Wednesday, March 25, 2020

Pengaruh loyalitas merek terhadap keputusan pembelian ulang (skripsi dan tesis)


Konsep Loyalitas Merek dalam karya (Jacoby and Kyner, dalam Odin et al. 2001) menjelaskan tentang rangkaian tindakan konsumen dan mengemukakan enam poin yaitu non-random, Perilaku respon, Menyatakan dari waktu ke waktu, Unit pengambilan keputusan, terkait dengan satu atau lebih merek alternatif dari satu merek dan Fungsi dari proses psikologis. Dalam penelitian Adiati Hardjanti dan Yollanda Dwilova (2014), Beata Seinauskiene (2015), mengemukakan bahwa loyalitas merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian ulang

Pengaruh Kualitas Persepsian terhadap keputusan pembelian ulang (skripsi dan tesis)


Menurut Aaker (dalam Kartajaya, 2010) Kualitas Persepsian merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkannya. Persepsi terhadap kualitas menggambarkan perasaan konsumen yang secara menyeluruh tentang suatu merek. Dalam konsep perilaku konsumen persepsi terhadap kualitas dari seorang konsumen adalah hal yang sangat penting, produsen berlomba dengan berbagai macam gaya untuk dapat membuat suatu produk atau jasa yang bagus menurut konsumen (Kotler, 2018). Pada penelitian Reski Pratiwi (2015) dan Aditia Hardjanti (2014) mengungkapkan bahwa Kualitas Persepsian berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian ulang.

Pengaruh asosiasi merek terhadap keputusan pembelian ulang (skripsi dan tesis)


Menurut Tjiptono (2014), asosiasi merek adalah Semua hal yang berkaitan dengan ingatan terhadap sebuah merek. Brand association berkaitan erat dengan brand image, yang diartikan sebagai serangkaian asosiasi merek dengan makna tertentu. Asosiasi merek memiliki tingkat kekuatan tertentu dan seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau eksposur dengan merek spesifik. Pada penelitian Dwi Nanda Putri Sirajudin (2016), Mila Azhari (2014). Pada penelitian tersebut menunjukkan berjalan sesuai dengan keinginan yang bisa membuat konsumen memiliki rasa puas dan melakukan keputusan pembelian ulang dan sulit untuk mengganti merek (Switching brand)

Pengaruh kesadaran merek terhadap keputusan pembelian ulang (skripsi dan tesis



Menurut Rossiter dan Percy dalam Mila (2014) konsep kesadaran merek yaitu kesanggupan konsumen untuk menentukan (mengenal atau mengingat) suatu merek yang cukup terperinci untuk melakukan pembelian. Kesadaran merek merupakan langkah pertama untuk setiap konsumen terhadap setiap produk atau merek baru yang ditawarkan melalui periklanan. Aspek paling penting dari brand awareness adalah wujud informasi dalam benak di tempat yang pertama. Dalam penelitian Noor Fajar Rizky Nugrahanto (2015) dan Mila Azhari (2014) yang menyatakan adanya pengaruh kesadaran merek terhadap keputusan pembelian ulang

Keputusan Pembelian Ulang (Repurchase Decision) (skripsi dan tesis)


 Pembelian ulang adalah dimana suatu produk dibeli ternyata memiliki kepuasan yan lebih dari merek sebelumnya, maka konsumen akhirnya memiliki keinginan untuk membeli lagi produk tersbut sesudah memiliki konsumen memiliki kesan yang baik dengan produk ataupun perusahaan. (Schiffman dan Kanuk dalam Lianda, 2009). Menurut Hawkins (2007) pembelian kembali sebagai suatu aktivitas membeli kembali yang dilakukan oleh konsumen terhadap suatu produk dengan merek yang sama tanpa diikuti oleh pertimbangan yang berarti terhadap produk tersebut. Terdapat dua hal yang dapat menyebabkan seseorang melakukan pembelian ulang suatu produk. Pertama, konsumen merasa puas dengan pembelian yang mereka lakukan. Kedua, pelanggan merasa tidak puas, tetapi mereka tetap melakukan pembelian kembali. Untuk kemungkinan kedua ini lazimnya dikarenakan mereka berpendapat bahwa biaya yang harus mereka habiskan untuk mencari, mengevaluasi, dan mengadopsi produk dengan merek lain (switching cost) terlalu tinggi. Menurut Kotler dan Amstrong (2018) terdapat dua faktor yang bisa mempengaruhi niat pembelian dan keputusan pembelian ulang. a. Faktor sikap orang lain, yaitu seseorang yang mempunyai arti penting dalam memberikan pemikirannya kepada seseorang, sehingga mungkin bisa mempengaruhi keputusan pembelian seseorang. b. Faktor situasional yang tidak diharapkan, yaitu konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor–faktor seperti pendapatannya, harga dan manfaat yang diharapkannya terhadap produk yang ingin dibeli, Tetapi kejadian yang tidak terduga bisa mengubah semuanya seperti ekonomi yang menurun, pesaing yang semakin banyak, pengaruh negatif seseorang dan lain-lain.

Negara Asal ( Country of Origin) (skripsi dan tesis)

 Kotler dan Keller (2018) menyebutkan bahwa persepsi Country Of Origin adalah asosiasi mental dan keyakinan yang dipicu oleh suatu Negara. Pembeli memiliki sikap dan keyakinan yang berbeda terhadap merek dari berbagai Negara. Tjiptono (2014) menyatakan bahwa Country Of Origin efek merupakan evaluasi yang dilakukan konsumen atas produk tidak hanya didasarkan pada daya tarik dan karakteristik fisik produk saja, tetapi negara yang memproduksinya. Negara asal merek (country of origin) didefinisikan sebagai suatu negara dimana suatu merek itu diproses/diproduksi (Ermawati, 2009). Sedangkan Johnson and Boon (2004) secara jelas mendefinisikan Negara asal merek sebagai negara tempat produksi atau perakitan yang diidentifikasikan sebagai label ”dibuat di” atau ”di produksi di”. Ronkainen (2001) bahkan menyebutkan bahwa Negara asal merek dipahami sebagai efek yang muncul dalam persepsi konsumen yang dipengaruhi oleh lokasi dimana suatu produk dihasilkan. Setiap produk atau merek yang ada di dunia ini pasti memiliki suatu Negara asal merek (Rosenbloom, 2012). Negara asal merek memililki suatu pengaruh terhadap ekuitas dari suatu merek melalui penciptaan asosiasi suatu merek terhadap negara asal suatu merek itu diproduksi (Rosenbloom, 2011). Ramayah (2011) mengatakan bahwa persepsi konsumen terhadap Negara asal merek dipengaruhi faktor system politik, kebudayaan dan keekonomian negara itu sendiri yang membuat seorang konsumen menjadi sensitif. Pengetahuan konsumen mengenai negara asal merek dari suatu merek didukung oleh faktorfaktor berikut ini (Maheswaran, 2000):
 a. Tingkat pendidikan konsumen,
Menurut Al-Sulaiti dan Baker (1998), semakin tinggi tingkat pendidikan, maka makin tinggi seseorang cenderung mempunyai wawasan lebih mengenai negara dan budaya lain, dan lebih menghargai aadanya perbedaan. Orang tersebut dapat lebih menerima produk-produk yang didatangkan dari luar negeri.
b. Kelas negara dan ekonomi,
Seseorang yang mempunyai kelas negara dan ekonomi yang tinggi diduga mempunyai sarana dan prasarana lebih untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, intensitas bepergian meningkat dan lebih terbuka dengan kultur lain. Hal tersebut menjadikan mereka lebih peka dan memperhatikan merek-merek internasional dan negara asal dari merek tersebut.
c. Level mempelajari budaya negara lain,
Bepergian ke luar negeri yang memiliki budaya yang beda merupakan suatu cara untuk mengetahui dan mempelajari budaya lain. Pada dasarnya, orang yang bepergian relatif lebih sadar dan mengamati budaya, produk dan ide-ide lain yang bukan dari daerah dimana orang tersebut berasal. Orang yang bepergian ke luar negeri, mempunyai pengetahuan terhadap merek-merek internasional dan Negara asal merek dari merek tersebut. Miranda (2012) menyimpulkan bahwa konsumen peduli tenang dari mana asal produk tersebut, bagaimana produk tersebut dibuat. Kedua faktor tersebut lalu dijadikan landasan seorang konsumen untuk mengevaluasi kualitas produk yang berakhir dengan pembelian. Dengan semakin banyaknya informasi yang dimiliki konsumen, maka efek dari negara asal akan semakin berkurang. Hal ini karena adanya rasionalitas konsumen akan kualitas suatu produk. Ketika konsumen hanya memiliki informasi lokasi produk itu dihasilkan, maka hanya itulah hal yang menjadi landasan konsumen berkeinginan untuk membeli suatu produk (Schweige, 2007). Negara asal berpengaruh terhadap keputusan beli juga bisa dikarenakan merek sudah mewakili negara asal. Di benak konsumen, merek sendiri sudah mewakili negara asal sehingga negara asal begitu diperhatikan lagi oleh konsumen. Banyak orang yang mengerti mengenai. Bagi konsumen negara asal begitu penting asalkan merek yang mereka gunakan terkenal dan terpercaya memiliki kualitas yang baik. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa negara asal berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian.

Loyalitas Merek (Brand Loyalty) (skripsi dan tesis)


Loyalitas merek memiliki hubungan antara konsumen dengan merek, yang dimana ukuran tersebut digunakan untuk memberikan sebuah gambaran bagaimana seorang kosumen pindah ke merek yang berbeda. Loyalitas merek menunjukkan sebauh relasi antara konsumen dengan merek yang dipilihnya harus diperhatikan dengan adanya pembelian kedua dan seterusnya yang dilakukan oleh konsumen. Menurut Mowen dalam Sengkey (2015), loyalitas berdasarkan pada perilaku pembelian yang terjadi pada suatu produk yang dihubungkan dengan adanya peningkatan jumlah pembelian. Konsep Loyalitas Merek dalam karya (Jacoby and Kyner, dalam Odin et al. 2001) menjelaskan tentang proses bagaimana konsumen memutuskan dan mengajukan usulan enam poin yaitu non-random, Perilaku respon, Menyatakan dari waktu ke waktu, Unit pengambilan keputusan, terkait dengan satu atau lebih merek alternatif dari satu merek dan Fungsi dari proses psikologis. Menurut Aaker (1997) loyalitas merek adalah suatu ukuran hubungan seorang konsumen terhadap sebuah merek. Ada beberapa pangkat atau lapisan dalam loyalitas merek :
a. Switches, pembeli tidak memiliki loyalitas, tidak minat pada merek perusahaan, berpindah-pindah, serta tidak lalai dalam memperhatikan perubahan terhadap harga.
 b. Habitual buyer, pembeli yang kepuasan terhadap produk, atau bersifat berulang, sehingga tidak mempunyai alasan untuk berpindah. Setidaknya tidak terjadi ketidakpuasan.
c. Satiesfied buyer, pembeli yang merasa terpuaskan, namun mereka menanggung biaya peralihan (switching cost), biaya dalam waktu, uang, atau risiko kinerja berkaitan dengan tindakan perpindahan merek.
 d. Likes the brand, pembeli yang benar – benar menyukai merek, memandang merek sebagai sahabat.
e. Committed buyer, konsumen yang loyal, mempunyai perasaan bangga dalam menjadi bagian dalam suatu merek.