012, p.72) adalah logika pemasaran dimana
perusahaan berharap dapat menciptakan nilai bagi customer dan dapat mencapai
hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan. Maka secara umum strategi
pemasaran adalah usaha memasarkan produk agar permintaan produk dipasaran
mencapai sasaran.
Umumnya terdapat 5 konsep dari strategi pemasaran secara luas yang sering
digunakan oleh perusahaan – perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Market Segmenting (Segmentasi Pasar)
Pada proses ini yaitu mengelompokkan target nasabah menjadi
kelompok – kelompok segmentasi berbeda dengan faktor pengelompokkan
tertentu.
2. Market Positioning (Penentuan Posisi Pasar)
Pada proses ini perusahaan melakukan upaya untuk mendesain dan
mengemas produk agar dapat menempati sebuah posisi yang unik dan
menarik agar lebih mudah mendapatkan konsumen.
3. Market Entry Strategy (Strategi Masuk Pasar)
Strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk masuk pada
segmen pasar baru misalnya bekerja sama dengan perusahaan lain.
4. Marketing Mix Strategy (Strategi Bauran Pemasaran)
Strategi bauran pemasaran merupakan penggabungan dan pengendalian
variable – variable yang berpengaruh pada kesuksesan pemasaran.
Variable yang terdapat dalam marketing mix:
a. Product (Produk)
Produk merupakan segala bentuk hasil usaha yang ditawarkan kepada pasar
untuk digunakan atau dikonsumsi sehingga bisa memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Jika ingin strategi berjalan dengan baik maka produk
yang dihasilkan harus dengan kualitas dan keunikan tersendiri. Dengan
begitu, produk tersebut dapat bersaing dipasaran.
b. Price (Harga)
Penetapan harga merupakan suatu hal penting. Penetapan harga dapat
memengaruhi pendapatan total dan biaya. Harga merupakan faktor utama
penentu positioning produk dan harus diputuskan sesuai dengan pasar
sasaran, bauran ragam produk, pelayanan dan persaingan. Harga yang
ditawarkan juga harus membuat konsumen merasa pengeluarannya sesuai
dengan apa yang yang akan ia dapat.
c. Place (Tempat)
Jangkauan tempat menjadi suatu yang harus dipertimbangkan secara
matang, tempat – tempat yang strategis tentu memiliki peluang akses publik
yang lebih baik sehingga memudahkan konsumen dalam bertransaksi
sehingga penjualan lebih mudah terjadi.
d. Promotion (Promosi)
Promosi adalah suatu tindakan untuk memperkenalkan, memberitahukan
suatu produk, barang atau jasa yang bertujuan untuk meningkatkan
perminatan atau penjualan.
Menurut Rambat Lumpiyoadi (2016: 25):
“Promosi merupakan salah satu variable dalam bauran pemasaran yang
sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk
jasa. Bukan hanya sebagai alat komunikasi, akan tetapi kegiatan promosi
juga berfungsi untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan pembelian
atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya

Pengertian Pemasaran

 


Pandangan yang sempit dalam pengertian pemasaran menyebabkan banyak
pengusaha atau dunia usaha masih berorientasi pada produksi atau berfikir dari segi
produksi. Mereka menekankan produk apa yang dapat dihasilkan, bukan produksi
apa yang dapat dipasarkan. Produk yang diusahakan oleh perusahaan, dirancang
oleh tenaga teknisi, diolah atau dihasilkan. William J. Stanton mendefinisikan
pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan – kegiatan bisnis yang
ditunjukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli
yang ada maupun pembeli yang potensial.
Pada dasarnya pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial
dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai dengan yang lain
(Kotler dan Keller,2012:6). Secara umum berdasarkan definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa pemasaran adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan dan
perminatan dengan cara menciptakan dan menawarkan produk yang diproduksi
agar dapat diterima oleh konsumen. Dengan demikian kegiatan pemasaran
memiliki cakupan luas. Kotlerr & Keller (2012:8) dan Sucherly (2015:27)
mengemukakan sejumlah faktor yang menunjukan luasnya cakupan kegiatan
pemasaran, sebagai berikut:
1) Melibatkan berbagai pihak
2) Melibatkan fungsi manajerial
3) Yang dipasarkan tidak hanya barang tetapi produk dalam arti luas
termasuk gagasan, jasa, informasi dan pengalaman
4) Sasaran yang ingin dicapai adalah kepuasan pihak – pihak yang terlibat
dalam pertukaran.

Pengertian Strategi

 


Strategi berasal dari Bahasa Yunani strategia (stratos yang berarti militer dan
ag yang artinya memimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang
jendral. Strategi bisa diartikan sebagai suatu rencana untuk pembagian dan
penggunaan kekuatan militer dan material pada daerah – daerah tertentu untuk
mencapai tujuan tindakan tertentu. Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk
kepentingan militer saja namun kemudian berkembang ke berbagai bidang yang
lain seperti strategi bisnis, pemasaran, olahraga, ekonomi, perdagangan,
manajemen strategi, dan lain – lain.
Strategi dalam suatu bisnis atau usaha pemasaran sangatlah dibutuhkan untuk
pencapaian visi misi yang sudah diterapkan oleh perusahaan, maupun untuk
pencapaian sasaran atau tujuan baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka
panjang. Pearce II dan Robinson (2008:2) mendefinisikan strategi adalah rencana
berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi
persaingan untuk mencapai tujuan.
Siagian (2004) memberikan penjelasan tentang strategi yaitu:
“Strategi merupakan metode atau rencana yang dipilih untuk membawa masa
depan yang diharapkan misalnya pencapaian tujuan dan solusi untuk masalah.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu rencana
yang disusun oleh manajemen, untuk mencapai tujuan yang diinginkan baik
untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang”

Minat Beli

 


Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek
atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang di ukur dengan
tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian.Menurut Kotler & Keller
(2008: 160) yang dialih bahasakan oleh Molan.Pembelian produk baru selalu dimulai
dengan kemauan untuk melakukan pembelian pertama kali dengan niat mencoba
produk tersebut.
Sedangkan menurut Schiffman & Kanuk (2008:228) yang dialih bahasakan
oleh Zoelkifli menjelaskan Minat beli merupakan modek sikap kemungkinan atau
kecenderungan bahwa individu akan melakukan tindakan khusus atau perilaku
terhadap objek yang berhubungan dengan pembelian.
Fishbein memodifikasi dan menambahkan model sikap multiatribut untuk
menghungbungkan kepercayaan dan sikap konsumen dengan intensi perilaku
mereka.Model tersebut dinamakan teori aksi beralasan (theory of reasoned action)
model tersebut mengasumsikan bahwa konsumen secara sadar mempertimbangkan
konsekuensi perilaku alternatif dan memilih salah satu perilaku berdasarkan
konsekuensi yang paling diharapkan.
Menurut Kotler & Keller (2009: 178) 178) yang dialih bahasakan oleh Molan
Dalam Model AIDA ada beberapa tahap yang harus dilewati oleh seorang calon
konsumen dalam proses pembelian yaitu:
1. Tahap Perhatian (Attention), perusahaan melakukan usaha pemasaran
untuk mengkomunikasikan produknya agar dapat mendapatkan perhatian
konsumen dan menyadari akan keberadaan suatu produk.
2. Tahap Minat (Interest), dimana konsumen tertarik dengan produk yang
ditawarkan perusahaan. Perasaan ini muncul setelah konsumen
mendapatkan informasi yang lebih terperinci mengenai suatu produk. 
3. Tahap keinginan (Desire), konsumen belajar, berfikir, dan berdiskusi
sehingga menimbulkan hasrat yang kuat untuk mencoba dan membeli
produk.
4. Tahap tindakan (Action), terjadi bila keinginan konsumen kuat, maka
mereka akan melakukan pengambilan keputusan yang positif atas
penawaqran perusahaan. Pada tahap ini konsumen telah mewujudkan
hasrat untuk membeli produk.

Perilaku Konsumen


Konsumen sebagai stakeholder suatu perusahaan yang harus diperhatikan,
mempunyai perilaku dan persepsiyang berbeda-beda. Konsumen dapat menentukan
kelangsungan hidup suatu perusahaan, karena itu perusahaan harus dapat mengambil
hati dan membantu image baik dimata konsumen.
Perilaku (behavior) mengacu kepada aksi fisik konsumen secara langsung
dapat diamati dan diukur oleh pihak lain. Hal ini juga disebut sebagai perilaku
terbuka (overt behavior) untuk membedakan atara aktivitas mental, seperti berpikir
yang tidak dapat diamati secara langsung.
Peter & Olson (2013:6) yang terjemahkan oleh Diah Tantri, American
Marketing Association mendefinisikan Perilaku Konsumen (Consumer bahavior)
sebagai dinamika interaksi antara pengaruh dan kesadaran, perilaku dan lingkungan
dimana manusia melakukan pertukaran aspek-aspek kehidupan.

Event and Experice

 


Menurut Kotler dan Keller (2009:586) yang dialih bahasakan oleh Molan,
mengungkapkan “event/experiences is a company sponsored activities and programs
designed to create daily or special brand-related interaction. Event adalah
merancang acara tertentu lebih di kenal dengan peristiwa khusus yang dipilih dalam
jangka waktu, tempat dan objek tertentu yang bersifat khusus dan mepengaruhi
publik.

Pemasaran Intreraktif (Interactive Marketing)

 


Interactive marketing merupakan alat yang digunakan untuk melakukan
promosi.Internet sebagai jaringan komputer global tertentu terbukti dapat
mempermudah untuk berkomunikasi serta memperoleh informasi yang dibutuhkan
dengan cepat dan akurat.
Menurut Kotler dan Keller (2009 : 4723) yang dialih bahasakan oleh Molan,
interactive marketing merupakan kegiatan yang bersifat online dan program untuk
mempengaruhi konsumen secara langsung maupun tidak langsung membangun citra
atau menjual produk atau jasa.

Bauran Promosi


Bauran promosi (promotion mix) juga disebut bauran komunikasi pemasaran
(marketing communication mix) perusahaan merupakan paduan spesifik iklan
promosi penjualan untuk mengkomunikasikan nilai pelanggan secara persuatif dan
membangun hubungan pelanggan. Menurut Kotler dan Amstrong (2010:174) dialih
bahasakan oleh Bob Sabran, bauran promosi terdiri atas delapan unsur atau metode
bauran promosi diuraikan sebagai berikut:
1. Periklanan (Advertising)
Semua bentuk terbayar presentasi non pribadi dan promosiide, barang,
atau jasa dengan sponsor tertentu.
2. Promosi Penjualan (Sales Promotion)
Insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian ataupenjualan produk
atau jasa.
3. Hubungan Masyarakat (Public Relations)
Membangun hubungan baik dengan berbagai kalanganuntuk mendapatkan
publisitas yang diinginkan, membangun citra perusahaan yang baik, dan
menanganin atau mengahadapi rumor, berita, dan kejadian tidak
menyenangkan.
4. Penjualan Personal (Personal Selling)
Presentasi pribadi oleh wiraniaga perusahaan untuk tujuan mengahasilkan
penjualan dan membangun hubungan pelanggan.
5. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)
Hubungan langsung dengan konsumen individual yang ditargerkan secara
cermat untuk memperoleh respon segera dan membangun hubungan
pelanggan yang langgeng-penggunaan surat langsung, telepon, televisi
respon langsung, e-mail, internet, dan sarana lain untuk berkomunikasi
secara langsung dengan konsumen tertentu.
6. Acara dan Pengalaman ( Event & Experiece)
Kegiatan dan program yang disponsori perusahaan untuk dirancang untuk
menciptakan interaksi harian atau interaksi yang berhubungan dengan merek
tertentu.
7. Pemasaran Intreraktif ( Interactive Marketing)
Kegiatan dan Program online yang dirancang untuk melibatkan pelanggan
atau prospek dan secara langsung atau tidak langsung meningkatkan
kesadaran, memperbaiki citra, atau menciptakan penjualan produk dan jasa.
8. Pemasaran dari Mulut ke Mulut (Mouth of Mouth) 
Komunikasi lisan, tertulis, dan elektronik antara masyarakat yang
berhubungan dengan keunggulan atau pengalaman membeli atau

menggunakan produk atau jasa 

Promosi

 


Saat melakukan aktivitas promosi, perusahaan tentunya tidak akan
berorientasi untuk mendapatkan keuntungan secara langsung, kebanyakan justru
harus mengeluarkan biaya yang cukup besar terlebih dahulu untuk membiayai
aktivitas promosinya, namun dalam jangka panjang diharapkan penjualanya dari
barang yang dipromosikan dapat meningkatkan seiring dengan sadarnya konsumen
terhadap benefit produk tersebut. Menurut Utami (2008:31) Promosi adalah penjualan
terorganisasi yang memberikan konsumen sebuah insentif untuk membeli produk
tertentu, saat melakukan hal-hal yang akan dipelajari dalam pengenalan pada
promosi. Saat melakukan promosi dengan memberikan insentif untuk produk tertentu
diperlukan tujuan awaal saat melakukan promosi adalah menarik minat konsumen.
Dengan adanya minat konsumen maka akan lebih mudah menjalankan tujuan
selanjutnya. Menurut Hurriyati (2008:58) Promosi merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu
produk bila konsumen belum pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk
tersebut akan berguna bagi mereka, maka mereka tidak akan pernah percaya
membelinya.

Pemilihan saluran distribusi

 


Pemilihan saluran distribusi secara tepat memang harus dilakukan sejak
rencana untuk mendapatkan hasil yang akurat, biasanya para pemasar akan
melakukan survey ataupun riset terlebih dahulu. Beberapa bulan pertimbangan
yang bias dijadikan acuan untuk pemilihan saluran distribusi ini misalnya sifat
pembeli, sifat produk, sifat perantara, sifat pesaing dan lain sebagainya
Sifat pembeli merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keputusan produsen dalam memilih saluran distribusi yang dipakai.Sifat-sifat
tersebut bisa berupa perilaku para konsumen dalam mendapatkan produk,
bagaimana kebiasaan belanjanya, frekuensipembelian, letak geografisnya, dan
lain-lain. Dari sifat pembeli yang berbeda tentu perusahaan akan mementukan
saluran distribusi yang berbeda.
Cara distribusi yang dilakukan kompetitor juga bisa dijadikan
pertimbangan oleh perusahaan dalam melakukan distribusi produknya.Hal ini
terkait dengan kompetisi produk agar lebih cepat dan tepat sasaran dibanding
dengan pesaing yang ada. Jika produk yang akan dipasarkan adalah produk
baru, maka harus dapat memunculkan strategi-strategi khusus agar dapat
menrik perhatian cari calon konsumen

Promotion

 


Promosi adalah kegiatan mengkomunikasikan informasi dari penjual
kepada konsumen atau pihak lain dalam saluran penjualan untuk mempengaruhi 
sikap dan perilaku. Melalui periklanan suatu perusahaan mengarahkan
komunikasi persuasive pada pembeli sasaran dan masyarakat melalui mediamedia yang disebut dengan media massa seperti Koran, majalah, tabloid, radio,
televise dan direct mail.

Konsep Pemasaran

 


Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi perusahaan
akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya. Cara dan
falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep pemasaran
tersebut dibuat dengan menggunakan tiga faktor dasar yaitu:
1. Saluran perencanaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi pada
konsumen/pasar.
2. Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan perusahaan, dan
bukannya volume untuk kepentingan volume itu sendiri.
3. Seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasikan dan
diintegrasikan secara organisasi

Konsep Strategi Pemasaran

 


Banyak ahli marketing mengatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah kunci
utama dari konsep pemasaran dan marketing strategy. Dengan kata lain, setiap
perusahaan memiliki cara tersendiri dalam melakukan proses marketing, sesuai
karakteristik dan kesanggupan masing-masing.
Pada dasarnya tujuan akhir dari marketing itu tetap akan bermuara pada
tercapainya kepuasan konsumen. Berikut ini adalah 5 Konsep Strategi Pemasaran:
1. Segmentasi Pasar
Setiap konsumen pasti memiliki kebutuhan dan kebiasaan yang
berbeda.Perusahaan harus melakukan klasifikasi pasar yang sifatnya heterogen
menjadi satua-satuan pasar yang bersifat homogen.
2. Market Positioning
Tidak ada perusahaan yang bisa menguasai seluruh pasar.Itulah
alasannya mengapa perusahaan harus punya pola spesifik untuk mendapatkan
posisi kuat dalam pasar, yaitu memilih segmen yang paling menguntungkan.
3. Market Entry Strategy
Ini adalah strategi perusahaan untuk bisa masuk pada segmen pasar
tertentu. Bebebrapa cara yang sering dilakukan adalah:
 Membeli Perusahaan Lain
 Internal Development
 Kerjasama Dengan Perusahaan Lain 
4. Marketing Mix Strategy
Marketing Mixadalah kumpulan dari beberapa variabel yang telah
digunakan perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen. Beberapa
variabel tersebut diantaranya;
 Product
 Price
 Place
 Promotion
 Participant
 Process
 People Physical Evidence
5. Timing Strategy
Pemilihan waktu dalam melakukan pemasaran juga sangat penting untuk
diperhatikan.Perusahaan perlu melakukan berbagai persiapan yang baik di
bidang produksi, dan menentukan waktu yang tepat untuk mendistribusikan
produk ke pasar. 

Tujuan Strategi Pemasaran

 


Secara umum, setidaknya ada 4 tujuan strategi pemasaran, diantaranya
adalah:
 Untuk meningkatkan kualitas koordinasi antar individu dalam tim
pemasaran
 Sebagai alat ukur hasil pemasaran berdasarkan standar prestasi yang telah
ditentukan
 Sebagai dasar logis dalam mengambil keputusan pemasaran
 Untuk meningkatkan kemampuan dalam beradaptasi bila terjadi perubahan
dalam pemasaran

Tujuan Strategi Pemasaran

 


Secara umum, setidaknya ada 4 tujuan strategi pemasaran, diantaranya
adalah:
 Untuk meningkatkan kualitas koordinasi antar individu dalam tim
pemasaran
 Sebagai alat ukur hasil pemasaran berdasarkan standar prestasi yang telah
ditentukan
 Sebagai dasar logis dalam mengambil keputusan pemasaran
 Untuk meningkatkan kemampuan dalam beradaptasi bila terjadi perubahan
dalam pemasaran

Fungsi Strategi Pemasaran

 


Secara garis besar ada 4 fungsi strategi pemasaran, diantaranya:
1. Meningkatkan Motivasi untuk Melihat Masa Depan
Strategi pemasaran berupaya untuk memotivasi manajemen perusahaan
agar berpikir dan melihat masa depan dengan cara yang berbeda. Hal ini
sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan perusahaan di masa
mendatang.
Penting bagi perusahaan untuk mengikuti ritme pasar, namun terkadang
perusahaan juga harus memiliki gebrakan dengan sesuatu yang baru.
2. Koordinasi Pemasaran yang Lebih Efektif
Setiap perusahaan pasti memiliki strategi pemasarannya sendiri. Strategi
pemasaran ini berfungsi untuk mengatur arah jalannya perusahaan sehingga
membentuk tim koordinasi yang lebih efektif dan tepat sasaran.
3. Merumuskan Tujuan Perusahaan
Para pelaku usaha tentunya ingin melihat dengan jelas apa tujuan
perusahaan mereka. Dengan adanya strategi pemasaran maka pelaku usaha
akan terbantu untuk membuat detail tujuan yang akan dicapai, baik jangka
pendek maupun jangka panjang. 
4. Pengawasan Kegiatan Pemasaran
Dengan adanya strategi pemasaran maka perusahaan akan memiliki
standar prestasi kerja para anggotanya. Dengan begitu, pengawasan kegiatan
para anggota akan lebih mudah dipantau untuk mendapatkan mutu dan
kualitas kerja yang efektif.

Strategi Pemasaran

 


Strategi pemasaran menurut (Kotler and Amstrong, 2012:72) adalah logika
pemasaran dimana perusahaan berharap dapat menciptakan nilai bagi customer dan
dapat mencapai hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan.
Strategi pemasaran adalah rencana yang menjabarkan ekspektasi perusahaan
akan dampak dari berbagai aktivitas atau program pemasaran terhadap permintaan
produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu. Perusahaan bisa menggunakan
dua atau lebih program pemasaran secara bersamaan, sebab setiap jenis program
seperti periklanan, promosi penjualan, personal selling, layanan pelanggan, atau
pengembangan produk memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap permintaan.
Oleh sebab itu, dibutuhkan mekanisme yang dapat mengkoordinasikan programprogram pemasaran agar program-program itu sejalan dan terintegrasi dengan
sinergistik. Mekanisme ini disebut sebagai strategi pemasaran.
Menurut Kurtz (2008:42) strategi pemasaran adalah keseluruhan program
perusahaan dalam menentukan target pasar dan memuaskan koonsumen dengan
membangun kombinasi elemen dari marketing mix, produk, distribusi, dan harga.

Strategi Pemasaran

 


Pengertian strategi pemasaran adalah upaya memasarkan suatu produk, baik
itu barang atau jasa, dengan menggunakan pola rencana dan taktik tertentu sehingga
jumlah penjualan menjadi lebih tinggi.Pengertian strategi pemasaran juga dapat
diartikan sebagai rangkaian upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka
mencapai tujuan tertentu, karena potensi untuk menjual proposisi terbatas pada
jumlah orang yang mengetahui hal tersebut.
Strategi Pemasaran punya peranan penting dalam sebuah perusahaan atau
bisnis karena berfungsi untuk menentukan nilai ekonomi perusahaan, baik itu harga
barang maupun jasa. Ada tiga faktor penentu nilai harga barang dan jasa, yaitu:
 Produksi
 Pemasaran
 Konsumsi

Manajemen Pemasaran

 


Manajemen Pemasaran mengatur semua keinginan pemasaran, karena itu
manajemen pemasaran sangat penting bagi perusahaan. Manajemen Pemasaran
menurut Kotler dan Keller (2011:6) dalam buku manajemen pemasaran edisi 13
adalah Manajemen pemasaran sebagai seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan
meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,
menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang umum.
Menurut Daryanto (2011:6), mendefinisikan manajemen pemasaran adalah
analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang dirancang untuk
menciptakan, membagun, dan mempertahankan pertukaran yang mengguntungkan
dengan target pembeli untuk mencapai sasaran organisasi.
Manajemen Pemasaran menurut Tjiptono (2011:2) merupakan sistem total
aktivitas bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menetapkan harga, dan
mendistribusikan produk , jasa dan gagasan yang mampu memuaskan keinginan
pasar sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasional.

Pengertian Pemasaran


Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan
kelangsungan hidup usahanya.Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan
salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan
konsumen.Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan sebagai kegiatan manusia yang
berlangsung dalam kaitannya dengan pasar.
Menurut Kotler dan Keller (2011:5) dalam buku Marketing Management
edisi 13 pengertian manajemen pemasaran adalah
“Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial”

Perangkat Pengendalian Kualitas

 


Untuk memecahkan masalah yang timbul mengenai permasalahan kualitas,
diperlukan suatu alat bantu yang dapat dipergunakan secara tepat untuk menganalisis
masalah dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diciptakan alat-alat bantu yang
dapat dipergunakan secara mudah namun tepat untuk membantu pelaksanaan dalam
melakukan langkah pemecahan masalah.
Alat bantu yang dikembangkan ialah 7 alat pengendalian kualitas (The 7 QC Tools),
yaitu :
1. Lembar Periksa (Check Sheet)
2. Histogram
3. Diagram Pareto
4. Stratifikasi Masalah
5. Diagram pencar
6. Peta Kendali
7. Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram-Diagram Sebab Akibat)

Tujuan Pengendalian Kualitas

 


Tujuan diadakannya aktifitas pengendalian kualitas dalam suatu perusahaan adalah :
1. Agar barang hasil produksi dapat mencapai standar mutu yang telah
ditetapkan.
2. Memantau kegiatan produksi agar dapat berjalan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
3. Mengusahakan agar segala penyimpangan yang terjadi di dalam suatu
proses produksi dapat diketahui serta ditemukan sebab-sebabnya sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan atau perbaikan.
4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin.

Pengendalian Kualitas

 


Persaingan di dunia usaha yang semakin ketat dewasa ini mendorong perusahaan
untuk lebih mengembangkan pemikiran-pemikiran unuk memperoleh cara yang
efektif dan efisien dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan.
Salah satu kekuatan terpenting yang menunjang keberhasilan pencapaian tujuan
perusahaan dan menaikkan tingkat pertumbuhan perusahaan di pasar adalah faktor
mutu atau kualitas. Peranan kualitas sangat menunjang kelancaran operasional
produksi perusahaan. Sistem pengendalian kualitas memberikan kontribusi yang
cukup besar bagi pencapaian kualitas yang optimal.

Fokus Memenangkan Persaingan

 


Menurut Tjiptono (2015;483) Hal-hal yang diperhatikan dalam memenangkan
persaingan adalah :
1. Kesempurnaan operasional
Karakteristik perusahaan yang berfokus pada keunggulan operasional adalah
proses produksi yang sederhana hingga ke tahap akhir, aktivitas operasi yang
dibakukan, sistem manajemen berfokus pada transaksi yang terintegrasi,
handal, cepat dan kesesusaian standar yang berlaku, serta budaya efisiensi.
2. Kepemimpinan produk
Perusahaan dituntut untuk selalu kreatif, ide yang muncul dapat
dikomersialkan secepatnya, dan berani menciptakan tandingan untuk
produknya sendiri.
3. Keakraban dengan pelanggan
Keakraban dengan pelanggan mengandung arti perusahaan harus selalu
berusaha untuk menyesuaikan produk atau jasanya dengan kebutuhan dan
memenuhi keinginan pelanggan.

Posisi Kompetitif

 


Posisi dalam sebuah perusahaan dapat diklasifikasikan :
1. Pemimpin pasar adalah perusahaan yang diakui oleh perusahaan sebagai
pemimpin pasar. 
2. Penantang pasar adalah perusahaan besar kedua yang mencoba memperluas
pangsa pasarnya hingga berhadapan langsung dengan pemimpin pasar.
3. Pengikut pasar adalah perusahaan yang tidak memperdulikan pemimpin pasar
dan puas dengan cara menyesuaikan diri terhadap kondisi-kondisi pasar.
4. Penceruk pasar adalah perusahaan yang melayani pasar yang diabaikan oleh
pemimpin pasar

Komponen-Komponen dalam Analisis Persaingan

 


Menurut Rewoldt, Scott, dan Warshaw (1986) dalam bukunya Sunyoto (2015;21)
komponen-komponen dalam analisis persaingan terdapat dua tipe yaitu faktor
lingkungan dan faktor strategi pemasaran. Faktor-faktor tersebut menjadikan
perusahaan lebih baik lagi. Manajer pemasaran dapat menggunakan faktor-faktor
yang dikajinya untuk mengambil keputusan dalam menentukan strategi pemasaran
yang tepat.
17
1. Faktor Lingkungan
a. Permintaan
Permintaan dapat dibatasi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
penghasilan, norma-norma perilaku yang akseptabel, dan tekanan waktu
yang menggerakkan konsumen.
b. Persaingan
Persaingan dalam suatu usaha dapat menjadi ancaman bagi perusahaan
apabila menyepelekan pesaing. Keadaan persaingan saat ini, ancaman
pendatang baru, dan antisipasi serangan dari pihak pesaingnya tentu akan
memoengaruhi perencanaan strategi pemasaran.
c. Struktur Distribusi
Strategi pemasaran yang tepat harus memperhatikan ada tidaknya saluran
distribusi yang sesuai, kesanggupan dari pihak perusahaan, kesanggupan
permintaan yang ditunjang biaya distribusi, persaingan produk yang
berada dalam saluran itu, tren institusional dalam saluran, dan kebutuhan
saluran sudah melengkapi kebutuhan iklan, penjualan perorangan, dan
promosi penjualan.
d. Hukum Pemasaran
Banyak hambatan hukum yang telah dikenakan terhadap para penjual.
Seorang penjual lain ingin memperbaiki kualitas usaha para distributor
dan dealer dalam penjualan produknya. 
e. Biaya non-pemasaran
Biaya non pemasaran yang dimaksud adalah biaya produksi dan biaya
overhead pabrik.
2. Faktor Strategi Pemasaran
a. Produk
Produk yang dimaksud adalah salah satu faktor penting bagi manajer
pemsaran karena merupakan sesuatu hal yang dapat dikendalikan dan alat
yang efektif bagi manajer pemasaran untuk strategi pemasarannya.
b. Distribusi
Distribusi yang dimaksud adalah dapat memilih daerah dimana akan
memasarkan produknya dan daerah mana yang tidak dapat dimasukinya.
c. Harga
Penjual dapat lebih rendah dalam menentukan harga dari pesaing melalui
berbagai pertimbangan.
d. Promosi Penjualan
Faktor yang diperdulikan untuk peningkatan penjualan sebagai strategi
penjualan yang beranekaragam bentuknya.

Strategi Pemasaran

 


Strategi pemasaran menurut Endah Prapti Lestari (2011;2) adalah rangkaian
sebuah perilaku atau tindakan yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk
menentukan visi, misi, dan tujuan perusahaan, melakukan analisis lingkungan
eksternal dan internal untuk mendapatkan strategi yang sesuai dengan yang
diharapkan, mengimplementasikan strategi, serta mengevaluasi, memodifikasi
sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Alasan perusahan harus mengubah beberap strateginya adalah sebagai
berikut :
a. Kondisi persaingan dan industri selalu berubah secara cepat.
b. Sesuatu hal yang menjadi kesukaan konsumen selalu berubah.
c. Memunculkan ide-ide baru untuk meningkatkan keunggulan bersaing.
d. Munculnya peluang dan ancaman baru yang muncul di dalam sebuah
perusahaan.
e. Beberapa peristiwa-peristiwa lain yang mempengaruhi kinerja perusahaan.

 Strategi Bersaing

 


Di dalam sebuah bisnis ada yang namanya persaingan antar bisnis. Hal tersebut
dikarenakan bisnis merupakan sesuatu hal yang sangat rentan terjadi persaingan
bebas antara pebisnis satu dengan lainnya. Sebuah keunggulan kompetitif yang
harus dimiliki oleh perusahan atau produk yang dimiliki harus mampu
mengungguli pasar. Perusahaan harus mampu untuk menganalisis kekuatankekuatan yang dimiliki oleh perusahaan serta kelemahan-kelemahan apa saja yang
harus diperbaiki

Tujuan Strategi

 


Menurut Suwandiyanto (2010;02) dalam jurnal Rudi Kristanto dan Sayugo Adi
Purwanto (2017) Tujuan Strategi adalah :
a. Memberikan arah pencapaian tujuan organisasi/perusahaan
Manajer harus mampu dalam memberikan suatu tujuan dan arahan yang jelas
agar pemimpin mampu mencapai tujuan dari perusahaan.
b. Membantu memikirkan kepentingan berbagai pihak
Organisasi atau perusahaan harus mampu mengidentifikasi kepentingan dari
berbagai pihak yang terkait dan menyatukan kebutuhan pemasok, karyawan,
pemegang saham, pihak perbankan, dan masyarakat luas.
c. Mengantisipasi setiap perubahan kembali secara merata
Manajemen strategis harus mampu dalam melakukan perubahan guna
mengendalikan dan menyiapkan pedoman dalam perusahan, sehingga dapat
memperluas kerangka waktu dan pikiran mereka setiap saat. 
d. Berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas
Manajer diharapkan agar dapat menjaga kestabilan suatu perusahaan dengan
menerapkan efisiensi terhadap waktu dan efektif dalam melakukan suatu
pekerjaannya.

Definisi Strategis

 


Suatu pimpinan dalam sebuah organisasi harus mampu mengidentifikasi
lingkungan internal dan eksternal dari suatu pasar. Kegiatan yang dimaksudkan
tersebut meliputi beberapa pengamatan melalui persaingan, peraturan, tingkat
inflasi, siklus bisnis, keinginan dan harapan konsumen, serta faktor-faktor lain
yang terlibat untuk dapat mengidentifikasikan sebuah ancaman dan peluang
terhadap perusahaan. Perencanaan strategi disini merupakan suatu kegiatan yang
penting dilakukan guna memperoleh keunggulan dalam sebuah persaingan dan
untuk memuaskan keinginan pelanggan.
Pengertian strategi menurut Rangkuti (2016;5) adalah pemahaman yang
baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep yang berkaitan, sangat
menentuka suksesnya strategi yang disusun. Strategi merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Konsep-konsep tersebut adalah :
1. Distincive Competence
Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan
lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Terdapan identifikasi distincive
competence dalam suatu organisasi dapat dilihat dari :
a. Keahlian tenaga kerja
b. Kemampuan sumber daya 
Keunggulan yang dapat diciptakan oleh distincive competence melalui
seluruh potensi sumber daya yang dilakukan dalam sebuah perusahaan atau
organisasi dapat menciptakan ketepatan dalam menentukan strategi
perusahaan. Kekuatan tersebut dapat berupa peralatan dan proses produksi
yang canggih, penggunaan saluran distribusi cukup luas, penggunaan sumber
bahan baku yang tinggi kualitasnya, dan penciptaan citra merek yang positif
serta sistem reservasi yang terkomputerisasi.
2. Competitive Advantage
Kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan
dengan para pesaingnya. Menurut Porter, ada tiga strategi yang dapat
dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing yaitu :
a. Cost Leadership
Perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing dengan cara
memberikan harga jual lebih rendah dengan kualitas yang sama dengan
pesaing akan mengakibatkan konsumen lebih memilih kepada perusahaan
tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menghitung skala ekonomi,
efisiensi produksi, penggunaan tekhnologi, kemudahan akses dengan
bahan baku, dan lain sebagainya.
b. Diferensiasi
Strategi diferensiasi yang dimaksud adalah dengan menciptakan persepsi
yang dibangun dalam benak konsumen terhadap nilai tertentu. 
c. Fokus
Dalam strategi fokus perusahaan dapat meningkatkan keunggulan dalam
persaingannya melalui segmentasi dan sasaran yang akan dituju.

Manajemen Sumber Daya Manusia

 


Manajemen merupakan salah satu alat manuasia untuk mencapai
tujuan, sedangkan manusia merupakan salah satu dari sekian banyak
sumber daya yang digunakan. Sumber daya manusia merupakan faktor
yang paling penting menuju misi, tujuan, dan pencapaian hasil suatu
organisasi. Tanpa adanya sumber daya manusia, proses yang ada di
dalam organisasi tidak akan dapat dijalankan.
Nawawi (2003:40) mendefinisikan sumber daya manusia dalam 3
pengertian, sebagai berikut:
a) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah manusia yang
bekerja di lingkungan suatu organisasi (disebut juga
personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan).
b) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi manusiawi
sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan
eksistensinya.
c) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang
merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non
material/non finasial) didalam organisasi bisnis, yang
dapat diwujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik
dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi
Telah diuraikan pengertian konsep manajemen dan konsep sumber
daya manusia, menurut Storey (1995 dalam Alwi, 2001:6) “Manajemen
Sumber Daya diartikan sebagai pendekatan yang khas terhadap
manajemen tenaga kerja yang berusaha mencapai keunggulan kompettitf 
melalui pengembangan strategi dari tenaga kerja yang mampu memiliki
komitmen tinggi dengan menggunakan tatanan kultur yang integrated,
struktural, dan tehnik-tehnik personal. Sedangkan menurut Tulus
(1992:3), Manajemen Sumber Daya Manusia adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan atas pengadaan,
pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharan,
dan pemutusan hubungan tenaga kerja dengan maksud untuk membantu
mencapai tujuan perusahaan, individu, dan masyarakat

Strategi Pelayanan Penumpang

 Strategi Pelayanan Penumpang

Sebagai moda transportasi alternatif sektor darat, kereta api menjadi
suatu pilihan tepat bagi masyarakat untuk dapat menempuh perjalanan
tanpa hambatan. Padatnya kendaraan bermotor di perkotaaan yang kian
menciptakan kemacatan dimana-mana, menjadikan suatu alasan utama
bagi masyarakat untuk beralih transportasi dengan kereta. Kereta api
memiliki karakteristik dan keunggulan yang lebih dibanding rival nya
yaitu bus dan angkutan umum dimana kereta memiliki karakteristik dan
keunggulan khusus, terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut,
baik orang maupun barang secara masal, menghemat energy, menghemat
penggunaan ruang, memiliki tingkat pencemaran yang rendah, dan yang
terpenting adalah kecepatannya yang dapat menghemat waktu perjalanan.
Takheran bilamana kereta api menjadi trasnportasi darat yang sangat
diminati para penumpang untuk dapat dengan cepat sampai tujuan.
Kebutuhan masyarakat akan transportasi ini meningkat intensitasnya
ketika sudah memasuki hari libur, dan juga menjelang hari raya. Namun
30
intensitas untuk hari kerja para pekerja, tidaklah sebanyak hari libur dan
menjelang hari raya dikarenakan memang lokasi pekerjaan dapat
terjangkau dengan baik bilamana menggunakan motor, mobil, bus atau
angkutan umum.
Namun, seiring meningkatnya jumlah penduduk dan meningkatnya
minat masyarakat terhadap kereta api khususnya peningkatan intensitas
di hari libur dan saat menjelang hari raya, kualitas pelayanan public
kereta api Indonesia kian dinilai buruk/tidak maksimal dalam melayani,
baik pelayanan secara administrasi, teknis, fasilitas, dan juga keamanan.
Dari segi administrasi penumpang banyak sekali dikecewakan dengan
harga karcis/tiket yang melambung, pendaftaran online yang terkadang
sulit diakses, atau bahkan hingga kehabisan karcis/tiket, dari segi fasilitas
dan keamanan yang diberikan, fasilitas didalam stasiun maupun didalam
kereta pun semakin tidak layak, begitu juga keamanan yang kurang
menjamin. Lebih dari itu, kepastian jadwal keberangkatan pun tidak
pasti. Hal ini membuat para penumpang terlantar di stasiun dan harus
menunggu ber jam-jam. Keluhan-keluhan masyarakat terhadap pelayanan
kereta api dalam keadaan yang luar biasa (hari libur dan saat menjelang
hari raya) ini menjadi cerminan kualitas pelayanan public yang tidak
maksimal dari trasnportasi kereta. Kenyataan ini menjadi bahan evaluasi
bagi PT Kereta api Indonesia untuk lebih meningkatkan kualitas
pelayanan yang mengakomodasi kebutuhan transportasi masyarakat 
Pelayanan transportasi, khususnya transportasi kereta api, merupakan
salah satu bentuk pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah
kepada masyarakat. Yang dimaksud pelayanan publik disini adalah
segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara
pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundangundangan.

Penerapan Manajemen Transportasi

 


Menurut Pearce dan Robinson (1997:20) manajemen strategi
didefinisikan sebagai sekumpulan keputusan dan tindakan yang
menghasilkan perumusan (formulasi) dan pelaksanaan (implementasi)
rencana-rencana yang dirancang untuk mencapai sasaran-sasaran
perusahaan. Sedangkan menurut Griffin (2004:226) , manajemen strategi
atau strategis (strategic management) adalah cara untuk menanggapi
peluang dan tantangan bisnis. Manajemen strategis merupakan proses
manajemen yang komprehensif dan berkelanjutan yang ditujukan untuk
memformulasikan dan mengimplementasikan strategi yang efektif.
Strategi yang efektif adalah strategi yang mendorong terciptanya
keselarasan yang sempyurna antara organisasi dengan lingkungannya dan
dengan pencapaian tujuan strategisnya.
Jadi manajemen strategi atau manajemen strategis merupakan cara
(strategi) yang ditempuh perusahaan atau organisasi dalam mengambil
keputusan dan tindakan untuk menaggapi peluang dan tantangan, agar
tetap eksis dan memenangkan persaingan. Griffin (2004:226)
menejelaskan bahwa komponen strategi meliputi 3 bidang yaitu
kompetensi unggulan, ruang lingkup, dan alokasi sumber daya. 
Kompetensi unggulan (distinctive competence) adalah suatu yang dapat
dilakukan dengan baik oleh suatu organisasi. Ruang lingkup (scope) dari
suatu strategi merinci tentang pasar dimana suatu perusahaan atau
organisasi akan bersaing. Kemudian alokasi sumber daya (resource
deployment) mencakup bagaimana suatu perusahaan akan
mendistribusikan sumber-sumber dayanya di antara bidang-bidang yang
merupakan lahan persaingannya.
Agar strategi perusahaan atau organisasi disusun secara efektif, maka
diperlukan adanya dapat informasi tentang kekuatan, kelemahan, peluang
dan ancaman yang berkaitan dengan kondisi dan situasi perusahaan atau
organisasi tersebut. Salah satu metode untuk mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan atau organisasi adalah
analisis SWOT. Menurut Graffin (2004:228), analisis SWOT adalah
evaluasi atas kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknes) internal
suatu organisasi yang dilakukan secara berhati-hati, dan juga evaluasi
atas peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dari lingkungan.
Dalam analisis SWOT, stategik terbaik untuk mencapai misi suatu
organisasi adalah dengan (1) mengeksploitasi peluang dan kekuatan
suatu organisasi, dan pada saat yang sama (2) menetralisasikan
ancamannya, dan (3) menghindari atau memperbaiki kelemahannya

Permintaan dan penawaran jasa transportasi

 


1) Permintaan jasa transportasi 
Menurut Abbas Salim (1993:15), kebutuhan akan jasa transportasi
ditentukan oleh barang dan penumpang yang akan diangkut dari satu
tempat ke tempat yang lain. Untuk mengetahui berapa jumlah permintaan
akan jasa angkutan yang sebenarnya (actual demand) perlu dianalisis
permintaan akan jasa-jasa transportasi sebagai berikut :
a) Pertumbuhan penduduk
b) Pembangunan wilayah dan daerah
c) Industrialisasi
d) Transmigrasi dan penyebaran penduduk
e) Analisis dan proyeksi akan permintaan jasa transportasi.
2) Penawaran jasa transportasi
Penawaran jasa transportasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
ada kaitannya dengan permintaan akan jasa transportasi secara
menyeluruh. Tiap modal transportasi mempunyai sifat karakteristik dan
aspek tehnis yang berlainan, hal mana akan mempengaruhi terhadap jasa
angkutan yang ditawarkan oleh pengangkutan. Dari sisi penawaran jasa
angkutan menurut Abbas (1993:18) dapat bedakan dari beberapa segi
sebagai berikut:
a) Peralatan yang digunakan
b) Kapasitas yang tersedia
c) Kondisi alat tehnis yang dipakai
d) Produksi jasa yang dapat diserahkan oelh perusahaan angkut
e) Sistem pembiayaan dalam pengoperasian alat angkut

Pengertian Manajemen Transportasi

 


Menurut Siregar (1990:3), “transportasi diartikan sebagai proses
mengangkut atau membawa sesuatu dari satu tempat ke tempat ke tempat
yang lainnya”. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia
dalam melakukan aktifitas sehari-hari. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa kegiatan transportasi akan terjadi apabila dipenuhi
beberapa persyaratan dengan adanya muatan yang diangkut, tersedianya
alat angkut yang memadai dan terdapata fasilitas jalan yang akan dilalui.
Manajemen transportasi adalah sebagai usaha dalam mencapai tujuan
yang telah ditentukan dengan penghasilan jasa angkutan oleh perusahaan
angkutan sedemikian rupa, sehingga dengan tarif yang berlaku dapat 
memenuhi kepentingan umum. Pada umumnya manajemen transportasi
menurut Nasution (1996:30) menghadapi tiga tugas utama :
1) Menyusun rencana dan progam untuk mencapai tujuan dan
misi organisasi secara keseluruhan.
2) Meningkatkan produktivitas dan kinerja perusahaan.
3) Dampak sosial dan tanggung jawab sosial dalam
pengoperasikan angkutan kota.
Masalah umum manajemen lalu lintas adalah bagaimana mencapai
optimalisasi kapasitas angkutan. Kapasitas angkutan adalah kemampuan
suatu alat angkut untuk memindahkan muatan atau barang dari suatu
tempat ke tempat tertentu. Unsur-unsur kapasitas angkutan menurut
Abbas Salim (1993:10) “terdiri dari berat dan muatan, jarak yang
ditempuh, waktu yang dibutuhkan”.

Kriteria Kinerja Organisasi

 


Kebutuhan akan ukuran dari kinerja organisasi pelayanan publik
sangat diperlukan oleh semua pihak yang berhubungan dengan
organisasi, terutama bagi pimpinan organisasi publik maupun pengguna 
jasa. Penilaian terhadap kinerja bagi suatu organisasi merupakan kegiatan
yang sangat penting. Penilaian tersebut dapat digunakan sebagai ukuran
keberhasilan suatu organisasi dalam periode teretntu. Penilaian tersebut
dapat dijadikan input bagi perbaikan atau peningkatan pelayanan suatu
organisasi selanjutnya.
Kinerja organisasi menurut Warsito Utomo (2000:9) dikonsepkan
sebagai tingkat pencapaian tujuan organisasi yang bersangkutan. Tingkat
kinerja organisasi menggambarkan seberapa jauh sebuah organisasi
privat atau bisnis, maka penetuan indikator yang dibangun relatif lebih
mudah daripada organisasi publik, karena organisasi bisnis biasanya
tujuan utamanya adalah meraih keuntungan yang sebesar-besarnya. Oleh
karena itu dimensi yang digunkan untuk mengukur kinerja bisnis adalah
seberapa besar keuntungan yang diperolehnya.
Pengukuran kinerja pelayanan dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen pengukuran kinerja pelayanan yang menurut Zeithml,
parasuraman dan Berry (1990:21-22) terdiri dari sepuluh indikator
pelayanan antara lain:
1) Kenampakan fisik (tangibles); penampilan fasilitas secara fisik,
perlengkapan, pegawai, dan peralatan komunikasi.
2) Realibilitas (reability); kemampuan untuk menyelenggarakan
pelayanan yang dijanjikan secara akurat.
3) Responsivitas (responsivenes): kerelaan untuk menolong
pelanggan dan menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas.
4) Keahlian (competence); menekankan kecakapan dan pengetahuan
dalam menyelenggarakan pelayanan. 
5) Kesopanan (caurtesy); sopan, hormat, penuh pertimbangan, dan
ramah dalam hubungannya dengan pelanggan.
6) Kredibilitas (credibility); menghargai kepercayaan pelanggan,
dapat dipercaya, kejujuran yang ada pada penyedia pelayanan.
7) Keamanan (security); pelayanan bebas dari bahay,resiko, atau
kesanksian.
8) Komunikasi (communication); memberi informasi kepada
pelanggan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan
mendengar apa yang dibicarakannya.
9) Akses (acces); kedekatana dan kemudahan dalam hubungannya
antara pelanggan dengan penyedia jasa.
10) Pengertian terhadap pelanggan (understanding the customer);
membuat upaya untuk mengetahui apa yang diinginkan
pelanggan.

Klasifikasi strategi

 


Seperti yang dipaparkan oleh Husein (2002:31) bahwa strategi
perusahaan dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis perusahaan dan
tingkatan tugas. Dilihat dari jenis perusahaan, ada strategi perusahaan
konglomerasi yang memiliki beberapa Strategic Bussiness Unit (SBU),
dan strategi perusahaan kecil dan hanya memiliki satu SBU. Sedangkan
dilihat dari tingkatan tugas, strategi dapat diklasifikasikan menjadi :
strategi generik (generic strategy), strategi utama/induk (grand strategy),
dan strategi fungsional.
1) Strategi generik
Menurut Porter (2002:32) strategi generik adalah suatu
pendekatan strategi perusahaan dalam rangka mengungguli
pesaing dalam industri sejenis. Dalam praktek, setelah
perusahaan mengetahui strategi generiknya, untuk
implementasinya akan ditindaklanjuti dengan langkah
penemuan strategi yang lebih operasional. Kemudian Wheelen
dan Hunger (2002:33) membagi strategi generik ini menjadi 3
macam yaitu :
a) Strategi stabilitas (stability). Pada prinsipnya, strategi
ini menekankan pada tidak bertambahnya produk,
pasar, dan fungsi-fungsi perusahaan lain, karena
perusahaan berusaha untuk meningkatkan efisiensi di
segala bidang dalam rangka meningkatkan kinerja dan
keuntungan. Strategi ini resikonya relatif rendah dan
biasanya dilakukan untuk produk yang tengah berada
pada posisi kedewasaan (mature). 
b) Strategi Ekspansi (Expansion). Pada prinsipnya, strategi
ini menekankan pada penambahan atau perluasan
produk, pasar, dan fungsi-fungsi perusahaannya,
sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Tetapi, selain
keuntungan yang ingin diraih lebih besar, strategi ini
juga mengandung resiko, kegagalan yang tidak kecil.
c) Strategi Penciutan (Retrenchment). Pada prinsipnya,
strategi ini dimaksudkan untuk melakukan pengurangan
atas produk yang dihasilkan atau pengurangan atas
pasar maupun fungsi-fungsi dalam perusahaan,
khususnya yang chasflow negative. Strategi ini
biasanya diterapkan pada bisnis yang berada pada tahap
menurun (decline).
2) Strategi Utama
Strategi utama merupakan strategi yang lebih operasional dan
merupakan tindak lanjut dari strategi generik.
3) Strategi Fungsional
Strategi fungsional merupakan turunan strategi utama dan lebih
bersifat spesifik serta terperinci tentang pengelolaan bidangbidang fungsional tertentu, sperti bidang pemasaran, bidang
keuangan, bidang SDM, bidang pelayanan, dan lain
sebagainy

Peranan Strategi

 


Dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, strategi memiliki
peranan yang sangat penting bagi pencapaian tujuan, karena strategi
memberikan arah tindakan, dan cara bagaimana tindakan tersebut harus
dilakukan agar tujuan yang diinginkan tercapai. Menurut Grant (1999:21)
strategi memiliki 3 peranan penting dalam mengisi tujuan manajemen,
yaitu :
1) Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan
Strategi sebagai suatu elemen untuk mencapai sukses. Strategi
merupakan suatu bentuk atau tema yang memberikan kesatuan
hubungan antara keputusan-keputusan yang diambil oleh
individu atau organisasi.
2) Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi
Salah satu peranan penting strategi sebagai sarana koordinasi
dan komunikasi adalah untuk memberikan kesamaan arah bagi
perusahaan
3) Strategi sebagai target
Konsep strategi akan digabungkan dengan misi dan visi untuk
menentukan di mana perusahaan berada dalam masa yang akan
datang. Penetapan tujuan tidak hanya dilakukan untuk
memberikan arah bagi penyusunan strategi, tetapi juga untuk
membentuk aspirasi bagi perusahaan.