Saturday, December 30, 2023

Shareholders theory

 


Shareholders theory menjadi tuntunan dan landasan teori dari harga saham.
Shareholders theory menyatakan bahwa tanggung jawab yang paling mendasar
untuk kepentingan meningkatkan nilai (value) dari pemegang saham. Jika
perusahaan memperhatikan kepentinganpemasok, pelanggan, karyawan, dan
lingkungannya, maka value yang didapatkan oleh pemegang saham semakin
sedikit, sehingga berjalannya pengurusan oleh direksi harus mempertimbangkan
kepentingan pemegang sahamnya untuk memastikan kesehatan perusahaan dalam
jangka panjang, termasuk peningkatan value pemegang saham (Smerdon dalam
Sutedi, 2011). Teori yang menjelaskan hubungan antara manajemen perusahaan
dan pemegang saham ini, memiliki tujuan membantu manajemen perusahaan
dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak dari aktivitas-aktivitas yang
mereka lakukan dan meminimalkan kerugian yang mungkin muncul bagi
shareholders mereka. Dalam penciptaan nilai bagi perusahaan, manajemen
perusahaan harus dapat mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan,
baik karyawan (human capital), aset fisik (physical capital) maupun struktural
kapital. Apabila seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik maka akan menciptakan value added bagi perusahaan
sehingga dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Jika kinerja keuangan
perusahaan terus meningkat maka akan semakin baik sehingga akan berdampak
positif pada harga yang didapat oleh para pemegang saham.

Signaling Theory

 


Teori signal menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi
menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat
ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu
perusahaan. Pengumuman informasi manajemen memberikan sinyal bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang baik dimasa mendatang sehingga investor
tertarik untuk melakukan perdagangan saham (Emi Sutriasih dkk, 2013). Pada
waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi
tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterprestasikan dan menganalisis
informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news).
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi sehingga dapat
meningkatkan volume perdagangan saham (Ahmad, 2015).

Pengaruh Umur Perusahaan terhadap underpricing saham

 


Umur perusahaan dapat menentukan kemampuan untuk mengatasi
kesulitan dan hambatan yang dapat mengancam kehidupan perusahaan serta
kemampuan perusahaan mengambil kesempatan mengembangkan usaha. Keni
(2013:3)Semakin lama perusahaan berdiri maka dapat meningkatkan
kepercayaan investor.

Pengaruh Earning per Share (EPS) terhadap underpricing saham

 


EPS merupakan salah satu informasi penting bagi investor dipasar modal
untuk pengambilan keputusan investasi. EPS adalah pendapatan bersih tersedia
bagi saham biasa yang beredar, variabel EPS merupakan laba per lembar saham
perusahaan yang diharapkan dapat menjadi gambaranbagi investor mengenai
keuntungan yang akan didapat pada periode tertentu.

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap underpricing saham.

 


Sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaanguna
membiayai kebutuhan dana perusahaan adalah hutang. Perusahaan dengan
tingkat hutang yang tinggi akan dapat meningkatkan laba per lembar sahamnya
yang akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan

Umur Perusahaan

 


Umur perusahaan yaitu seberapa lama suatu perusahaan mampu untuk
bertahan, bersaing, dan mengambil kesempatan bisnis yang ada dalam
perekonomian (Syari’i,2013:15). Perusahaan yang sudah lama berdiri,
kemungkinan sudah banyak pengalaman yang diperoleh. Semakin lama umur
perusahaan, semakin banyak informasi yang telah diperoleh masyarakat
tentang perusahaan tersebut. Kepercayaan investor akan timbul terhadap
perusahaan-perusahaan tersebut..Umur perusahaan diukur dari tanggal
berdirinya sampai dengan melakukan listingpenawaran umum perdana
(Ulum,2009:203).

Ukuran Perusahaan

 


Jogiyanto (2015:282) menyatakan bahwa ukuran perusahaan adalah besar
kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total aktiva/besar harta perusahaan
dengan menggunakan perhitungan nilai total aktiva. Ukuran perusahaan
merupakan ukuran besar kecilnya sebuah perusahaan yang ditunjukan atau
dinilai oleh total asset, total penjualan, jumlah laba, beban pajak dan lain-lain
(Brigham,2010:4). Perusahaan yang berskala besar lebih dikenal dengan calon
investor dibandingkan perusahaan yang berskala kecil. Tingkat ketidakpastian
perusahaan berskala yang tinggi perusahaan cenderung tidak dipengaruhi pasar
secara keseluruhan. Keadaan ini dapat dinyatakan sebagai kecilnya tingkat
resiko investasi perusahaan berskala besar dalam jangka panjang sedangkan
perusahaan yang berskala kecil tingkat ketidakpastiannya di masayang akan
datang besar sehingga tingkat resiko investasinya lebih besar dalam jangka
panjang