Tuesday, April 27, 2021

Pola Manajemen Laba (skripsi dan tesis)

   Berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam manajemen laba (Scott, 2015), adalah sebagai berikut: 1) Taking a bath Terjadinya reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat meningkat. 2) Income minimization Manajer mendapatkan laba yang tinggi dengan mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui pengeluaran sebagai biaya. Pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian, serta hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi. 3) Income maximization Tujuan dari tindakan ini untuk melaporkan net income yang tinggi demi bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. 4) Income smoothing  Manajer meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil

Motivasi Manajemen Laba (skripsi dan tesis)

  Scott (2015), beberapa motivasi manajemen melakukan manajemen laba antara lain sebagai berikut: 1) Earning Management for Bonus Purposes 18 Manajer akan meningkatkan net income perusahaan untuk memaksimalkan bonus yang mereka terima. 2) Contractual Motivation Manajer menaikkan laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default. Hal ini berkaitan dengan utang jangka panjang. 3) Political Motivation Perusahaan besar yang sebagian besar kegiatan usahanya ditujukan untuk hajat hidup orang banyak menyentuh pada umumnya cenderung mengurangi laba yang dilaporkan untuk mengurangi political cost. 4) Taxation Motivation Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan agar pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan semakin kecil. 5) Changes of Chief Executive Officer (CEO) CEO yang mengundurkan diri atau pensiun cenderung membuat kondisi perusahaan terlihat baik dengan meningkatkan pendapatan atau laba. Hal ini dilakukan agar bonus yang mereka terima pada saat pengunduran diri atau pensiun dapat meningkat. 6) Initial Public Offering (IPO) Perusahaan go public cenderung menampilkan kondisi perusahaan yang sehat sehingga mendorong manajemen untuk meningkatkan laba perusahaan. Hal tersebut dilakukan agar saham yang ditawarkan pada publik bernilai tinggi. 

Manajemen Laba (skripsi dan tesis)

  (Earnings Management) Scott (2015), earnings management adalah pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam pemilihan kebijakan akuntansi atau tindakan yang dapat mempengaruhi laba, yang bertujuan untuk mencapai beberapa tujuan dalam pelaporan laba. Menurut Healy & Wahlen (1999) manajemen laba terjadi ketika manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan yang dapat menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan maupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba adalah tindakan oportunistik yang dilakukan dengan cara memilih kebijakan akuntansi tertentu, sehingga laba perusahaan dapat diatur, dinaikkan atau diturunkan sehingga menimbulkan perilaku manajemen untuk mengatur laba sesuai dengan keinginannya (Nuryaman, 2009). Adanya praktik manajemen laba dalam pengelolaan perusahaan oleh manajer dapat dijelaskan berdasarkan agency theory (Putri, 2012). Pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian dalam perusahaan bersamaan dengan asimetri informasi di dalam perusahaan semakin memperluas kemungkinan tindakan oportunistik oleh manajer yang mempunyai tujuan berbeda dengan stakeholders, dan setiap pihak ingin memaksimalkan kepentingannya sendiri. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba adalah intervensi manajemen terhadap laporan keuangan, berupa pilihan yang dilakukan oleh manajemen terhadap kebijakan-kebijakan akuntansi, yang diperkenankan dalam proses pelaporan keuangan eksternal untuk mencapai tujuan tertentu, sehinggga dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan dan tidak dapat dipertanggungjawaban.

Teori Keagenan (skripsi dan tesis)

  Jensen & Meckling (1976) menyatakan hubungan keagenan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih, dimana satu atau lebih individu (principal) mempekerjakan individu lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan kekuasaan kepada agent untuk membuat suatu keputusan atas nama principal berdasarkan kontrak kerja (nexus of contract). Pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agent tentunya harus memiliki visi dan misi yang sama. Hubungan keagenan mewajibkan agent untuk mempertanggungjawabkan upayanya kepada pemegang saham dengan memberikan  laporan periodik pada principal tentang usaha yang dijalankan dan principal akan menilai kinerja agent melalui laporan keuangan yang disampaikan. Tujuan dari teori keagenan adalah menciptakan kontrak yang efisien antara pemegang saham dan manajemen. Kontrak kerja merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik yang berupa keuntungan, return maupun risiko-risiko yang disetujui oleh principal dan agent. Sukartha (2008) menjabarkan syarat-syarat kontrak yang efisien, adalah sebagai berikut: 1) Terdapat informasi yang simetris antara agent dan principal, yaitu keadaan dimana manajemen dan pemegang saham memiliki kualitas dan kuantitas informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi yang tidak disajikan atau disembunyikan manajemen yang dapat digunakan untuk kepentingan pribadi. 2) Imbal jasa yang diperoleh manajemen sebagai agent adalah pasti sehingga menimbulkan risiko yang kecil terkait dengan pembebanan tugas yang diberikan kepadanya. Kontrak kerja menjadi optimal bila kontrak mampu menjaga keseimbangkan antara principal dan agent yang memperlihatkan pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agent dan pemberian imbalan khusus dari principal ke agent (Endrianto, 2010). Manajemen dalam kenyataannya sering mempunyai tujuan yang berbeda yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama pihak principal. Masalah akan timbul apabila manajer tidak menyajikan seluruh informasi yang dimilikinya di dalam laporan keuangan. Permasalahan yang timbul akibat adanya konflik kepentingan antara para manajemen dan pemegang saham disebut dengan agency problem.Tanggung jawab yang dimiliki manajemen dalam aktivitas perusahaan sehari-hari untuk pengambilan keputusan perusahaan mengakibatkan manajemen memiliki informasi lebih banyak dibandingkan pemegang saham sehingga simetri informasi tidak terjadi. Kesenjangan informasi ini biasa disebut dengan asimetri informasi. Menurut (Scott, 2015), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 1) Adverse selection, adalah manajer pada dasarnya mengetahui lebih banyak keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pihak luar. Informasi mengenai perusahaan yang diperoleh pemilik dari manajer digunakan untuk mengambil keputusan tidak diberikan secara detail oleh manajer. Dan mungkin terdapat fakta-fakta yang tidak disampaikan kepada pemilik. 2) Moral hazard, adalah kegiatan yang dilakukan manajer tidak seluruhnya diketahui oleh oleh investor (pemegang saham, kreditor). Sehingga manajer dapat melakukan tindakan di luar sepengetahuan pemilik yang melanggar kontrak kerja dan sebenarnya secara etika mungkin tidak layak dilakukan. Eisenhardt (1989) menggunakan tiga asumsi untuk guna menjelaskan tentang teori keagenan yaitu sebagai berikut: 1) Asumsi tentang sifat dasar manusia Manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan manusia selalu menghindari risiko (risk aversion). 2) Asumsi tentang keorganisasian  Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria produktivitas, dan adanya asimetri informasi antara principal dan agent. 3) Asumsi tentang informasi Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang sebagai barang komoditi yang bisa diperjual belikan. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia, konflik kepentingan antara manajemen dan pemilik membuat agent menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal demi untuk kepentingan privat. Dalam hubungan keagenan tersebut, laporan keuangan merupakan sarana transparansi dan akuntabilitas manajemen kepada pemegang saham. Agent dapat melakukan tindakan oportunistik dengan mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba. Perspektif hubungan keagenan menjadi dasar yang digunakan untuk memahami manajemen laba. Inti dari teori keagenan adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dan pemegang saham dalam hal terjadi konflik kepentingan. Upaya mengatasi atau mengurangi masalah keagenan ini menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Menurut Jensen & Meckling (1976) , cara untuk mengurangi agency problem dengan menimbulkan agency cost adalah sebagai berikut: 1) Monitoring Cost  Biaya monitoring ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agent. 2) Bonding Cost The bonding cost merupakan biaya yang dikeluarkan oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan bertindak untuk kepentingan principal. 3) Residual loss Residual loss merupakan biaya yang timbul akibat adanya perbedaan antara keputusan yang diambil oleh agent dengan keputusan yang seharusnya memberikan manfaat maksimal pada principal. 

Indikator Keberhasilan (skripsi dan tesis)

  Usaha Menurut Murphy and Pack (2000:8) ciri wirausaha yang sukses adalah sebagai berikut:  1. Mau Kerja Keras (Capacity for Hard Work) Kerja keras merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang. Sikap kerja keras harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Dalam hal ini, unsur disiplin memainkan peranan penting. 2. Bekerjasama dengan Orang Lain (Getting Things Done With and Through People) Seorang wirausahawan mudah bergaul, disenangi oleh masyarakat. Sehingga memudahkan dalam suksesi usahanya. 3. Penampilan yang Baik (Good Appearance) Ini bukan berarti penampilan body faceyang elok atau paras cantik. Akan tetapi lebih ditekankan pada penampilan perilaku jujur, disiplin. 4. Yakin (Self Confidence) Kita harus memiliki keyakinan diri bahwa kita akan sukses melakukan suatu usaha. Self confidence ini diimplementasikan dalam tindakan seharihari, melangkah pasti tekun. 5. Pandai Membuat Keputusan (Making Sound Decision) Jika anda dihadapkan alternatif, harus memilih, maka buatlah pertimbangan yang matang. Dengan berbagai alternatif yang ada dalam pikirannya ia akan mengambil keputusan yang terbaik. 6. Mau Menambah Ilmu Pengetahuan (College Education) Pendidikan adalah hal yang penting dalam menjalankan kepemimpinan. Karena ilmu dapat menambah skill sehingga kepemimpinan dapat terarah dengan baik.  7. Ambisi Untuk Maju (Ambition Drive) Karena keberhasilan tidak dapat dicapai dengan mudah, gigih dalam berjuang untuk maju dan pantang untuk berputus asa adalah modal utama dalam berwirausaha. 8. Pandai Berkomunikasi (Ability to Communicate) Pandai berkomunikasi berarti pandai mengelola buah pikiran kedalam bentuk ucapan-ucapan yang jelas, menggunakan tutur kata yang enak didengar, mampu menarik perhatian orang lain. Komunikasi yang baik, diikuti dengan perilaku jujur, konsisten dalam pembicaraan akan dsangat membantu seseorang dalam mengembangkan karir masa depannya. Akhirnya dengan keterampilan berkomunikasi itu seseorang dapat mencapai puncak karir.

Keberhasilan Usaha (skripsi dan tesis)

  Seperti yang kita ketahui bahwa keberhasilan tidak mungkin diraih dengan begitu saja, tetapi harus melalui beberapa tahapan . Menurut Suryana (2001:38- 39) mengemukakan bahwa untuk menjadi wirausaha atau pengusaha yang sukses pertama–tama harus memiliki ide atau visi bisnis (busisess vision) kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang. Langkah selanjutnya yang sangat penting adalah dengan membuat perencanaan usaha, pengorgganisasian dan menjalankanya. Berikut dikemukakan beberapa pengertian keberhasilan usaha menurut para ahli: Menurut Hari Lubis dikutip Panigoro (2010:42) “Keberhasilan usaha adalah sebagai suatu prestasi yang berhasil diraih oleh suatu perusahaan dari satu periode ke periode berikutnya”. Untuk melihat dan mengukur tingkat keberhasilan suatu usaha berikut ini terdapat beberapa teori yang mengemukakan beberapa alat ukur dan aspek yang menjadi alat evaluasinya hal tersebut diantaranya adalah: Menurut Van Horne (2000:77-774 ) “Keberhasilan usaha dapat dilihat dari kemampulabaan atau profitabilitas, dapat di ukur dengan 2 tipe yaitu rasioprofitabilitas dalam hubungan penjualan(sales) dan profitabilitas dalam hubungan dengan investasi”. Dan salah satu kriteria untuk mencapai keberhasilan usaha adalah dengan efisiensi, yaitu apabila sudah tercapai tingkat kemampulabaan (profitabilitas) yang tinggi, menurut Sri Wiludjeng SP (2007:4) menyatakan bahwa:  “Yang di maksud efisien adalah kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan benar (doing the thing right). Efisien dihitung dengan membandingkan antara input yang dipergunakan dengan output yang dihasilkan’’ . Dengan demikian manajer yang efisien adalah manajer yang mampu meminimumkan penggunaan input untuk mencapai output tertentu sehingga dapat mencapai kemampulabaan. Untuk lebih jelasnya berikut di paparkan kemampulabaan menurut Agus Sartono(2001:130) menyatakan bahwa : “Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan dan total aktiva maupun modal sendiri”. Sedangkan Murphy and Pack (2000:8) yang menyatakan bahwa “Ciri wirausaha yang sukses adalah mau kerja keras (Capacity for Hard Work), bekerjasama dengan orang lain (Getting Things Done With and Through People), penampilan yang baik (Good Appearance), yakin (Self Confidence), pandai membuat keputusan (Making Sound Decision), mau menambah ilmu pengetahuan (College Education), ambisi untuk maju (Ambition Drive), pandai berkomunikasi (Ability to Communicate).

Indikator Perilaku Kewirausahaan (skripsi dan tesis)

  Menurut BN. Marbun (2000:63) sikap dan perilaku yang harus dimiliki seorang wirausahawan adalah sebagai berikut . 1. Percaya diri Orang yang tinggi percaya dirinya adalah orang yang sudah matang jasmani dan rohaninya. karakteristik kematangan seseorang adalah ia tidak tergantung pada orang lain, dia memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, obyektif, dan kritis. Dia tidak begitu saja menyerap pendapat orang lain, tetapi dia mempertimbangkan secara kritis. Emosionalnya boleh dikatakan sudah stabil, tidak gampang tersinggung dan naik pitam. Juga tingkat sosialnya tinggi, mau menolong orang lain, dan yang paling tinggi lagi ialah kedekatannya dengan Khaliq sang pencipta, Allah Swt. Diharapkan wirausahaan seperti ini betul-betul dapat menjalankan usahanya secara mandiri, jujur, dan disenangi oleh semua relasinya. 2. Berorientasi pada Tugas dan Hasil Orang ini tidak mengutamakan prestise terlebih dulu, prestasi kemudian. Akan tetapi, ia gandrung pada prestasi baru baru kemudian setelah berhasil prestisenya akan naik. Anak muda yang selalu memikirkan prestise lebih dulu dan prestasi kemudian, tidak akan mengalami kemajuan.  3. Pengambilan Resiko Watak selalu menyenangi tantangan dalam wirausaha seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku, dan sebagainya harus dihadapi dengan penuh perhitungan. Jika perhitungan sudah matang, membuat pertimbangan dari segala macam segi, maka berjalanlah terus dengan tidak lupa berlindung kepada-Nya. 4. Kepemimpinan Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu. Namun sekarang ini, sifat kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih. Ini tergantung kepada masing-masing individu dalam menyesuaikan diri dengan organisasi atau orang yang ia pimpin. 5. Keorsinilan Sifat orsinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Yang dimaksud orsinil disini ialah ia tidak mengekor pada orang lain , tetapi memiliki pendapat sendiri , ada ide yang orsinil, ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. 6. Berorientasi ke Masa Depan Sifat berorientasi ke masa depan ini harus selalu ada dalam setiap pimpinan usaha agar usahanya dapat terus berlanjut dan dengan seiring berjalannya waktu produktivitas perusahaan dapat terus meningkat