Sunday, April 21, 2024

Tujuan Promosi

 


Menurut Dharmmesta (2016:9.16) promosi dilakukan karena memiliki beberapa
tujuan yaitu

  1. Modifikasi Perilaku berupa mengubah perilaku yang sudah dilakukan atau memperkuat
    perilaku yang sudah dilakukan. Seperti jika seseorang sudah terbiasa mengkonsumsi
    merek A, maka iklan dapat berusaha untuk mendorong konsumen menggunakan merek
    lain atau ada iklan yang berguna untuk mendorong konsumen untuk tetap
    mengkonsumsi merek A.
  2. Memberi Tahu (informatif), kegiatan promosi ditujukan untuk memberi tahu pasar
    yang dituju tentang penawaran perusahaan. Promosi dengan tujuan memberi tahu
    cocok dilakukan ditahap awal dalam daur hidup produk, sehingga dapat meningkatkan
    permintaan primer. Promosi yang bersifat informatif penting untuk membantu
    konsumen dalam membuat keputusan pembelian.
  3. Membujuk (persuasif), promosi bersifat persuasif berusaha membujuk konsumen
    untuk melakukan pembelian. Dengan tujuan perusahaan memperoleh citra positif
    dimata konsumen, sehingga dapat memberi pengaruh yang lama terhadap perilaku
    pembeli.
  4. Mengingatkan, promosi bertujuan mengingatkan yang dilakukan untuk
    mempertahankan merek produk dihati masyarakat dan terutama saat produk dalam
    tahap kedewasaan dalam daur hidup produk. Perusahaan berusaha mempertahankan
    pembeli yang ada dengan mengingatkan melalui iklan.

Definisi promosi

 


Menurut Kotler dan Armstrong (2014:501), Promosi adalah aktivitas yang
mengkomunikasikan keunggulan produk dan membujuk pelanggan untuk membeli
produk itu.
Menurut William Stanton dalam Sunyoto (2015:154), promosi adalah unsur dalam
bauran pemasaran yang didayagunakan untuk memberitahukan, membujuk dan
mengingatkan tentang produk perusahaan.
Menurut Burnett dalam Dharmmesta (2016:9.9), promosi adalah fungsi pemasaran yang
memfokuskan pengkomunikasian komponen-komponen program pemasaran secara
persuasif kepada khalayak sasaran untuk menunjang pertukaran antar pemasar dan
konsumen untuk membantu mencapai tujuan dari kedua pihak. Menurut peneliti promosi
adalah komponen-komponen program pemasaran yang sangat membantu untuk
membujuk pelanggan membeli suatu produk.

Dimensi kualitas produk

 


Fandy Tjiptono (2008, dalam Ani Lestari dan Edy Yulianto, 2018:76) mengatakan
bahwa kualitas produk memiliki beberapa dimensi, yaitu:

  1. Kinerja, yaitu karakteristik operasi dan produk inti yang dibeli.
  2. Daya tahan, merupakan usia produk, dan lama pemakaian produk sebelum produk rusak
    atau digantikan.
  3. Kesesuaian dengan spesifikasi, kesesuaian sejauh apa karakteristik desain dan operasi
    memenuhi standar yang telah ditetapkan.
  4. Fitur, yaitu ciri-ciri tambahan untuk melengkapi manfaat dasar dari suatu produk.
  5. Reabilitas, merupakan kemungkinan kecil mengalami kerusakan pada produk atau gagal
    pakai.
  6. Estetika, merupakan daya tarik dari suatu produk kepada konsumen.
  7. Kesan kualitas, merupakan pandangan konsumen terhadap kualitas dan keunggulan
    yang dimiliki suatu produk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk

 


Assauri (2001, dalam Inka Janita Sembiring, Suharyono, dan Andriani Kusumawati,
2014:3) mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas suatu produk
yaitu:
1) Fungsi suatu produk
Kegunaan dari suatu produk, untuk apa produk diciptakan dan apa kegunaannya bagi
konsumen.
2) Wujud luar
Faktor wujud luar yang terdapat dalam suatu produk tidak hanya terlihat dari bentuk
tetapi warna dan pembungkusnya. Kemenarikan suatu produk dilihat dari bentuk, warna,
serta logo yang menarik.
3) Biaya produk bersangkutan.
Biaya untuk perolehan suatu barang, misalnya harga barang serta biaya untuk barang itu
sampai kepada pembeli. Hal ini meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, serta biaya
operasional barang

Manfaat kualitas produk

 


Kotler dan Amstrong (2001:279) mengatakan bahwa dalam merencanakan
penawaran suatu produk harus melewati lima tingkat yaitu:

  1. Produk Utama, merupakan manfaat yang dibutuhkan dan akan dikonsumsi oleh
    konsumen pada setiap produk.
  2. Produk Generik, merupakan produk yang dapa memenuhi fungsi produk yang paling
    dasar.
  3. Produk Harapan, merupakan produk formal yang ditawarkan dengan berbagai atribut
    serta keadaan yang layak untuk dibeli.
  4. Produk Pelengkap, merupakan atribut produk yang dilengkapi dengan berbagai manfaat
    sehingga dapat memberi tambahan kepuasan dan dapat dibedakan dengan produk
    pesaing.
  5. Produk Potensial, merupakan berbagai maca tambahan dan perubahan yang mungkin
    dikembangkan untuk suatu produk pada masa yang akan datang

Definisi kualitas produk

 


Kotler dan Armstong (2004, dalam Dita Putri Anggraeni, Srikandi Kumadji, dan
Sunarti, 2016:173) mengatakan bahwa kualitas produk adalah kemampuan suatu produk
dalam menjalankan fungsi dan kinerjanya yang dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhan pelanggan”. Kualitas produk menjadi hal penting yang harus dimiliki oleh
sebuah produk, sehingga produsen dituntut untuk menghasilkan produk yang berkualitas
agar dapat menarik perhatiaan konsumen dan memenangkan pasar. Sedangkan menurut
Jahanshahi et al (dalam Made Virma Permana, 2013:117) kualitas produk merupakan
unsur yang dijadikan pertimbangan oleh konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian. Lalu menurut Kotler dan Armstrong (dalam Jackson R.S. Weenas, 2013:609)
kualitas produk merupakan kemampuan yang dimiliki suatu produk dalam menjalankan
fungsinya. Dari pendapat tokoh di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas produk
merupakan kemampuan suatu produk dalam menjalankan fungsiya agar dapat menarik
perhatian konsumen. Dari pendapat tokoh diatas peneliti menyimpulkan bahwa kualitas
produk sangat memepengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk.

Minat Beli

 


Menurut Swastha dan Irawan dalam Fure (2012:275) minat beli berhubungan
dengan perasaan dan emosi, bila seseorang merasa senang dan puas dalam
membeli barang atau jasa maka hal itu akan memperkuat minat beli,
ketidakpuasan biasanya menghilangkan minat. Minat beli yang ada dalam diri
konsumen merupakan fenomena yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran,
minat beli merupakan suatu perilaku konsumen yang melandaskan suatu
keputusan pembelian yang hendak dilakukannya.
Ali Hasan (2014:173) menyatakan bahwa minat beli merupakan sesuatu yang
berhubungan dengan rencana konsumen untuk membeli produk tertentu serta
berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada periode unit tertentu. dapat
dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dadri diri konsumen
yang merefleksikan rencana pembalian sejumlah produk dengan merek tertentu.
Hal ini sangat diperlukan oleh seorang pemasar untuk mengetahui minat beli
konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun para ahli ekonomi
mengginakan fariabel minat untuk memprediksikan perilaku konsumen dimasa
datang.
Menurut Staton (1984:163) mengatakan ada 6 proses tahapan yang dilakukan oleh
konsumen ketika membuat keputusan pembelian, 6 proses itu adalah:
Pengenalan kebutuhan yang belum terpuaskan
Identifikasi berbagai alternatif untuk memperoleh kepuasan
Evaluasi berbagai alternatif
Keputusan beli (purchase decisions)
Perilaku purna-beli (postpurchase behavior)

Word Of Mouth (WOM)

 


Secara sederhana definisi Word of Mouth atau WOM adalah suatu tindakan yang
dilakukan konsumen untuk menyampaikan informasi apapun terkait produk oleh
konsumen kepada konsumen lain. Word Of Mouth (WOM) menurut WOMMA
(Word of Mouth Marketing Assoctation) adalah suatu aktifitas di mana konsumen
memberikan informasi mengenai suatu merek atau produk kepada konsumen lain.
Dan Word of Mouth Marketing adalah kegiatan pemasaran yang memicu
konsumen untuk membicarakan, mempromosikan, merekomendasikan hingga
menjual merek suatu produk kepada calon konsumen lainnya (Sumardy dkk.,
2011:71).
Dari seluruh media promosi baik itu Above The Line maupun Below The line, WOM merupakan aktivitas promosi yang tingkat pengendaliannya oleh line, 22
WOM merupakan aktivitas promosi yang tingkat pengendaliannya oleh produk
atau merek perusahaan. Perusahaan dapat mendorong dan memfasilitasi
percakapan dari mulut ke mulut tersebut dengan terlebih dahulu memastikan
bahwa produk atau merek dari perusahaan memang unik, inovatif dan patut
menjadi conversation product sehingga terciptalah Word Of Mouth (WOM) yang
positif yang pada ujungnya akan menghasilkan penjualan bagi perusahaan
(Yosevina, 2008:13).

Hubunagn Lokasi Dengan Minat Beli

 


Menurut Sopiah (2008:236) syarat yang harus dipenuhi peritel dalam mendirikan
toko atau minimarket adalah lokasi atau tempat yang tepat. Maksudnya konsumen
atau pasar sasaran bisa dengan mudah menjangkau lokasi tersebut, baik
menggunakan kendaraan sendiri maupun menggunakan kendaraan umum. Dalam
pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa memang loksai mempinyai hubungan
terhadap minat beli konsumen.
Hubungan lokasi yang diterapkan oleh perusahaan kaitannya dengan minat beli
konsumen. Lokasi toko atau minimarket harus sesuai dengan jenis apa yang
dijualnya. Karena kesalahan kesalahan dalam melakukan sistem pemilihan lokasi
dapat menurunkan tingkat minat beli konsumen, bahkan dapat berdampak pada
laba yang akan di dapat oleh suatu toko atau minimarket, serta memberikan
peluang bagi pesaing untuk masuk serta membuka kemungkinan konsumen
berlaih minatnya untuk membeli kepara pesaing baru.

Faktor-Faktor dalam Menentukan Kebijakan Penetapan Harga

 


Dalam menetapkan harga perusahaan harus mempertimbangkan faktor dalam
menentukan kebijakan penetapan harganya, sehingga harga yang nantinya
diterapkan dapat diterima oleh konsumen. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
penetapan harga tersebut adalah (Kotler dan Keller, 2008:83) :

  1. Biaya menjadi batas bawah.
  2. Harga pesaing dan harga barang pengganti menjadi titik orientasi yang perlu
    dipertimbangkan perusahaan.
  3. Penilaian pelanggan terhadap fitur-fitur produk yang unik dari penawaran
    perusahaan menjadi batas atas harga.

Harga

 


Menurut Kotler, (1999 :255) penetapan harga merupakan suatu masalah ketika
perusahaan harus menentukan harga pertama kali. Dalam situasi tertentu, para
konsumen sangatlah sensitif terhadap harga, sehingga harga yang relatif tinggi
dibanding para pesaingnya dapat mengeliminasi produk dari pertimbangan
konsumen. Akan tetapi, dalam kasus lainnya harga dapat dipergunakan sebagai
indikator pengganti kualitas produk, dengan hasil bahwa harga yang lebih tinggi
dipandang positif oleh segmen tertentu. Kemudian harga produk dapat
memberikan baik pengaruh positif maupun negatif terhadap konsumen. Ini
merupakan konsep penting yang harus diingat oleh para manajer.
Sedangkan menurut William J. Stanton dalam Angipora (1999:174) menyatakan
harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang
dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan
yang menyertainya. Jerome Mc Carthy dalam Angipora (1999:174) juga
menyatakan harga (price) adalah apa yang dibebankan oleh sesuatu. Pengertian
sesuatu yang dikemukakan tersebut memiliki makna yang luas dan terdiri dari
(harga yang dilihat dari anggota-anggota saluran).
Angipora (1999:174) mengatakan bahwa dalam teori ekonomi ada beberapa
konsep yang saling berkaitan yaitu: harga (price), nilai (value), dan manfaat
(utility). Nilai adalah sebuah ukuran kuantitatif bobot dari sebuah produk yang
dapat ditukarkan dengan produk lain.

Hubungan Kualitas Produk dengan Minat Beli

 


Menurut Fandy Tjiptono (2000:54) kualitas produk mempunyai hubungan yang
sangat erat dengan sikap konsumen, dimana kualitas produk memberikan suatu
dorongan kepada konsumen untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan
perusahaan. Dalam jangka panjang ikatan seperti ini memungkinkan perusahaan
untuk memahami dengan seksama harapan pelanggan serta kebutuhan mereka.
Hubungan kualitas produk yang akan atau sudah diterapkan oleh perusahaan
kaitannya dengan minat beli konsumen. Kualitas produk yang diberikan
perusahaan harus sesuai dengan jenis produk dan kondisi perusahaan, karena
kesalahan dalam melakukan sistem pemasaran yang diberikan kepada konsumen
dapat menurunkan tingkat minat beli konsumen, bahkan dapat berdampak pada
image yang kurang baik bagi perusahaan dan memberi peluang kepada pesaing
untuk masuk serta membuka kemungkinan konsumen akan beralih pada
perusahaan pesaing.

Alasan Memproduksi Produk Berkualitas

 


Produk yang memiliki kualitas prima memang akan lebih diinginkan oleh
konsumen, bahkan akhirnya dapat meningkatkan volume penjualan. Tetapi lebih
dari itu, produk berkualitas mempunyai aspek penting lain, yakni
(Prawirosentono, 2002:2):

  1. Konsumen yang membeli produk berdasarkan mutu, umumnya dia
    mempunyai loyalitas produk yang besar dibandingkan dengan konsumen yang
    membeli berdasarkan orientasi harga. Konsumen berbasis mutu akan selalu
    membeli produk tersebut sampai saat produk tersebut membuat dia merasa
    tidak puas karena adanya produk lain yang lebih bermutu. Tetapi selama
    produk semula masih selalu melakukan perbaikan mutu (quality improvement)
    dia akan tetap setia dengan tetap membelinya. Berbeda dengan konsumen
    berbasis harga, dia akan mencari produk yang harganya lebih murah, apapun
    mereknya. Jadi konsumen terakhir tersebut tidak mempunyai loyalitas produk.
  2. Bersifat kontradiktif dengan cara pikir bisnis tradisional, ternyata bahwa
    memproduksi barang bermutu, tidak secara otomatis lebih mahal dengan
    memproduksi produk bermutu rendah. Banyak perusahaan menemukan bahwa
    memproduksi produk bermutu tidak harus berharga lebih mahal.
    Menghasilkan produk bermutu tinggi secara simultan meningkatkan
    produktivitas, antara lain mengurangi penggunaan bahan (reduce
    materialsusage) dan mengurangi biaya.
  3. Menjual barang tidak bermutu, kemungkinan akan banyak menerima keluhan
    dan pengembalian barang dari konsumen. Atau biaya untuk memperbaikinya
    menjadi sangat besar, selain memperoleh citra tidak baik. Belum lagi,
    kecelakaan yang diderita konsumen akibat pemakaian produk yang bermutu
    rendah. Konsumen tersebut mungkin akan menuntut ganti rugi melalui
    pengadilan.

Ciri-ciri Produk Berkualitas

 


Menurut I Gede Auditta dimensi kualitas untuk industri manufaktur meliputi:

  1. Performance: kesesuaian produk dengan fungsi utama produk itu sendiri.
  2. Feature: ciri khas produk yang membedakan dari produk lain.
  3. Reliability: kepercayaan pelanggan terhadap produk karena kehandalannya
    atau karena kemungkinan kerusakan yang rendah.
  4. Conformance: kesesuaian produk dengan syarat, ukuran, karakteristik desain,
    dan operasi yang ditetapkan.
  5. Durability: tingkat ketahanan/awet produk atau lama umur produk.
  6. Serviceability, yaitu kemudahan perbaikan atau ketersediaan komponen
    produk.
  7. Aesthetic: keindahan atau daya tarik produk.
  8. Perception: fanatisme konsumen akan merek suatu produk tertentu karena
    citra atau reputasinya. Kualitas pada industri manufaktur selain menekankan
    pada produk yang dihasilkan, juga perlu diperhatikan kualitas pada proses
    produksi.
    Dimensi kualitas pada industri jasa, antara lain:
  9. Communication: hubungan antara penerima jasa dengan pemberi jasa.
  10. Credibility: kepercayaan pihak penerima jasa terhadap pemberi jasa.
  11. Security: keamanan terhadap jasa yang ditawarkan.
  12. Knowing the customer: pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dan
    harapan pemakai jasa.
  13. Tangibles: dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan harus dapat
    diukur atau dibuat standarnya.
  14. Reliability: konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa
    dalam memenuhi janji para penerima jasa.
  15. Responsiveness: tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan
    penerima jasa.
  16. Competence: kemampuan atau keterampilan pemberi jasa untuk memberikan
    jasanya kepada penerima jasa.
  17. Access: kemudahan pemberi jasa untuk dihubungi oleh penerima jasa.
  18. Courtesy: kesopanan, respek, perhatian, dan kesamaan dalam hubungan
    personil. Meningkatkan kualitas jasa yang ditawarkan tidak semudah usaha
    meningkatkan kualitas produk, karena karakteristiknya yang unik.
    Peningkatan kualitas jasa juga akan berdampak pada organisasi secara
    menyeluruh.

Kualitas Produk


Menurut Kotler dan Amstrong (2003:243) kualitas produk adalah salah satu faktor
yang paling diandalkan oleh seorang pemasar dalam memasarkan suatu produk.
Oleh karena itu memperbaiki kualitas produk ataupun jasa merupakan tantangan
yang penting bagi perusahaan dalam bersaing di pasar global. Perbaikan kualitas
produk akan mengurangi biaya dan meningkatkan keunggulan bersaing, bahkan
lebih jauh lagi, kualitas produk yang tinggi menciptakan keunggulan bersaing
yang bertahan lama. Oleh karena itu kualitas merupakan faktor penting yang
mendorong pertumbuhan ekonomis perusahaan-perusahaan di manapun di dunia
ini dalam kontek pasar global.
Produk menurut Mursyid (2010:71) adalah variasi atau sebuah rangkaian dalam
produk yang dijual atau diperdagangkan oleh sebuah perusahaan baik itu pada
pedagang kecil maupun pada perusahaan besar. Variasi atau rangkaian tersebut
akan berkembang secara terus-menerus untuk mencapai profitabilitas tertentu
tanpa ada ketergantungan pada satu macam produk.
Mulyadi (2013:131), menyatakan pada setiap produk dikenal dengan hierarki
manfaat. Hierarki manfaat merupakan jenjang urutan manfaat yang diperoleh
pembeli ketika membeli suatu produk. Seorang pakar pemasaran membagi
hierarki sebuah produk kedalam lima tangkatan, meliputi manfaat utama (care
product), manfaat dasar (basic product), manfaat seharusnya ada augmented
product), manfaat yang diharapkan ( expected product) dan manfaat yang
melebihi yangdiharapkan (potential product).
Menurut Angipora (1999:128), konsumen membeli tidak hanya sekedar kumpulan
atribut fisik, tetapi pada sasarannya mereka membayar sesuatu untuk memuaskan
keinginan. Dengan demikian, bagi suatu perusahaan yang bijaksana bahwa
menjual manfaat (benefit) produk tidak hanya produk saja (manfaat intinya) tetapi
harus merupakan suatu sistem. Dalam mengembangkan suatu produk perencana
produk harus membagi produk menjadi tiga tingkatan yaitu:

  1. Produk Inti (Core Product), adalah produk sesungguhnya yang harus dibeli
    oleh konsumen karena memiliki manfaat yang sebenarnya.
  2. Produk berwujud/produk formal adalah produk yang ditawarkan secara nyata
    dan lengkap kepada konsumen terdiri dari pembungkus, nama merk, mutu,
    corak dan cirri khas yang ditawarkan.
  3. Produk tambahan (produk yang disempurnakan) adalah produk yang
    ditawarkan mencakup keseluruhan manfaat yang diterima atau dinikmati oleh
    pembeli.

Indikator Kepuasan Pelanggan

 


Pengukuran kepuasan konsumen sangat penting untuk dilakukan, karena
memberikan informasi yang bermanfaat bagi organisasi. Cara untuk mencapai
kepuasan pelanggan dapat dilakukan juga melalui strategi misalkan survei,
kuesioner, angket dan tentunya pengumpulan data. Menurut Sahir, dkk (2020:27)
indikator kepuasan pelanggan yaitu:

  1. Pengalaman
    Riview dari konsumen dapat mengubah presepsi serta minat pembelian
    produk. Di mana sebelum menjadi keputusan untuk beli, pelanggan pada
    umumnya dapat membuat berbagai perbandingan bagaimana
    pengalamannya yang dirasakan, kemudian akan diceritakan kepada orang.
    Pelanggan akan merasa puas, jika pengalaman baiknya dapat di terima
    konsumen lain merasakannya. Pelanggan merasa terpuaskan pastinya
    memberi nilai bagus pada perusahaan, ini akan penting pada brand identy
    sangat kuat bagi bisnis untuk keberlanjutannya
  2. Harga

    Harga inilah indikator untuk pelanggan paling tampak dan jelas sangat
    penting harus diperhatikan. Pelanggan tidak akan perbah beralih pada toko
    yang lain saat mendapatkan harga ekonomis. Tentunya secara finansial
    pelanggan akan terpuaskan, dapat berhemat walaupun hanya dengan
    berbeda beberapa rupiah saja, demi mendapatkan harga murah, karena
    merasa telah berhemat
  3. Pelayanan
    Kritikan yang telah diterima perusahaan sadar atau tidak ini ada kaitannya
    dengan sebuah pelayanan. Banyaknya pelanggan yang sering mengeluh,
    namun tidak disertai dengan keterangan yang jelas namun kualitas
    pelayanan benar-benar harus optimal dalam memberikan presepsi tentang
    pelayanan bisnis
  4. Kualitas
    Produk yang memiliki kualitas sejauh dapat tumbuh berkembang di
    perusahaan. Sedangkan kualitas membawakan loyalitas. Maka seharusnya
    menjadi perhatian penting dalam setiap perusahaan bisnis. Kepuasan
    terpancar dalam konsumen/pelanggan, jika dapat produk berkualitas

Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan

 


Strategi meningkatkan kepuasan pelanggan merupakan cara yang
untuk memperoleh pelanggan baru dengan menggabungkan berbagai cara.
Kepuasan pelanggan sendiri yaitu respon atau tanggapan yang diberikan para
konsumen setelah terpenuhinya kebutuhan mereka akan sebuah produk atau pun
jasa, sehingga para konsumen memperoleh rasa nyaman dan senang karena
harapannya telah terpenuhi. Redaksi Bisnis UKM, (2019) dalam
https://bisnisukm.com/str ategi-meningkatkan-kepuasan-pelanggan.html strategi
meningkatkan kepuasan pelanggan antara lain:

  1. Berikan produk yang berkualitas, serta bebas dari kerusakan ataupun
    kecacatan saat sampai di tangan pelanggan. Sebaiknya cek terlebih dahulu
    kualitas produk yang akan diberikan kepada pelanggan
  2. Berikan kualitas pelayanan yang ramah, ketepatan waktu penyampaian,
    serta menggunakan sistem yang mudah dipahami para pelanggan.
    Sehingga para pelanggan tidak merasa kesulitan dengan pelayanan yang
    diberikan, baik pelayanan langsung maupun pelayanan online
  3. Fokus pada kepentingan atau pencapaian kepuasan pelanggan, sehingga
    produk serta pelayaan yang diberikan dapat memenuhi harapan pelanggan
  4. Memperhatikan harga produk maupun biaya pelayanan yang sesuai
    dengan kondisi pasar saat ini, serta sesuaikan dengan nilai produk atau jasa
    yang ditawarkan. Karena pelanggan akan membandingkan antara biaya
    yang dikeluarkan dengan manfaat yang diperoleh dari satu produk
  5. Berikan jaminan keamanan dari produk maupun pelayanan yang
    diberikan, sehingga para pelanggan percaya dengan produk ataupun jasa
    yang ditawarkan dan akan terus menjadi pelanggan setia. Misalnya dengan
    mencantumka ijin dari badan POM bagi produk makanan dan obat.
    Setelah memiliki beberapa strategi yang dapat digunakan untuk
    meningkatkan kepuasan pelanggan
  6. Perlaukan pelanggan layaknya “Bos”. Hal tersebut dapat membuat
    pelanggan merasa puas. Bukankah tanpa adanya pelanggan maka bisnis
    tidak akan berjalan dengan baik. Maka memperlakukan pelanggan dengan
    sangat baik
  7. Komunikasi yang efektif. Komunikasi merupakan hal yang terpenting
    dalam segala hal apapun tak terkecuali bisnis. Tanpa adanya komunikasi
    yang baik dan efektif maka akan terjadi kesalah pahaman hingga membuat
    pelanggan merasa tidak puas
  8. Memberikan nilai lebih kepada pelanggan setia. Ketika anda ingin
    membangun konsep yang dipercaya konsumen maka berikan nilai plus
    kepada pelanggan dengan memberikn diskon khusus, hadiah dan juga
    pelayanan yang spesial
  9. Pelayanan yang maksimal perlu dilakukan demi menjaga hubungan yang
    baik. Maka berikan pelayanan yang bagus baik untuk pelanggan baru
    maupun lama. Tidak membedakan pelanggan kelas atas maupun bawah

Pengukuran Kepuasan Pelanggan

 


Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan telah menjadi
hal yang sangat esensial bagi setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan langkah
tersebut dapat memberikan umpan balik dan masukan bagi keperluan
pengembangan dan implementasi strategi peningkatan kepuasan pelanggan. Pada
prinsipnya kepuasan pelanggan itu dapat diukur dengan berbagai macam metode
dan teknik. Menurut Kotler dalam Prihastono (2015:6) mengidentifikasi 4 metode
untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu sebagai berikut :

  1. Sistem keluhan dan Saran
    Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan (costomer-oriented)
    perlu memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk
    menyampaikan saran, pendapat dan keluhan mereka
  2. Ghost shopping
    Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan
    pelanggan adalah dengan memperkerjakan beberapa orang (ghost shopper)
    untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan/pembeli potensial produk
    perusahaan dan pesaing
  3. Lost Custoer Analysis
    Perusahaan seyogyanya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti
    membeli atau yang telah pidah pemasok agar dapat memahami mengapa

    hal itu terjadi dan supaya dapat mengambul kebijakan
    perbaikan/penyempurnaan selanjutnya
  4. Survei kepuasan konsumen
    Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan pelanggan yang dilakuka
    dengan metode survei, baik dengan survei melalui pos, telepon, maupun
    wawancara pribadi”.
    Menurut Tjiptono (2015:368) pengukuran kepuasan konsumen memiliki
    enam konsep inti yaitu sebagai berikut:
  5. Kepuasan pelanggan keseluruhan (overall customer satisfaction)
    Dalam konsep ini, cara mengukur kepuasan pelanggan yaitu langsung
    menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka dengan produk atau
    jasa suatu perusahaan. Penilaiannya meliputimengukur tingkat kepuasan
    pelanggan erhadap produk dan/atau jasa perusahaan bersangkutan serta
    membandingkan dengan tingkat kepuasan pelanggan terhadap perusahaan
    pesaing.
  6. Dimensi kepuasan pelanggan
    Kepuasan pelanggan diukur dengan empat langkah. Pertama,
    mengidentifikasi dimensi-dimensi kunci kepuasan pelanggan. Kedua,
    meminta pelanggan menilai produk dan/atau jasa perusahaan. Ketiga,
    meminta pelanggan menilai produk dan/atau jasa perusahaan pesaing
    berdasarkan item yang sama. Dan keempat, meminta para pelanggan untuk
    menentukan dimensi yang penting dalam menilai kepuasan pelanggan.
  7. Konfirmasi harapan (confirmation of expectations)
    Kepuasan diukur berdasarkan kesesuaian/ketidaksesuaian antara harapan
    pelanggan dengan kinerja produk/jasa perusahaan.
  8. Niat beli ulang (repurchase intention)
    Dalam konsep ini, caranya adalah dengan menanyakan pelanggan secara
    langsung apakah akan membeli produk atau menggunakan jasa perusahaan
    lagi.
  9. Kesediaan untuk merekomendasi (willingness to recommend)
    Kesediaan pelanggan untuk merekomendasikan produk/jasa kepada teman
    atau keluarganya menjadi ukuran penting untuk dianalisis dan
    ditindakanjuti dalam kasus pembelian produk/jasa yang pembelian
    ulangnya relatif lama.
  10. Ketidakpuasan pelanggan (customer dissatisfaction)
    Ketidakpuasan pelanggan meliputi complaint, return atau pengembalian
    produk, biaya garansi, product recall (penarikan kembali produk dari
    pasar).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pelanggan

 


Pelanggan mempunyai angan-angan mengenai perasaan yang ingin
mereka rasakan ketika mereka menyelesaikan suatu transaksi atau ketika
menikmati pelayanan yang telah di terima. Mencapai tingkat kepuasan pelanggan
tertinggi adalah tujuan utama pemasaran. Mempertahankan kepuasan pelanggan
dari waktu ke waktu akan membina hubungan yang baik dengan pelanggan.
Menurut Irawan (2015:5) faktor-faktor pendorong kepuasan pelanggan yaitu:
a. Kualitas Produk
Pelanggan akan merasa puas setelah membeli dan menggunakan produk
tersebut yang memiliki kualitas produk baik.
b. Harga
Biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting. Akan tetapi
biasanya faktor harga bukan menjadi jaminan suatu produk memiliki
kualitas yang baik.
c. Kualitas Jasa
Pelanggan merasa puas apabila mereka memperoleh jasa yang baik atau
sesuai dengan yang diharapkan dari pegawai maupun karyawan
perusahaan.
d. Emotional factor
Kepuasannya bukan karena kualitas produk, tetapi harga diri atau nilai
sosial yang menjadikan pelanggan puas terhadap merek produk tertentu.
e. Biaya atau kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa
Kenyamanan dan efisien dalam mendapatkan suatu produk atau jasa serta
mudah mendapatkan jasa produk memberikan nilai tersendiri bagi
kepuasan pelanggan

Teori dan Model Kepuasan Pelanggan


Teori dan model kepuasan pelanggan dapat memudahkan untuk
mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dari produk atau jasa yang ditawarkan.
Yang mana menjadi dampak perbandingan antara harapan konsumen sebelum
pembelian dengan yang didapatkan setelah melakukan pembelian. Menurut
Indahingwati (2019:41) teori dan model kepuasan pelanggan yaitu:

  1. Teori Ekonomi Mikro
    Berdasarkan teori ini, surplus konsumen mencerminkan kepuasan
    konsumen di masa semikin besar surplus konsumen maka semakin besar
    pula kepuasan konsumen, dan sebaliknya.
  2. Prespektif Psikologis
    Apabila konsumen merasa bahwa kegagalan suatu produk memenuhi
    harapannya disebabkan faktor yang bersifat stabil dan berkaitan dengan
    pemasarannya, ia cenderung berkeyakinan bila dimasa mendatang ia
    membeli produk yang sama, maka kegagalan tersebut akan terulang
    kembali
  3. Perespektif Total Quality Management (TQM)
    Total Quality Management (TQM) merupakan suatu pendekatan dalam
    menjalankan bisnis yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing

    organisasi melalui perbaikan secara berkesinambungan atas produk jasa,
    manusia, proses dan lingkungannya”.

Pengertian Kepuasan Pelanggan


Kepuasan pelanggan dapat dirasakan setelah pelanggan membandingkan
pengalaman mereka dalam melakukan pembelian barang/jasa dari penjual atau
penyedia barang/jasa dengan harapan dari pembeli itu sendiri. Harapan tersebut
terbentuk melalui pengalaman pertama mereka dalam membeli suatu barang/jasa,
komentar teman dan kenalan, serta janji dan informasi pemasar dan pesaingnya.
Pemasar yang ingin unggul dalam persaingan tentu harus memperhatikan harapan
pelanggan serta kepuasan pelanggannya.
Menurut Tjiptono & Chandra (2016:204) “Kata kepuasan (Satisfaction)
berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai dan “facio”
(melakukan atau membuat). Kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan
sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”. Windasuri & Hyacintha (2016:64)
kepuasan pelanggan adalah “suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap
pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa”.
Sangadji dan Sopiah (2015:31) kepuasan pelanggan adalah “perasaan
senang atau kecewa seseorang dalam perbandingan antara kesannya konsumen
terhadap tingkatan kinerja produk dan jasa ril atau aktual dengan kinerja sesuai
harapan”.
Majid (2011) dalam Rohaeni (2018:9) menjelaskan bahwa “Kepuasan
pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
yang dirasakan dengan harapannya”. Kotler dalam Windarti (2016:48)
menyatakan bahwa “Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana suatu tingkatan
produk dan jasa yang dipersepsikan sesuai dengan harapan pelanggan atau
pembeli”.
Giese dan Cote dalam Tjiptono & Diana (2015:25), mengidentifikasi tiga
komponen utama dalam definisi kepuasan pelanggan sebagai berikut.

  1. Tipe respon (baik respon emosional/afektif maupun kognitif) dan
    intensitas respon (kuat hingga lemah, biasanya dicerminkan lewat istilahistilah seperti “sangat puas”, “netral”, “sangat senang”, “frustasi”, dan
    sebagainya.
  2. Fokus respon, berupa produk, konsumsi, keputusan pembelian, wiraniaga,
    toko, dan sebagainya.
  3. Timing respon, yaitu setelah konsumsi, setelah pilihan pembelian,
    berdasarkan pengalaman akumulatif, dan seterusnya”.

Indikator Kualitas Produk


Apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya
dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan
oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut
dengan produk pesaing. Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran
produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan. Menurut Sopiah
dan Sangadji, (2016:80) kualitas produk terdiri dari beberapa indikator, yaitu:

  1. Performance (kinerja), merupakan elemen kualitas produk yang berkaitan
    langsung dengan bagaimana suatu produk dapat menjalankan fungsinya
    untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
  2. Reliabilitas (keandalan), merupakan daya tahan produk selama
    dikonsumsi.
  3. Feature (fitur), merupakan fungsi-fungsi sekunder yang ditambahkan pada
    suatu produk.
  4. Durability (daya tahan), menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus
    produk, baik secara teknis maupun waktu.
  5. Konsisten, menunjukkan seberapa jauh suatu produk dapat memenuhi
    standar atau spesifikasi tertentu.
  6. Desain, merupakan aspek emosional dalam memengaruhi kepuasan
    konsumen sehingga desain kemasan ataupun bentuk produk akan turut
    mempengaruhi persepsi kualitas produk tersebut.

Dimensi Kualitas Produk

 


Kualitas suatu produk baik berupa barang maupun jasa perlu ditentukan
dimensi-dimensinya. Apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan
kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja
yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual
perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Menurut Riyono (2016:99) dimensi
kualitas produk yaitu:

  1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar
    dari sebuah produk.
  2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang
    bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin
    besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin
    besar pula daya tahan produk.
  3. Conformance to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu
    sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi
    spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada
    produk.
  4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
    menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
    terhadap produk.
  5. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja
    dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin
    kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat
    diandalkan.
  6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk
    bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
  7. Perceived Quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari
    penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena
    terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan
    informasi atas produk yang bersangkutan.

Pengertian Kualitas Produk

 


Kualitas produk merupakan suatu hal yang penting dalam menentukan
pemilihan suatu produk oleh konsumen. Produk yang ditawarkan haruslah suatu
produk yang benar-benar teruji dengan baik mengenai kualitasnya. Karena bagi
konsumen yang diutamakan adalah kualitas dari produk itu sendiri.
Kotler dan Amstrong (2016:97) kualitas prodok adalah “segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan pehatian, dieli, digunakan,
atau di konsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Saat ini
semua produsen memahami begitu pentingnya peranan arti kualitas produk yang
unggul untuk memenuhi harapan pelanggan pada semua aspek produk yang
dijual kepasar”.
Assauri (2015:211) kualitas adalah “pernyataan tingkat kemampuan dari
suatu merek atau produk tertentu dalam melaksanakan fungsi yang diharapkan”.
Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2016:164) kualitas produk adalah
“kemampuan suatu barang untuk memberikan hasil atau kinerja yang sesuai
bahkan melebihi dari apa yang diinginkan pelanggan”.
Wijaya (2015:24) kualitas produk merupakan “keseluruhan gabungan
karakteristik produk yang dihasilkan dari pemasaran, rekayasa produksi dan
pemeliharaan yang membuat produk tersebut dapat digunakan memenuhi harapan
pelanggan atau konsumen”.
Maramis (2018:18) kualitas produk adalah “kemampuan sebuah produk
dalam memperagakan fungsinya, hal ini tersebut termasuk keseluruhan
durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian, dan reparasi produk
juga atribut produk lainnya”.
Kasmir (2015:63) produk atau jasa adalah “sesuatu yang ditawarkan
kepada konsumen nasabah untuk mendapatkan perhatian,untuk dimiliki,
digunakan atau dikonsumsi dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan”.

Atribut Produk

 


Kemampuan manajemen untuk meletakkan posisi produk melalui atribut
produk yang dimiliki secara tepat di pasar merupakan salah satu faktor penentu
kesuksesan suatu produk di pasaran. Produk adalah seperangkat atribut dan
manfaat yang dianggap penting hingga tidak penting oleh pemakainya. Menurut
Tjiptono dalam Sutrana (2015:4) atribut produk adalah “unsur-unsur produk
dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan
pembelian”.
Suharno dan dalam Firmansyah (2019:12) atribut produk adalah
“pengembangan suatu produk perlu dilakukan dengen mendefenisikan manfaat
yang akan ditawarkan, yang dikomunikasikan dan disampaikan melalui atribut
produk, seperti kualitas, fitur, gaya dan desain”.
Adapun atirbut-atribut yang menyertai produk menurut Kotler dan
Armstrong dalam Firmansyah (2019:12) meliputi beberapa hal, yaitu sebagai
berikut:

  1. Kualitas produk
    Kualitas produk merupakan salah satu sarana positioning utama untuk
    pemasar. Ini memiliki dampak langsung pda kinerja produk. Untuk itu,
    kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan pelanggan
  2. Fitur produk
    Fitur produk adalah suatu produk bisa ditawarkan dalam beragam fitur,
    model dasar, model tanpa tambahan apapun, ini merupakan titik awal.
    Fitur yaitu sarana kompetitif untuk mendiferensiasikan produk pesaing
  3. Gaya dan Desain Produk
    Desain memiliki konsep yang lebih luas dibanding daya (style). Selain
    mempertimbangkan faktor penampilan, desain juga bertujuan untuk
    memperbaiki kinerja produk, mengurangi biaya produksi dan menambah
    keunggulan bersaing
  4. Merek
    Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, lambang atau desain. Atau
    kombinasi semuanya, yang menunjukkan identitas pembuat atau penjual
    produk jasa. Konsumen akan memandang sebagai bagian penting dari
    produk dan penetapan merek bisa menambah nilai bagi suatu produk
  5. Kemasan
    Kemasan (packaging) melibatkan perancangan dan produksi wadah atau
    pembungkus sebuah produk. Kemasan yang didesain buruk dapat
    menyebabkan konsumen enggan membelinya dan perusahaan akan
    kehilangan penjualan. Sebaliknya, jika kemasan inovatif akan bisa
    memberikan manfaat pada perusahaan melebihi pesaing dan mendorong
    penjualan
  6. Label
    Label bisa berupa penanda sederhana yang ditempelkan pada produk
    hingga rangkaian huruf rumit yang menjadi bagian kemasan. Label ini
    memiliki beberapa fungsi diantaranya menunjukkan produk atau merek
    dan mengambarkan beberapa hal tentang produk 

Pengertian Produk

 


Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk
merupakan hasil dari suatu kegiatan perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang tujuannya untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen, sedangkan bagi perusahaan produk
merupakan suatu alat perusahaan untuk mencapai tujuannya. Suatu produk harus
memiliki keunggulan dari produk-produk yang lain baik dari segi kualitas, desain,
bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan, garansi, dan rasa agar dapat menarik minat
konsumen untuk mencoba dan membeli produk tersebut.
Menurut Stantaon dalam Firmansyah (2019:3) produk secara dapat
diartikan “sebagai sekumpulan atribut fisik yang secara nyata terkait dalam
sebuah bentuk dapat diidentifikasikan. Sedangkan secara luas, produk merupakan
sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata yang didalamnya mencakup
warna, kemasan, harga, presise pengencer, dan pelayanan dari pabrik dan
pengencer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sebuah hal yang dapat
memberikan kepuasan atas keinginannya”.
Sabran dalam Riyono, (2016:98) produk adalah “segala sesuatu yang dapat
ditawarkan Kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.
Produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang,
tempat, properti, organisasi,informasi, dan ide”.
Angipora (2015:75) produk merupakan “unsur pertama dalam bauran
pemasaran. Karena produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang
ditawarkan seseorang atau lembaga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
pasar”.
Tjiptono (2015:231) produk adalah “pemahaman subyektif produsen atas
sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi
melalui pemenuhan 25 kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan
kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar”.

Faktor yang mempengaruhi

 


Menurut Rangkuti (2003:3), dalam Hidayat (2013), kepuasan
pelanggan didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap
tidak sesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan
kinerja aktual yang disarankan setelah pemakaian. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan sebagai
berikut :
a. Nilai pelanggan antara lain
1) Menerima atas keluhan pelanggan
2) Tanggap atas keluhan pelanggan
3) Memiliki banyak jenis palayanan
4) Memberikan informasi dengan baik terhadap
sesuatu yang dibutuhkan palanggan
b. Respon pelanggan antara lain
1) Tetap setia tahan lama
2) Membeli lebih banyak ketika perusahaan
memperkenalkan produk baru dan memperbarui
produk-produk yang ada
3) Membicarakan hal-hal yang baik tentang
perusahaan dengan produk-produknya
4) Memberi perhatian yang lebih sedikit kepada
merek-merek dan iklan-iklan pesaing serta
kurang peka terhadap harga
5) Menawarkan gagasan jasa atau produk kepada
perusahaan
c. Persepsi pelanggan antara lain
1) Pelanggan merasa puas dengan proses dan
pelayanan yang diberikan
2) Pelanggan merasa aman dan nyaman selama
berurusan dengan perusahaan tersebut
3) Memberikan saran untuk keluhan pelanggan
baik melalui kotak saran atau email.

Pengertian Kepuasan Pelanggan

 


Menurut J. Supranto (2006, p.233), dalam Irawan &
Japarianto (2013), kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan
harapannya. Harapan pelanggan dapat dibentuk dari
pengalaman masa lalu, komentar dari kerabatnya serta janji dan
informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan
setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan
memberikan komentar yang baik terhadap perusahaan.
Menurut Kotler dan Keller (2009, p.138), dalam Irawan &
Japarianto (2013), kepuasan adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan
kinerja atau hasil dari sebuah produk yang di pikirkan terhadap
kinerja atau hasil yang diharapakan. Jika kinerja berada di
bawah harapan, konsumen tidak puas. Jika kinerja melebihi
harapan maka konsumen akan sangat senang atau puas.
Harapan-harapan konsumen ini dapat diketahui dari
pengalaman mereka sendiri saat menggunakan produk tersebut,
omongan-omongan orang lain, dan informasi iklan yang
dijanjikan oleh perusahaan yang menghasilkan produk tadi.
Menurut Kotler dan Keller (2009, p.140), dalam Irawan &
Japarianto (2013), konsumen yang sangat puas biasanya akan
tetap setia untuk jangka waktu yang lama, serta membeli lagi
ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan
memperbarui produk lama, selain itu ia akan membicarakan
hal-hal baik tentang perusahaan dan produknya kepada orang
lain, mereka tidak terlalu memperhatikan merek pesaing dan
tidak terlalu mementingkan harga, merekajuga menawarkan ide
produk dan jasa kepada perusahaan, dan biaya pelayanannya
lebih murah dari pada konsumen baru karena transaksi menjadi
suatu hal yang rutin.

Pengertian Harga

 


Menurut Augusty Ferdinand (2006), dalam Arumsari (2012),
harga merupakan salah satu variabel penting dalam pemasaran,
dimana harga dapat mempengaruhi konsumen dalam
mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, karena
berbagai alasan. Alasan ekonomis akan menunjukkan harga
yang rendah atau harga terlalu berkompetisi merupakan salah
satu pemicu penting untuk meningkatkan kinerja pemasaran,
tetapi alasan psikologis dapat menunjukkan bahwa harga justru
merupakan indikator kualitas dan karena itu dirancang sebagai
salah satu instrumen kompetisi yang menentukan.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001), dalam Arumsari (2012),
harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah
produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai
yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan
memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga
merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat melakukan
pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengidentifikasikan
harga dengan nilai.
Menurut Mowen dan Minor (2002), dalam Arumsari (2012),
harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi
oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar
memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap
konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga
merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti
berbeda bagi setiap konsumen, tergantung karakteristik
konsumen, situasi dan produk.

Faktor yang mempengaruhi Kualitas Produk

 


Menurut Feigenbaum (2000) dalam Arumsari (2012),
kualitas produk secara langsung dipengaruhi oleh 9 bidang
dasar atau 9M. Pada masa sekarang ini industri disetiap
bidang bergantung pada sejumlah besar kondisi yang
membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernah
dialami dalam periode sebelumnya.

  1. Market (Pasar)
    Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar
    terus bertumbuh pada laju yang eksplosif. Konsumen
    diarahkan untuk mempercayai bahwa ada sebuah
    produk yang dapat memenuhi hampir setiap kebutuhan.
    Pada masa sekarang konsumen meminta dan
    memperoleh produk yang lebih baik memenuhi ini.
    Pasar menjadi lebih besar ruang lingkupnya dan secara
    fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang yang
    ditawarkan. Dengan bertambahnya perusahaan, pasar
    menjadi besifat internasional dan mendunia. Akhirnya
    bisnis harus lebih fleksibel dan mampu berubah arah
    dengan cepat.
  2. Money (Uang)
    Meningkatnya persaingan dalam banyak bidang
    bersamaan dengan fluktuasi ekonomi dunia telah
    menurunkan batas (marjin) laba. Pada waktu yang
    bersamaan, kebutuhan akan otomatis dan pemekanisan
    mendorong pengeluaran biaya yang besar untuk proses
    dan perlengkapan yang baru. Penambahan investasi
    pabrik, harus dibayar melalui naiknya produktivitas,
    menimbulkan kerugian yang besar dalam memproduksi
    disebabkan oleh barang afkiran dan pengulangkerjaan
    yang sangat serius. Kenyataan ini memfokuskan
    perhatian pada manajer pada bidang biaya kualitas
    sebagai salah satu dari “titik lunak” tempat biaya
    operasi dan kerugian dapat diturunkan untuk
    memperbaiki laba.
  3. Management (Manajemen)
    Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara
    beberapa kelompok khusus. Sekarang bagian pemasaran
    melalui fungsi perencanaan produknya, harus membuat
    persyaratan produk. Bagian perancangan bertanggung
    jawab merancang produk yang akan memenuhi
    persyaratan itu. Bagian produksi mengembangkan dan
    memperbaiki kembali proses untuk memberikan
    kemampuan yang cukup dalam membuat produk sesuai
    dengan spesifikasi rancangan. Bagian pengendalian
    kualitas merencanakan pengukuran kualitas pada
    seluruh aliran proses yang menjamin bahwa hasil akhir
    memenuhi persyaratan kualitas dan kualitas pelayanan,
    setelah produk sampai pada konsumen menjadi bagian
    yang penting dari paket produk total. Hal ini telah
    menambah beban manajemen puncak khususnya
    bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan
    tanggung jawab yang tepat untuk mengoreksi
    penyimpangan dari standar kualitas.
  4. Men (Manusia)
    Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan
    penciptaan seluruh bidang baru seperti elektronika
    komputer menciptakan suatu permintaan yang besar
    akan pekerja dengan pengetahuan khusus. Pada waktu
    yang sama situasi ini menciptakan permintaan akan ahli
    teknik sistem yang akan mengajak semua bidang
    spesialisasi untuk bersama merencanakan, menciptakan
    dan mengoperasikan berbagai sistem yang akan
    menjamin suatu hasil yang diinginkan.
  5. Motivation (Motivasi)
    Penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan
    bahwa sebagai hadiah tambahan uang para pekerja
    masa kini memerlukan sesuatu yang memperkuat rasa
    keberhasilan di dalam pekerjaan mereka dan pengakuan
    bahwa mereka secara pribadi memerlukan sumbangan
    atas tercapainya sumbangan atas tercapainya tujuan
    perusahaan. Hal ini membimbing ke arah kebutuhan
    yang tidak ada sebelumnya yaitu pendidikan kualitas
    dan komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran
    kualitas
  6. Material (Bahan)
    Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan
    kualitas, para ahli teknik memilih bahan dengan batasan
    yang lebih ketat dari pada sebelumnya. Akibatnya
    spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan
    keanekaragaman bahan menjadi lebih besar.
  7. Machine and Mecanization (Mesin dan Mekanik)
    Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan
    biaya dan volume produksi untuk memuaskan
    pelanggan telah terdorong penggunaan perlengkapan
    pabrik yang menjadi lebih rumit dan tergantung pada
    kualitas bahan yang dimasukkan ke dalam mesin
    tersebut. Kualitas yang baik menjadi faktor yang kritis
    dalam memelihara waktu kerja mesin agar fasilitasnya
    dapat digunakan sepenuhnya.
  8. Modern Information Metode (Metode Informasi
    Modern)
    Evolusi teknologi komputer membuka kemungkinan
    untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil
    kembali, memanipulasi informasi pada skala yang tidak
    terbayangkan sebelumnya. Teknologi informasi yang
    baru ini menyediakan cara ntuk mengendalikan mesin
    dan proses selama proses produksi dan mengendalikan
    produk bahkan setelah produk sampai ke konsumen.
    Metode pemrosesan data yang baru dan konstan
    memberikan kemampuan untuk memanajemeni
    informasi yang bermanfaat, akurat, tepat waktu dan
    bersifat ramalan mendasari keputusan yang
    membimbing masa depan bisnis
  9. Mounting Product Requirement (Persyaratan Proses
    Produksi)
    Kemajuan yang pesat dalam perancangan produk,
    memerlukan pengendalian yang lebih ketat pada seluruh
    proses pembuatan produk. Meningkatnya persyaratan
    prestasi yang lebih tinggi bagi produk menekankan
    pentingnya keamanan dan kehandalan produk.

Manfaat Kualitas Produk

 


Menurut Lasander (2013), kualitas produk yang berkualitas
berperan penting dalam membentuk kepuasan konsumen,
selain itu juga erat kaitannya dalam menciptakan
keuntungan bagi perusahaan. Semakin berkualitas produk
yang diberikan oleh perusahaan maka kepuasanyang
dirasakan oleh pelanggan akan semakin tinggi.
Menurut Arumsari (2012), kualitas produk yang baik
merupakan harapan konsumen yang harus dipenuhi oleh
perusahaan, karena kualitas produk yang baik merupakan
kunci perkembangan produktivitas perusahaan. Kualitas
produk merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh
setiap perusahaan apabila menginginkan produk yang
dihasilkan dapat bersaing di pasar.

Dimensi Kualitas Produk

 


Menurut Gaspersz (2008, p.119) dalam (Irawan &
Japarianto, (2013) menjelaskan bahwa dimensi dari kualitas
produk ini meliputi 8 dimensi, yang terdiri dari :

  1. Performance, Kinerja (performance) yaitu karakteristik
    operasi pokok dari produk inti dan dapat didefinisikan
    sebagai tampilan dari sebuah produk sesungguhnya.
    Performance sebuah produk merupakan pencerminan
    bagaimana sebuah produk itu disajikan atau ditampilkan
    kepada pelanggan. Tingkat pengukuran performance
    pada dasarnya mengacu pada tingkat karakteristik dasar
    produk itu beroperasi. Sebuah produk dikatakan
    memiliki performance yang baik bilamana dapat
    memenuhi harapan. Bagi setiap produk/jasa, dimensi
    performance bisa berlainan, tergantung pada functional
    value yang dijanjikan oleh perusahaan. Untuk bisnis
    makanan, dimensi performance adalah rasa yang enak.
  2. Reliability, keandalan (reliability) yaitu tingkat
    keandalan suatu produk atau kosistensi keandalan
    sebuah produk didalam proses operasionalnya dimata
    konsumen. Reliability sebuah produk juga merupakan
    ukuran kemungkinan suatu produk tidak akan rusak
    atau gagal dalam suatu periode waktu tertentu. Sebuah
    produk dikatakan memiliki Reliability yang tinggi
    bilamana dapat menarik kepercayaan dari konsumen
    terkait kualitas keandalan sebuah produk. Dimensi
    performance dan reliability sekilas hampir sama tetapi
    mempunyai perbedaan yang jelas. Reliability lebih
    menunjukkan probabilitas produk menjalankan
    fungsinya.
  3. Features, keistimewaan tambahan (features) yaitu
    karakteristik sekunder atau pelengkap dan dapat
    didefinisikan sebagi tingkat kelengkapan atribut-atribut
    yang ada pada sebuah produk. Pada titik tertentu,
    performance dari setiap merek hampir sama tetapi
    justru perbedaannya terletak pada fiturnya. Ini juga
    mengakibatkan harapan pelanggan terhadap dimensi
    performance relatif homogen dan harapan terhadap fitur
    relatif heterogen.
  4. Conformance, kesesuaian dengan spesifikasi
    (conformance to spesificatin) yaitu sejauh mana
    karakteristik desain dan operasi memenuhi standarstandar yang telah ditetapkan sebelumnya dan dapat
    didefinisikan sebagai tingkat dimana semua unit yang
    diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi sasaran
    yang dijanjikan. Definisi diatas dapat dijelaskan bahwa
    tingkat conformance sebuah produk dikatakan telah
    akurat bilamana produk-produk yang mayoritas
    diinginkan pelanggan.
  5. Durability, daya tahan (durability) berkatian dengan
    berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan dan
    dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran usia operasi
    produk yang diharapkan dalam kondisi normal dan/atau
    berat. Definisi diatas bilamana diterapkan pada
    pengukuran sebuah makanan dan minuman sebuah
    restoran, maka pengertian durability diatas adalah
    tingkat usia sebuah makanan masih dapat dikonsumsi
    oleh konsumen. Ukuran usia ini pada produk biasanya
    dicantumkan pada produk dengan tulisan masa
    kadaluarsa sebuah produk.
  6. Serviceability, (service ability) meliputi kecepatan,
    kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta
    penanganan keluhan yang memuaskan dan dapat
    didefinisikan sebagai suatu ukuran kemudahan
    memperbaiki suatu produk yang rusak atau gagal.
    Disini artinya bilamana sebuah produk rusak atau gagal
    maka kesiapan perbaikan produk tersebut dapat
    diandalkan, sehingga konsumen tidak merasa dirugikan.
  7. Aesthethics yaitu keindahan produk terhadap panca
    indera dan dapat didefinisikan sebagai atribut-atribut
    yang melekat pada sebuah produk, seperti warna, model
    atau desain, bentuk, rasa, aroma dan lain-lain. Pada
    dasarnya Aesthethics merupakan elemen yang
    melengkapi fungsi dasar suatu produk sehingga
    performance sebuah produk akan menjadi lebih baik
    dihadapan pelanggan.
  8. Customer perceived quality, kualitas yang
    dipersepsikan (perceived quality) yaitu kualitas yang
    dirasakan. Bilamana diterapkan pada pengukuran
    kualitas makanan dan minuman maka Perceived Quality
    merupakan kualitas dasar yang dimiliki sebuah
    makanan dan minuman.

Pengertian Kualitas Produk

 


Pengertian kualitas produk menurut Kotler and Armstrong
(2008) dalam (Irawan & Japarianto, 2013) adalah “Sekumpulan
ciri-ciri karakteristik dari barang dan jasa yang mempunyai
suatu pengertian dari gabungan daya tahan, keandalan,
ketepatan, kemudahan pemeliharaan serta atribut-atribut
lainnya dari suatu produk.”
Menurut Tjiptono (2008) dalam Lenzun et al., 1237 (2014),
kualitas produk merupakan perpaduan antara sifat dan
karakteristik yang menentukan sejauh mana dapat memenuhi
prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai sampai seberapa
jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya.
Menurut Wijaya (2011) dalam Runtunuwu et al., (2014),
kualitas adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan,
artinya kualitas didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan
atau konsumen terhadap produk atau jasa yang diukur
berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut.

Definisi Keberlangsungan Usaha

 


Menurut Widayanto, et.al (2020) bahwa keberlangsungan usaha
(going concern) adalah kemampuan perusahaan untuk dapat
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Suatu perusahaan akan
terus berlangsung kecuali pemilik bermaksud untuk melikuidasi usaha
tersebut atau menghentikan operasinya, atau tidak memiliki atau alternatif
lain kecuali melakukan hal-hal tersebut, melalui konsep going concern ini,
suatu perusahaan diasumsikan akan mampu mempertahankan kegiatan
usahanya selama-lamanya.
Perusahaan yang dapat mempertahankan keberlangsungan usahanya
akan dapat mempertahankan pangsa pasar, kapasitas produksi, dan kondisi
keuangannya atau bahkan dapat ditingkatkan. Sementara itu perusahaan
yang kinerjanya kurang baikmempunyai beberapa ciri, Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) pada sekso 341 (Institusi Akuntan Publik
Indonesia, 2016) membahas berbagai macam faktor yang dapat
mempengaruhi kelangsungan usaha suatu unit usaha, sebagai berikut:
a. Kerugian usaha secara berulang-ulang atau kekurangan modal kerja.
b. Ketidakmampuan suatu unit usaha untuk membayar kewajiban pada
saatnya.
c. Kehilangan pelanggan utama.
d. Terjadi bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi atau
banjir yang merugikan asset perusahaan.
e. Masalah perburuhan seperti pemogokan kerja buruh.
f. Perkara pengadilan, atau masalah serupa yang telah terjadi yang
membahayakan kemampuan perusahaan untuk dapat beroperasi.

Karakteristik Jasa

 


Menurut Fandy Tjiptono (2011:136) bahwa karakteristik utama
yang membedakan barang dan jasa. Jasa memiliki empat karakteristik jasa
yaitu:

  1. Intagibility
    Jasa bersifat intangibility, yaitu tidak dapat melihat, diras, dicium,
    didengar,atau diraba sebelum dibeli sebelum dibeli dan dikonsumsi
    dan dipahami secara rohaniah. Sesorang tidak dapat menilai
    kualitas pelayanan sebelum mereka menggunakan/merasakannya
    sendiri. Konsumen hanya menggunakan, memanfaatkan atau
    menyewa layanan tersebut. Untuk mengurangi keraguan, setiap
    konsumen harus lebih memperhatikan kualitas yang dibeli. Mereka
    akan mengetahui kualitas pelayanan dari tempat, orang, peralatan,
    bahan-bahan komunikasi, symbol serta harga yang mereka amati.
  2. Inperability
    sebuah barang yang diproduksi, kemudia dijual setelah itu
    dikonsumsi. Sedangkan Jasa di lain pihak, pada umumnya dijual
    terlebih dahulu, setelah itu baru diproduksi dan digunakan secara
    bersamaan. Komunikasi antara penyedia jasa dan konsumen
    merupakan karakteristik khusu dalam pemasaran jasa. hasil dari
    jasa tersebut mempengaruhi hasil dari kedua pihak. Hubungan antar
    penyedia jasa dan konsumen, unsur penting dalam efektivitas
    individu yang menyampaikan jasa (contact-personel). Proses
    rektutmen, kompensasi, pelatihan dan pengembangan karyawam
    merupakan kunci keberhasilan bisnis jasa.
  3. Variability
    Non-standardized adalah jasa yang bersifat sangat variabel, yang
    berarti banyak variabel bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada
    siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Sebelum
    memutuskan untuk memilih mereka meminta pendapat orang lain
    karena setiap pembeli jasa sangat peduli dengan variabilitas yang
    22
    tinggi. Penyedia jasa dapat melakukan tiga tahap dalam
    pengendalian kualitasnya:
    a) Melakukan pelatihan personil yang baik dalam investasi
    b) Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa (serviceperformance process). Jasa yang menggambarkan peristiwa
    dan proses jasa dalam suatu diagram alur dapat dilakukan
    dengan menyiapkan cetak biru, dengan maksud untuk
    mengetahui apa saja faktor-faktor potensial yang dapat
    menyebabkan kegagalsn dalam jasa tersebut.
    c) Membantu memberi kepuasan konsumen melalui sistem
    masukan dan keluhan yang dirasakan oleh konsumen,
    mendatangi konsumen, dan comparison shopping, sehingga
    pelayanan yang kurang baik dapat diketahui.
  4. Perishability
    Jasa adalah barang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.
    Seperti kursi kereta api yang kosong, kamar hotel yang tidak ada
    penghuni atau jam tertentu tanpa pasien ditempat seorang dokter,
    maka akan hilang begitu jasa dan tidak bisa disimpan untuk
    digunakan diwaktu lain. Ketika permintaan berfluktuasi berbagai
    masalah muncul terkait dengan kapasitas menganggur (ketika
    permintaan rendah) dan konsumen tidak melayani dengan resiko
    kecewa atau beralih ke penyedia jasa (pada saatpermintaan naik).

Ciri-Ciri Pelayanan Yang Baik

 


Pelayanan yang baik memiliki karakteristik tersendiri dan hampir
semua perusahaan menggunakan kriteria yang sama untuk membentuk
kharakteristik pelayanan yang baik. Terdapat beberapa faktor pendukung
yang secara langsung mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan.
Berikut ini beberapa ciri pelayanan yang baik yang harus diikuti oleh
karyawan dalam melayani konsumen yaitu: (Zulkarnain, et al:2020)

  1. Tersedia karyawan yang baik
  2. Tersedianya sarana dan prasaranan yang baik
  3. Bertanggung jawab kepada konsumen
  4. Mampu melayani konsumen dengan cepat tanggap
  5. Mampu berkomunikasi
  6. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi
  7. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik
  8. Berusaha memahami kebutuhan konsumen
  9. Mampu memberikan kepercayaan kepada konsumen

Dimensi Kualitas Pelayanan

 


Menurut Parasuraman dalam Jasfar (2012:51), terdapat lima dimensi
Kualitas pelayanan atau jasa sebagai berikut:

  1. Tangibles (Bukti Langsung)
    Tangiles merupakan bukti nyata kemampuan sebuah perusahaan
    dalam memberikan penyedia jasa yang terbaik bagi konsumen. Baik
    dilihat dari kualitas fisik, fasilitas pada perlengkapan teknologi yang
    mendukung hingga penampilan dari karyawan.
  2. Reliability (Kehandalan)
    Realiability merupakan kemampuan perusahaan dalam mewujudkan
    yang diharapkan sesuai dengan keinginan dari konsumen
    tersebut.terkait dengan kecepatan, ketepatan waktu, tidak ada kesalahan
    dan lain sebagainya. Karena jika perusahaan tidak dapat memberikan
    sesuai keinginan maka kepuasan konsumen akan menurun.
  3. Responsiveness (Daya Tanggap)
    Responsivenees adalah suatu kemampuan harus dimiliki
    perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk
    menyediakan pelayanan yang sesuai dengan keinginan konsumen dan
    melakukan pelayanan dengan cepat dan tanggap.
  4. Assurance (Jaminan)
    Assurance adalah kepastian yang harus diperoleh dari sikap sopan
    santun karyawan untuk membangun kepercayaan konsumen dengan
    memberikan jaminan atau kepastian kepada konsumen supaya mereka
    tidak merasa khawatir dengan jasa yang ditawarkan.
  5. Emphaty (Kepedulian)
    Emphaty adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan
    perhatian kepada konsumen baik secara individu, termasuk kepekaan
    akan kebutuhan konsumen.

Indikator Kualitas Pelayanan.

 


Menurut Tjiptono (2019:77) dalam mengevaluasi layanan yang
bersifat tangible, variable, inseparable,dan perishable, pelanggan umumnya
menggunakan beberapa atribut atau faktor:

  1. Bukti fisik (tangible), meliputi bukti fisik, perlengkapan, pegawai
    dan saranan komunikasi.
  2. Keandalan (reliability), merupakan kemampuan setiap pelaku usaha
    dan pegawai memberikan pelyanan yang dijanjikan dengan segera,
    akurat dan memuaskan.
  3. Daya Tanggap (responsiveness), yaitu keinginan setiap pelaku usaha
    dan karyawan memberikan pelayanan dengan tanggap untuk
    membantu setiap konsumen.
  4. Jaminan (assurance) mencakup pengetahuan, kemampuan,
    kesopanan, dan sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki oleh para
    pelaku usaha dari keraguan .
  5. Empati (empathy), yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan
    kepada konsumen dengan komunikasi yang baik, perhatian pribadi
    dan memahami kebutuhan.

Pengertian Kualitas Pelayanan

 


Kata “Kualitas” banyak mengandung definisi dan makna karena
setiap orang akan mengartikan dengan berbeda, seperti kesesuaian dengan
persyaratan atau tuntutan, kecocokan dalam pemakaian berkelanjutan,
terbebas dari kerusakan , memenuhi kebutuhan konsumen, melakukan
segala hal yang bisa membahagiakan (Tjiptono dan Chandra (2012:2).
Menurut Gronroos dalam Jasfar (2012:15) bahwa Jasa adalah suatu
fenomena yang sulit. Arti jasa memiliki arti yang banyak dan ruang lingkup,
dari pengertian yang sederhana, yaitu hanya berupa pelayanan dari sesorang
terhadap orang lain, dapat diartikan sebgai yang diberikan dari mulai
pelayanan oleh manusia, baik yang bisa dilihat (eksplisit service)ataupun
yang tidak bisa dilihat, tetapi hanya bisa dirasakan (implisit service)
mencapai pada fasilitas-fasilitas pendukung yang masih tersedia dalam
berbagai penjualan jasa dan benda-benda lainnya.
Menurut Ratih Hurriyatih (2013:27) bahwa pelayanan merupakan
setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak
lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan
perpindahan kepemilikan. Selanjutnya dalan buku Rambat Lupiyoadi
(2014:7) bahwa pelayanan merupakan suatu kegiatan yang ditawarkan oleh
satu pihak ke pihak lain pada dasarnya sulit dipahami dan tidak
menghasilkan pertukaran kepemilikan apapun.
Menurut Buchari alma (2011:243) layanan merupakan setiap tindakan
atau kegiatan yang dapat diketahui secara tidak berwujud, ditawarkan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen, jasa dapat dihasilkan dengan
menggunakan benda berwujud maupun tidak berwujud.
Menurut Kotler dalam Nasution (2015:6) bahwa pelayanan
merupakan suatu tindakan atau langkah yang dapat ditawarkan kepada satu
pihak ke pihak yang lain, dasarnya tidak berwujuduh fisik atau intagiable
dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun, mungkin produk jasa dapat
berkaitan atau tidak dengan produk fisik.
Menurut Martiana dan Apriani (2019) bahwa kualitas pelayanan
adalah upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginin konsumen sesuai dengan yang diharapkan konsumen
sehingga konsumen merasa puas dengan kualitas pelayanannya.
Selanjutnya menurut Sugita et al (2017) bahwa kualitas pelayanan
merupakan segala bentuk aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memenuhi harapan konsumen, layanan dapat diartikan sebagai jasa yang
disampaikan oleh pemilik berupa hubungan, kecepatan dan
keramahatamahan dengan sifat ini dapat mmberikan pelayanan dan
kepuasan konsumen.

Perspektif Kualitas Produk

 


Menurut Tjiptono dan Chandra, (2016:117) bahwa perspektif
produk diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu: transcendental
approach, product-based approach, user based approach, manufacturingbased approach, dan value-based approach. Semua perspektif ini dapat
menjelaskan mengapa pelanggan menginterpretasikan kualitas secara
berbedan dalam konteks yang berlainan .

  1. Transcendental Approach
    Perspektif ini menjelaskan bahwa kualitas dapat dinilai dari apa
    yang dirasakan atau diketahui, namun sulit untuk dijelaskan,
    dirumuskan atau dioperasionalkan. Perspektif ini menegaskan
    bahwa setiap orang dapat memahami kualitas melalui berbagai
    macam pengalaman dari ekspor produk berkali-kali.
  2. Product-based Approach
    Perspektif ini mengasumsikan bahwa kualitas adalah objektif atribut
    yang saat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Unsur atau atribut yang
    dimiliki produk mencerminkan perbedaan kualitas. Sebab perspektif
    ini sangat objektif, maka kelemehannya tidak bisa menjelaskan
    perbedaan yang selera, kebutuhsn atau segmen pasar terntentu.
  3. User-Based Approach
    Rancangan ini didasarkan atas pemikiran bahwa penilaian kualitas
    tergantung orang lain, sehingga produk yang memiliki kualitas
    paling tinggi sangat memuaskan preferensi seseorang. Perspektif
    yang bersifat subjektif dan demand-oriented ini juga mengatakan
    bahwa setiap konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan masingmasing yang berbeda dengan yang lainnya, sehingga kualitas bagi
    seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakan.
    Apabila seseorang menilai produk tersebut baik belum tentu orang
    lain mengatakan kualitas itu baik.
  4. Manufacturing-based Approach
    Perspektif ini bersifat supply-based dan lebih berfokus pada praktikpraktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan
    kualitas sebagai kecocokan dengan persyaratan. Dalan konteks 
    bisnis kualitas memiliki sifat operations-drivren. Penyesuaian
    spesifikasi produk dan operasi yang disusun secara internal
    menekankan ancaman semacam ini, yang dipicu oleh keinginan
    untuk meningkatkan produktivitas dan menekankan biaya. Jadi,
    yang bisa menentukan kualitas yaitu standar-standar yang telah
    ditetapkan pelanggan, bukan kepada pelanggan yang membeli dan
    menggunakan produk tersebut.
  5. Value-based Approach
    Aspek nilai (value) dan harga (price) termasuk rancangan kualitas.
    Dengan mempertimbangkan Trade-off antara kinerja dan harga,
    kualitas diartikan sebagai affordable excellence. Kualitas dalam
    perspektif ini bersifat relative, sehingga produk yang memiliki
    kualitas tinggi belum tentu memiliki produk yang bernilai. Akan
    tetapi, apabila konsumen yang membeli baranf atau jasa yang paling
    tepat akan paling bernilai.

Implikasi Kualitas Produk

 


Menurut Heizer dan Render (2012:223) menyatakan bahwa kualitas
adalah suatu hal yang sangat penting bagi operasional perusahaan. Selain
operasional perusaan kualitas juga memiliki implikasi yang lain yaitu:

  1. Reputasi Perusahaan
    Untuk brand yang baru, ketika konsumen merasa puas dengan produk
    yang baik maka reputasi perusahaan akan naik. Jika reputasi
    perusahaan terbangun dengan baik, konsumen akan percaya dengan
    produk baru yang dikerluarkan karena perusahaan tersebut sudah
    memiliki kualitas yang baik.
  2. Pertanggungjawaban Produk
    Semakin banyak meningkatnya suatu produk, maka perusahaan akan
    dituntut untuk mempertanggungjawabkan segala produk yang dijual
    supaya dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan sekaligus
    memberikan kepuasan kepada pelanggan.
  3. Penurunan Biaya
    Kualitas produk yang semakin baik, maka semakin efektif dan efisien
    juga proses produk. Karena dengan memberikan proses produk yang
    baik perusahaan akan semakin jarang menghasilkan produk yang gagal
    atau cacat. Quality control yang ketat akan mengurangi biaya sehingga
    perusahaan focus memproduksi produk sesuai dengan yang diharapkan
    oleh pelanggan.
  4. Peningkatan Pangsa Pasar
    Penurunan biaya akan mempengaruhi harga jual produk juga semakin
    murah, namu jika perusahaan tetep memiliki kualitas yang baik. Karena
    kualitas produk yang baik dan harga murah maka semakin jauh produk
    dalam menjangkau pasar. Hal ini akan memperluas pangsa pasar
    perusahaan.
  5. Dampak Internasional
    Kualitas produk yang semakin bagus, maka pangsa pasar yang dimiliki
    oleh perusahaan akan semakin besar, bahkan bisa memperoleh tahap
    internasional. Sebab itu, perusahan tidak hanya memenuhi standar
    kualitas local, akan tetapi standar kualitas internasional supaya produk
    dapat bersaing secara internasional.

Pengembangan Produk

 


Menurut Oentoro (2012:134) mengungkapkan bahwa barang yang
diterima di pasar dapat memberikan nilai tambah pada setiap perusahaan
atau dapat memimpin pasar dengan segmen tertentu. Berikut dalam
pengembangan produk untuk tercapainya hal tersebut terdiri dari beberapa
tahap sebagai berikut:

  1. Pencarian Ide Produk
    Mecari ide produk sesuai dengan tujuan perusahaan
  2. Menyaring Ide Produk
    Ketika memperoleh banyak ide produk, maka sebaiknya dipikirkan
    lebih matang lagi produk mana yang terbaik untuk direkomendasikan
    serta sesuai dengan tujuan dan kondisi perusahaan.
  3. Analisis Bisnis
    Perusahaan harus melakukan perkiraan pada produk tersebut seperti
    berapa besar perkiraan biaya produksi serta investasinya, seberapa
    besar peluang pasarnya. Seberapa perkiraan laba yang akan didapatkan,
    seberapa besar tingkat kepuasaan pelanggan dan lain sebagainya.
  4. Pengembangan produk
    Apabila ide yang dipilih sudah layak maju ke tahan selanjutnya, maka
    dilakukan percobaan untuk dilakukan uji kelayakan bisnis, produk diuji
    coca secara internal melalui perusahaan sendirimaupun perusahaan lain
    yang berkompeten dibidang tersebut.
  5. Uji Coba Pemasaran
    Ketika sudah menguji beberapa sampel segmentasi pasar yang
    memungkinkan akan dituju oleh perusahaan
  6. Komersialisasi Produk
    Tahap akhir yaitu memasarkan dengan menawarkan produk tersebut ke
    pelanggan yang telah dipilih perusahaan . produk baru harus selalu
    dilakukan pengecekan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan produk
    berikutnya supaya mampu menghasilkan laba yang maksimal.

Alasan Memproduksi Produk Berkualitas

 


Menurut Suyadi Prawirosentono (2012:2-3) bahwa produk yang
berkualitas prima akan lebih atraktif untuk pelanggan sehingga dapat
meningkatkan volume penjualan. Akan tetapi terlebih dari itu produk
mempunyai kualitas yang penting sebagai berikut:
a. Pelanggan yang membeli produk dengan berdasarkan taraf. Pada
umumnya produk memiliki loyalitas produk yang lebih besar
dibandingkan dengan pelanggan yang hanya membeli berdasarkan
harga. Pelanggan akan membeli produk sesuai dengan mutu sampai
pelanggan tersebut sudah merasa tidak puas sebab ada produk yang
lebih bermutu. Akan tetapi jika produk selalu memperbaiki mutu
pelanggan akan selalu setia dan tetap membelinya. Berbeda dengan
pelanggan yang hanya mencari produk dengan harga yang lebih
murah apapun mereknya. Maka konsumen tersebut tidak memiliki
loyalitas produk.
b. Bersifat kontradiktif dengan cara berpikir bisnis tradisional, selain
memproduksi barang yang bermutu, secara otomatis akan lebih
mahal dibandingkan produk yang bermutu rendah. Banyak
perusahaan yang menemukan bahwa memproduksi suatu barang
yang bermutu tidak harus memiliki harga yag lebih mahal. Produk
yang menghasilkan mutu tinggi secara simultan meningkatkan
produktivitas, sebagai berikut mengurangi penggunaan bahan dan
mengurangi biaya.
c. Menjual barang yang tidak bermutu, kemungkinan banyak yang
akan menerima keluhan dan pengembalian barang dari konsumen
atau biaya yang untuk perbaikan menjadi lebih besar, selain
memperoleh citra yang tidak baik. Belum lagi kecelakaan yang
dialami konsumen pada produk tersebut yang mengakibatkan
pemakaian produk tersebut bernilai rendah. Mungkin pelanggan
akan meminta ganti rugi melalui pengadilan. Jadi berdasarkan dari
ketiga alas an tersebut bahwa memproduksi sebuah barang yang
memiliki mutu lebih tinggi lebih banyak memberikan keuntungan
untuk konsumen berbeda dibandingkan dengan produsen yang
menghasilkan produk bermutu rendah.

Tingkatan Produk

 


Menurut Sangadji (2013:15) terdapat lima tingkatan produk antara lain:

  1. Manfaat inti, adalah sebuah produk yang memiliki manfaat dasar dapat
    dikonsumsi oleh pelanggan. Seperti perusahaan perhotelan dengan
    menawarkan produk yang memiliki manfaat utamanya yaitu untuk
    istirahan dan tidur.
  2. Produk dasar, adalah suatu produk dalam bentuk dasar yang dapat
    dikonsumsi pelanggan. Seperti kain.
  3. Produk yang diharapkan merupakan serangkaian atribut produk serta
    suatu kondisi-kondisi yang biasa diinginkan dan diterima pelanggan
    saat mereka membeli suatu barang. Seperti baju, celana, sepatu, sandal,
    tas dan lain sebagainya.
  4. Produk yang ditingkatkan merupakan produk yang sudah dalam
    perubahan sedemikian rupa sehinggan barang yang ditawarkan berbeda
    dengan barang pesaing. Seperti sepatu merek Adidas, baju merek
    Gucci, celanan merek Levi’s, dan lain sebagainya.
  5. Produk potensial, adalah sebuah produk yang dialami perubahan
    bentuk di masa sekarang. Seperti, mobil klasik, emas, saham dan lain
    sebagainya.
    Menurut Kotler dalam Arumsari (2012:44), kebanyakan produk disediakan
    terdiri dari empat tingkatan kualitas sebagai berikut:
  6. Kualitas rendah
  7. Kualitas rata-rata sedang
  8. Kualitas baik
  9. Dan kualitas sangat baik

Dimensi Kualitas Produk

 


Menurut Tjiptono (2015:315) menjelaskan bahwa dimensi kualitas
produk ini meliputi 8 dimensi yang terdiri dari :

  1. Hasil kinerja (Performance)
    Merupakan karakteristik operasi pokok dari produk inti (core
    product) yang dibeli kinerja dari produk yang memberikan manfaat
    bagi konsumen yang mengkonsumsi sehingga konsumen dapat
    memperoleh manfaat dari produk yang telah dikonsumsi. Untuk setiap
    produk atau jasa, dimensi performance bisa berlainan tergantung pada
    functional value yang telah dijanjikan oleh perusahaan. Dalam bisnis
    makan, dimensi kinerja dapat dilihat dari rasa yang enak.
  2. Ciri-Ciri atau Keistimewaan Tambahan (Features)
    Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap dari produk ini
    keistimewaan tambahan produk juga dapat dijadikan ciri khas yang
    membedakan dengan produk pesaing yang sejenis. Ciri khas yang
    ditawarkan juga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen
    terhada suatu produk.
  3. Keandalan (Raliability)
    Yaitu keandalan sebuah produk merupakan ukuran kemungkinan
    kecil terhadap suatu produk tidak akan rusak atau gagal. kerusakan
    tingkat risiko kerusakan produk, menentukan tingkat kepuasan
    konsumen yang diperoleh dari suatu produk. Semakin besar risiko yang
    diterima oleh konsumen terhadap produk, semakin kecil tingkat
    kepuasan yang diperoleh konsumen.
  4. Kesesuaian dengan Spesifikasi (Conformance to Specfication)
    Yaitu kesesuaian kinerja dan kualitas produk dengan standar yang
    dinginkan oleh produsen yang sesuai dengan perencanaan perusahaan
    yang berarti produk-produk yang mayoritas sesuai dengan keinginan
    pelanggan. Pada dasarnya, setiap produk memiliki standar ataupun
    spesifikasi yang telah ditentukan. Karakteristik desain operasi
    memenuhi standar-sandar yang telah ditetapkan sebelumnya.
  5. Daya Tahan (Durability)
    Yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut bisa dapat
    digunakan dan dapat didefinisikan sebagai ukuran usia operasi produk
    yang diharapkan dalam kondisi normal
  6. Kemampuan melayani (Serviceability)
    Yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
    direparasi serta penanganan keluhan yang memuaskan. Dapat
    didefinisikan apabila terjadi kerusakan atau gagal pada produk, maka
    dapat diartikan jika ada produk yang mengalami gagal atau rusak maka
    kesiapan dalam perbaikan produk tersebut diandalan sehingga
    konsumen tidak ada yang merasa dirugikan
  7. Estetika (Asthetics)
    Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera dapat dilihat dari
    bentuk fisik, warna, model atau desain, rasa, aroma dan lain-lain. Maka
    konsumen akan tertarik terhadap suatu produk ketika melihat tampilan
    awal.
  8. Kualitas yang Dirasakan (perceived quality)
    Yaitu persepsi konsumen terhadap kualitas produk atau
    keunggulan dari produk tersebut. Bilamana kurang memahami ciri-ciri
    produk yang dibeli maka konsumen akan mempersepsikan baik dari
    segi harga, merek dan negara pembuat.

Indikator Kualitas Produk

 


Terdapat beberapa tolak ukur kualitas produk menurut Kotler dan
Keller (2012:8), terdiri dari

  1. Bentuk yaitu sebuah produk dapat meliputi ukuran, atau struktur.
  2. Fitur yaitu melengkapi fungsi dasar produk.
  3. Penyesuaian yaitu menyesuaikan dengan keinginan konsumen.
  4. Kualitas kerja yaitu dimensi yang paling penting ketika perusahaan
    menerpkan sebuah model dam memberikan kualitas yang tinggi.
  5. Kualitas kesesuaian yaitu produkdi yang memenuhi spesifikasi yang
    dijanjikan
  6. Ketahanan yaitu ukuran atau umur suatu produk dalam kondisi biasa
    atau penuh tekanan
  7. Keandalan yaitu memngkinkan tidak mengalami kegagalan pada
    produk
  8. Kemudahan perbaikan yaitu kemudahan ketika produk tidak
    berfungsi
  9. Gaya yaitu penampilan dan rasa produk tersebut
  10. Desain yaitu mempengaruhi tampilan atau fungsi produk
    berdasarkan kebutuhan

Tujuan Produk

 


Menurut Oentoro (2012:111), tujuan produk yang diproduksi untuk
mencapai persaingan sebagai berikut:

  1. Fitur produk merupakan sebuah produk yang memiliki karakteristik
    sifat yang berbeda.
  2. Manfaat produk merupakan manfaat fitur produk bagi pelanggan.
  3. Desain produk merupakan fungsi produk yang mempunyai manfaat
    sesuai dengan kebutuhan, keinginan, serta harapan pelanggan.
  4. Kualitas produk merupakan spesifikasi produk yang sesuai dengan
    kinerja produk dan sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan harapan

Pengertian Kualitas Produk

 


Menurut Kotler dan Keller (2016:37) bahwa kualitas produk
merupakan suatu kemampuan produk dalam melakukan fungsi-fungsinya,
kemampuan itu meliputi daya tahan, kehandalan, ketelitian, yang diperoleh
produk dengan secara keseluran. Perusahaan harus selalu meningkatkan
kualitas produk atau jasanya karena peningkatan kualitas produk bisa
membuat pelanggan merasa puas dengan produk atau jasa yang diberikan
dan akan mempengaruhi pelanggan untuk membeli kembali produk
tersebut.
Menurut Tjiptono (2015:105) bahwa definisi konvensional dari kualitas
merupakan performasi sebagai gambaran langsung dari suatu produk,
keandalan, mudah untuk digunakan, estetika dan sebagainya. Dalam arti
strategi, kualitas adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kebutuhan
konsumen sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen.
Menurut Arumsari (2012:45) bahwa kualitas produk adalah faktorfaktor yang terkandum dalam sebuah barang atau hasil yang meyebabkan
barang atau hasil yang cocok dengan tujuan barang yang diproduksi.
Menurut Ernawati (2019) bahwa kualitas produk adalah suatu faktor
penting yang mempengaruhi keputusan setiap pelanggan dalam membeli
sebuah produk. Semakin baik kualitas produk tersebut, maka akan semakin
meningkat minat konsumen yang ingin membeli produk tersebut.
Menurut Lesmana dan Ayu (2019) bahwa kualitas produk merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau
tenaga kerja serta lingkungan untuk memenuhi setiap konsumen.
Menurut Windarti dan Ibrahim (2017) bahwa kualitas produk
merupakan kesesuain kebutuhan dan keinginan pada setiap produk ke
dalam spesifikasi produk, kualitas produk adalah suatu kondisi yang
berhubungan dengan produk, jasa manusia dan lingkungan untuk memenuhi
harapan konsumen.
Agar mencapai kualitas produk yang diinginkan maka harus diperlukan
suatu standarisasi kualias. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar produk
yang dihasilkan bisa memenuhi sandar yang sudah ditetapkan sehingga
konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang
bersangkutan. Pengalaman pelanggan dalam membeli produk yang baik
atau buruk akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian
Kembali atau tidak. Oleh karena itu, pemain usaha harus mampu
menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen.
kebutuhan yan tidak dapat memenuhi harapan konsumen, haruslah cepat
ditanggapi oleh perusahaan, yaitu dengan upaya pengembangan produk
sesuai dengan harapan konsumen tersebut (Assauri, 2012:167)

Proses Keputusan Pembelian

 


Menurut Kotler dan Armstrong dalam Sangadji dan Sopiah (2013:36),
proses yang digunakan konsumen untuk mengambil keputusan pembelian
adalah sebagai berikut:

  1. Pengenalan Masalah (Problem Recognition)
    Pengenalan masalah merupakan tahap pertama dari proses pengambilan
    keputusan pembeli dimana konsumen mengenali suatu masalah atau
    kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan
    keadaan yang diinginkan.
  2. Pencarian informasi (Information Search)
    Pencarian informasi merupakan tahap dalam proses pengambilan
    keputusan pembelian di mana konsumen telah tertarik untuk mencari
    lebih banyak informasi. Dalam hal ini, konsumen mungkin hanya
    meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi. Konsumen dapat
    memperoleh informasi dari sumber mana pun, misalnya:
    a. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.
    b. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan.
    c. Sumber publik: media massa, organisasi penilai pelanggan.
    d. Sumber pengalaman: menangani, memeriksa dan menggunakan
    produk.
  3. Evaluasi Berbagai Alternatif (Alternative Evaluation)
    Evaluasi berbagai alternatif yaitu suatu tahap dalam proses pengambilan
    keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk
    mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan.
  4. Keputusan Pembelian (Purchase Desicion)
    Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan
    keputusan pembelian sampai konsumen benar-benar membeli produk.
    Biasanya keputusan pembelian konsumen (purchase decision) adalah
    pembelian merek yang paling disukai.
  5. Perilaku Pasca Pembelian (Post-Purchase Behaviour)
    Perilaku pasca pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan
    keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut
    setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka
    rasakan. Hubungan antara harapan konsumen dengan kinerja yang
    dirasakan dari produk merupakan faktor yang menentukan apakah
    pembeli puas atau tidak. Jika harapan terpenuhi konsumen akan puas,
    jika harapan terlampaui konsumen akan sangat puas.