Sunday, October 3, 2021

Nilai Tukar Rupiah (skripsi dan tesis)

 

Menurut Adiningsih, dkk (1998:155), nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Misalnya nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, dan lain sebagainya. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurut Musdholifah & Tony (2007), nilai tukar atau kurs adalah perbandingan antara harga mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Misal kurs rupiah terhadap dollar Amerika menunjukkan berapa rupiah yang diperlukan untuk ditukarkan dengan satu dollar Amerika. Menurut Triyono (2008), kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Jadi, Nilai Tukar Rupiah adalah suatu perbandingan antara nilai mata uang suatu negara dengan negara lain. Heru (2008) menyatakan bahwa nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing $US. Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing $US sebagai alat pembayaran internasional. Semkin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar domestic semakin melemah terhadap mata uang asing. Hal ini mengakibatkan menurunnya kinerja suatu perusahaan dan investasi di pasar modal menjadi berkurang. Heru (2008) menyatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing pun mempunyai pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal. Dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing akan mengakibatkan meningkatnya biaya impor bahan-bahan baku yang akan digunakan untuk produksi dan juga meningkatkan suku bunga. Walaupun menurunnya nilai tukar juga dapat mendorong perusahaan untuk melakukan ekspor. 

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi permintaan valuta asing yaitu (Simorangkir dan Suseno, 2004:6): a. Faktor pembayaran impor. Semakin tinggi impor barang dan jasa, maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga nilai tukar akan cenderung melemah. Sebaliknya, jika impor menurun, maka permintaan valuta asing menurun sehingga mendorong menguatnya nilai tukar. b. Faktor aliran modal keluar. Semakin besar aliran modal keluar, maka semakin besar permintaan valuta asing dan pada lanjutannya akan memperlemah nilai 10 tukar. Aliran modal keluar meliputi pembayaran hutang penduduk Indonesia (baik swasta dan pemerintah) kepada pihak asing dan penempatan dana penduduk Indonesia ke luar negeri. Kegiatan spekulasi. Semakin banyak kegiatan spekulasi valuta asing yang dilakukan oleh spekulan maka semakin besar permintaan terhadap valuta asing sehingga memperlemah nilai tukar mata uang local terhadap mata uang asing. Penawaran valuta asing dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu: a. Faktor penerimaan hasil ekspor. Semakin besar volume penerimaan ekspor barang dan jasa, maka semakin besar jumlah valuta asing yang dimiliki oleh suatu negara dan pada lanjutannya Nilai Tukar Rupiah terhadap mata uang asing cenderung menguat atau apresiasi. Sebaliknya, jika ekspor menurun, maka jumlah valuta asing yang dimiliki semakin menurun sehingga nilai tukar juga cenderung mengalami depresiasi. b. Faktor aliran modal masuk (capital inflow). Semakin besar aliran modal masuk, maka nilai tukar akan cenderung semakin menguat. Aliran modal masuk tersebut dapat berupa penerimaan hutang luar negeri, penempatan dana jangka pendek oleh pihak asing (portfolio investment) dan investasi langsung pihak asing (foreign direct investment). Pergerakan Nilai Kurs IDR/USD Definisi Kurs Nilai tukar suatu mata uang atau kurs adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap negara asing lainya (Thobarry, 2009). Definisi yang lebih lengkap mengenai kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai 11 inilah sering disebut dengan kurs (exchange rate). Nilai tukar biasanya berubahubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi. Depresiasi mata uang rupiah terhadap dollar AS artinya suatu penurunan harga dollar AS terhadap rupiah. Sedangkan apresiasi rupiah terhadap dollar AS adalah kenaikan rupiah terhadap USD ( Anwary, 2011:17). Kurs (exchange rate) antar dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk dua negara untuk saling melakukan perdagangan (Mankiw, 2006:128). Menurut Martono dan Harjito (2001: 384) kurs valuta asing adalah banyaknya unit mata uang yang dapat dibeli atau ditukar dengan satu satuan mata uang asing atau harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lain. Hal ini ditentukan dalam bursa valas tempat mata uang diperjualbelikan. Permintaan akan valas timbul dari kebutuhan untuk membayar barang dan jasa serta asset yang berasal dari luar negeri.

 Menurut Kartika (2003:14) Sistem kurs ada dua macam, yaitu: a. Sistem kurs tetap Sistem kurs tetap bercirikan kurs stabil yang diperkenankan berfluktuasi dalam batas-batas sempit mengelilingi nilai pasar, dimana kedua batas tersebut tetap tetapi tidak kekal. Keunggulan utama sistem kurs tetap adalah bahwa kurs tetap memberikan tindakan stabilitas kurs dan dengan demikian menghilangkan sumber ketidakpastian dan ketidakstabilan harga yang lebih jauh. Kelemahan utama sistem ini adalah bahwa kurs tetap mengsubordinari sasaran-sasaran ekonomi internal terhadap sasaran-sasaran ekonomi eksternal. b. Sistem Kurs Mengambang  Sistem kurs mengambang bebas bercirikan kurs yang bebas bereaksi terhadap perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Keunggulan utama kurs mengambang adalah bahwa kurs menyesuaikan secara otomatis untuk mengamankan keseimbangan neraca pembayaran. Kelemahan utamanya adalah bahwa kurs mempengaruhi ketidakstabilan harga yang meredam perdagangan dan mengurangi kesejahteraan ekonomi. Faktor yang memengaruhi Perubahan Kurs Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan‐kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (market mechanism) dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu (Thobarry, 2009:46) Kurs Nominal dan Riil a. Kurs Nominal (nominal exchange rate) Harga relative dari mata uang dua negara. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” diantara dua negara, mereka biasanya mengartikan sebagai kurs nomonal (Mankiw, 2006:128). b. Kurs Riil (real exchange rate) Harga relative dari barang-barang di antara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil kadang-kadang disebut terms of trade (Mankiw, 2006:128).

Fungsi Pasar Valuta Asing (skripsi dan tesis)

 

Menurut Nopirin (2012:139) Pasar Valuta Asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu lintas pembayaran internasional, yang pertama, mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain. Kedua, memberikan kemudahan untuk dilaksanakannya perjanjian/ kontrak jual beli dengan kredit. Ketiga, memungkinkan dilakukanya “hedging”, dapat dilakukan pada pasar jangka (forward market). Pasar jangka adalah pasar dimana transaksi jual-beli terjadi dengan harga yang disetujui pada saat transaksi dilakukan, tetapi penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.   e) Hubungan antara inflasi dan neraca perdagangan terhadap kurstukar rupiah 1) Hubungan antara inflasi terhadap kurs tukar Hubungan inflasi terhadap kurs tukar dibedakan mejadi dua yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal menunjukkan harga relatif mata uang dan dua negara, sedangkan nilai tukar riil menujukkan tingkat kuran (rate) suatu barang dapat diperdagangkan antar negara. Jika nilai tukar riil tinggi berarti harga produk luar negeri relatif murah dan harga produk domestik relatif mahal. Presentase perubahan nilai tukar nominal sama dengan presentase perubahan nilai tukar riil ditambah perbedaan inflasi antara inflasi luar negeri dengan inflasi domestik (persentase perubahan harga inflasi). Jika suatu negara luar negeri lebih tinggi inflasinya dibandingkan domestik (Indonesia) maka rupiah akan ditukarkan dengan lebih banyak valas. Jika inflasi meningkat untuk membeli valuta asing yang sama jumlahnya harus ditukar dengan rupiah yang makin banyak atau depresiasi rupiah (Herlambang, dkk, 2001: 282) 2) Hubungan neraca perdagangan terhadap kurs tukar Hubungan neraca perdagangan terhadap kurs tukar apabila neraca perdagangan suatu negara mengalami defisit, maka ini menunjukkan bahwa nilai mata uang negara tersebut terdepresiasi dibandingkan dengan negara lain (Lindert dan Kindleberger, 1995:376).

Definisi Pasar Valuta Asing (skripsi dan tesis)


 Menurut Jeff Madura (2000:89)Pengertian Pasar Valuta Asing Pasar yang memperdagangakan mata uang internasional disebut pasar valuta asing (foreign-exchange market). Pasar valas tidaklah hanya menyangkut kurs/ harga valas saja.Tetapi juga pihak-   pihak yang melakukan transaksi. Pihak-pihak ini antara lain: eksportir-importir, bank, pedagang, perantara dan bank sentral. Mereka saling berhubungan sehingga membentuk pasar valuta asing yaitu eksportir dan atau importir yang hendak menjual atau membeli valas menghubungi bank mereka Menurut Siamat (1999:178) menyatakan bahwa “pasar valuta asing adalah suatu mekanisme dimana orang dapat mentransfer daya beli antar negara, memperoleh atau menyediakan kredit untuk transaksi perdagangan internasional, dan meminimalkan kemungkinan resiko kerugian akibat terjadinya fluktuasi kurs suatu mata uang”

Ratio harga ekspor dan harga impor (skripsi dan tesis)


Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor

Hutang publik (Public debt) (skripsi dan tesis)


Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan juga untuk membiayai proyek-proyek untuk kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang. Keadaan bisa memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara tersebut default (gagal bayar) sehingga   peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut

Neraca perdagangan (skripsi dan tesis)


 Neraca perdagangan antara 2 negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner dagang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar (skripsi dan tesis)

 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar biasanya merupakan akibat

interaksi antara beberapa faktor secara slimutan, dengan
mengansumsikan faktor lainya. Menurut Madura (2006:296) dalam
bukunya “Manajemen Keuangan Internasional” ada lima faktor yang
mempengaruhi penawaran dan permintaan nilai tukar:
1) Laju inflasi relative
Perubahan dalam laju inflasi relative mempengaruhi aktivitas
perdagangan internasional, karena mempengaruhi permintaan dan
penawaran valuta dan dengan demikian mempengaruhi valuta.
2) Suku bunga relative
Perubahan suku bunga relative mempengaruhi permintaan dan
penawaran valuta asing, yang selanjutnya akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran valuta asing, dan nilai tukar.
3) Tingkat pendapatan relative
Apabila pendapatan Indonesia lebih besar dari AS, maka akan terjadi
peningkatan impor dan tingkat penawaran produk domesik tetap,
sehingga tingkat konsumsi turun.
4) Control pemerintah
Pemerintah negara-negara asing dapat mempengaruhi nilai tukar
ekuilibirium dengan berbagai cara, diantaranya melaui:
a. Hambatan jual beli valuta asing
b. Hambatan perdagangan
c. Intervensi (pembelian dan penjualan valuta) dalam pasar valuta asing
d. Pengubahan variabel-variabel makro seperti inflasi, suku bunga,
dan tingkat pendapatan nasional.
5) Ekspektasi pasar
Keseimbangan kurs jika dipengaruhi oleh pengharapan pasar terhadap
posisi kurs pada masa yang akan datang. Sama seperti pasar keuangan
lainya pasar valuta asing juga reponsif terhadap informasi baru.
Sedangakan menurut (Kindleberger,1995:379) faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai tukar suatu mata uang negara yaitu:
1) Perbedaan tingkat inflasi antara 2 negara
Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan
lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang
inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang
tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu,
negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman
dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada menyusul
kemudian. Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya
lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara
partner dagangnya.
2) Perbedaan tingkat suku bunga antara 2 negara
Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan erat.
Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu negara bisa
mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang
lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara
tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik
dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi,
investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya
lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka
akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.