Sunday, December 2, 2018

Auditor Switching (skripsi dan tesis)




Auditor switching  adalah pergantian auditor atau Kantor Akuntan Publik yang dilakukan secara mandatory atau voluntary. Pergantian tersebut dapat disebabkan beberapa faktor baik dari pihak perusahaan atau KAP. Faktor tersebut diantaranya ukuran KAP, ukuran perusahaan klien, pertumbuhan perusahaan klien, financial distress, pergantian manajemen, opini, dan peluang dalam manipulasi income.
Teori keagenan menggambarkan hubungan keagenan sebagai hubungan yang timbul karena adanya kontrak yang ditetapkan antara principal yang menggunakan agent untuk melaksanakan jasa yang menjadi kepentingan principal. Terdapat dua bentuk keagenan, yaitu antara manajer dengan pemegang saham dan hubungan antara manajemen dengan pemberi pinjaman.
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan diaudit oleh auditor. Kemudian auditor memeriksa laporakeuangan untuk mengurangi resiko mengenai dari informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Perusahan kemudian dapat menyediakan laporan keuangan yang telah diaudit kepada external user hingga akhirnya external user memiliki kepercayaan untuk menanamkan modalnya.

Peraturan Pemerintah Indonesia Mengenai Rotasi Wajib Auditor (skripsi dan tesis)

Keraguan mengenai independensi auditor menjadi isu yang banyak diperbincangkan kalangan profesi akuntan. Isu tersebut berkaitan dengan pemberian jasa audit oleh auditor. Pemerintah sebagai regulator berusaha mengatasi masalah ini dengan menerbitkan peraturan-peraturan yang membahas mengenai pergantian KAP secara wajib. Adanya peraturan tersebut diharapkan dapat memfasilitasi kepentingan dari semua pihak baik pihak auditor, pihak perusahaan, dan pihak eksternal.
Di Indonesia, pergantian KAP bersifat voluntary dan mandatory. Pergantian secarmandatory (wajib dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan PublikPada tahun 2003 peraturan tersebut diperbaharui dengan Keputusan Menteri Keungan Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2, yang mengatur bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 5 (lima) tahun buku berturut-turut dan paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut-turut oleh seorang Akuntan Publik.
Perjalanan sebuaaturan selalu mengikuti perkembangazaman begitu juga dengan peraturan mengenai pergantian auditor. Peraturan mengenai pergantian
auditor tersebut mengalami penyempurnaan dengan dikeluarkannnya Peraturan  
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomo17/PMK.01/2008 pasal 3 tentang Jasa Akuntan Publik. Perubahan yang dilakukan adalah mengenai pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik paling lama 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan paling lama 3 (tiga) tahun buku berturut turut ole h seoranAkuntan Publik (pasal 3 ayat 1). Kemudian Akuntan Publik daKantor Akuntan Publik dapat menerima kembali penugasan audit umum atas laporan keuangan klien yang sama setelah 1 (satu) tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan keuangan klien yang sama (pasal 3 ayat  2 dan ayat 3). Adanya aturan tersebut menyebabkan perusahaan diwajibkan melakukan pergantian Akuntan Publik dan KAP setelah jangka waktu yang ditetapkan.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik” menjadi landasan yang digunakan dalam penelitian ini karena periode waktu penelitian ini adalah 2010-2014. Peraturan tersebut telah berlaku semenjak 2008 sehingga dimulai dan mengikuti peraturan tersebut periode penelitian ini berlangsung selama 5 (lima) tahun berturut-turut.

Saturday, December 1, 2018

Kesuksesan Bisnis MLM dalam Mengembangkan Jaringannya (skripsi dan tesis)



Penelitian Tyre et al (2016) dengan judul Network Marketing Essence of Success: An Interpretative Phenomenological Analysis menunjunjukkan bahwa kesuksesan bisnis MLM dalam mengembangkan jaringannya bertumpu pada beberapa hal yaitu
a.       Tantangan dan strategi dalam menyeimbangkan pengetahuan keahlian dan pengetahuan bisnis
Menurut Tyre et al (2016), pengetahuan keahlian yang wajib dimiliki dalam bisnis MLM adalah pengetahuan tentang produk dan penggunaan produk. Hal pertama yang harus dimiliki pelaku bisnis MLM adalah keyakinannya terhadap produk yang dipasarkannya. Pengetahuan keahlian ini akan embanu mendapatkan kredibilitas namun tidak secara otomatis memebesarkan bisnis sehingga masih diperlukan pengetahuan lain mengenai cara membesarkan bisnis. Oleh karena itu salah satu kunci sukses bisnis MLM adalah menyeimbangkan pengetahuan keahlian dan pengetahuan bisnis
b.      Mengembangkan dan Memelihara Tim
Kesuksesan bisnis MLM memerlukan pengembangan dan pemeliharaan tim, dowline dan upline. Pelaku bisnis online tidak bisa hanya mengatur downline namun juga harus memimpin downline sehingga harus berurusan dengan berbagai tipe kepribadian. (Tyre et al, 2016) Pemeliharaan downline harus dilakukan secara intensif melalui berbagai media seperti media online dan media komunikasi lainnya, bahkan ada beberapa tim pelaku bisnis MLM yang memberi nama khusus untuk timnya agar dapat menciptakan kohesivitas tim yang baik. Kesukesan tim pelaku bisnis MLM merupakan kesuksesan bagi semua.
Analisis pengalaman yang digambarkan oleh pemasar jaringan yang sukses menunjukkan bahwa membangun dan mengembangkan downline memang rupakan salah satu tantangan. Namun mengembangkan dan memelihara downline juga merupakan tantangan lain yang dibutuhkan untuk meraih kesuksesan dalam bisnis MLM. Proses pengasuhan dan pertumbuhan merupakan proses yang berulang-ulang. Proses iteratif yang selalu berubah untuk memenuhi kebutuhan downline dan menumbuhkan kesuksesan bagi pelaku bisnis MLM.
c.       Kunci Sukses Kepemimpinan : Kepemimpinan Tanpa Kewenangan Formal
Pelaku bisnis MLM adalah pemilik bisnis independent yang menggunakan, berbagi, memasarkan dan menjual produk perusahaan tertentu untuk membesarkan bisis mereka sendiri. Ujung tombak pemasaran pelaku bisnis MLM adalah downline mereka sendiri, oleh karenanya untuk dapat meraih kesuksesan berarti pelaku bisnis online harus dapat memimpin downline mereka masing-masing. Permasalahannya adalah seluruh pelaku bisnis MLM tidak memilki otoritas formal terhadap downline mereka. Sehingga untuk dapat menggerakkan donwlinenya dengan baik, pelaku bisnis MLM harus belajar untuk menjadi pemimpin dari posisi tanpa kewenangan formal seperti memecat seseorang atau menaikkan gaji.
Kepemimpinan berbeda dengan manajemen, perbedaannya antara kepemimpinan dan manajemen adalah bagaimana mereka memotivasi orang lain ataupun tim dalam mencapai sasarannya. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi seseorang dalam mencapai tujuan sementara manajemen adalah serangkaian kegiatan termasuk perencanaan dan pembuatan keputusan, pengorganisasian, dan pengendalian.

d.      Pelatihan secara terus menerus
Data penelitian Tyre et al (2016) mengungkapkan bahwa pelatihan merupakan faktor pendorong umum kesuksesan dalam pemasaran jaringan khususnya pelatihan terhadap pengetahuan dan keahlian mengenai aspek bisnis MLM. Namun kebutuhan akan pelatihan sangat dihindari untuk orang yang baru memiliki pengalaman awal masuk ke dalam MLM. Para pengelola MLM biasanya membuat manual pelatihan yang komprehensif agar seseorang yang dahulunya tidak pernah terjun ke dalam bisnis dapat belajar secara mandiri untuk menjadi sukses dan belajar menjadi pemimpin.
Berdasarkan hasil penelitan Tyre et al (2016),  kebutuhan akan pelatihan, melatih downline, dan melanjutkan pelatihan adalah suatu proses berulang.  Pelatihan perlu dimulai sejak hari pertama dan menjadi upaya terus menerus dari para pelaku bisnis MLM.  Pelatihan juga akan menimbulkan kohesivitas antar anggota tim downline, dan kohesivitas akan mendorong hubugan berbasiskan komitmen di antara anggota tim downline.
e.       Keyakinan dalam Mendorong Perkembangan Bisnis
Menurt Tyre et al (2016), keyakinan dan kepercayaan para pelaku bisnis MLM terhadap produk merupakan kekuatan transformatif menuju kesuksesan bisnis MLM. Keyakinan akan meningkatkan kepercayaan, dan kepercayaan adalah salah satu kunci kesuksesan bisis MLM. Tingkat kepercayaan adalah fungsi dari tingkat pendapatan dan kerugian dalam bisnis MLM. Keyakinan juga mendorong tanggung jawab, kebenaran, dan kewajiban moral. Sedangkan tanggung jawab, kebenaran, dan kewajiban moral adalah elemen dari ketekunan dan tekad untuk sukses.
f.       Kemampuan untuk Dapat Diduplikasikan
Kemampuan untuk dapat diduplikasi adalah salah satu kunci sukses pelaku bisnis MLM. Seluruh upline harus dapat menyediakan beberapa hal yang dapat ditiru dengan baik oleh donwlinenya sehingga mereka dapat meraih kesuksesan sebagaimana upline mereka. Pada umumnya strategi-strategi yang dapat ditiru downline diberikan dalam pelatihan-pelatihan yang diberikan dalam bentuk naskah-naskah maupun modul. Langkah-langkah apa saja yang pernah dilakukan upline sebaiknya memang dapat ditiru oleh downlinenya walaupun tidak 100%. Bahkan, langkah-langkah yang disusun dengan baik dalam bentuk naskah akan menghindarkan downline dari kesalahan yang pernah dilakukan uplinenya.
g.      Berbagi Bisnis
Berbagi bisnis adalah metode yang digunakan para pelaku MLM untuk membangun downline mereka. Berbagi bisnis dilakukan dalambentuk rekruitmen dan penjualan dalam jaringan MLM. Pada awalnya memang tidak semua orang dapat berbagi bisnis mereka dan mengajak orang lain untuk bergabung menjadi downline. Konsep berbagi bisnis adalah memilki bisnis secara bersama-sama dan tidak hanya membeli produknya saja. Konsep berbagi bisnis juga berarti berbagi pengalaman mengenai kemanfaatan bisnis dan hal lainnya kepada orang lain yang ingin direkrut. Pada umumnya rekruitmen dimulai dari lingkarang keluarga dan pertemanan.
h.      Pemasaran
Bisnis MLM juga memerlukan pemasaran sebagaimana bisnis lainnya. Tidak ada satu metode pemasaran yang dianggap unggul untuk memasarkan produk. Setiap orang memiliki metode pemasaran berbeda yang dirasakan terbaik baginya. Dan bisa jadi metode pemasaran yang dirasakan terbaik bagi salah seorang pelaku MLM bukan merupakan metode pemasaran yang terbaik bagi anggota lainnya. Oleh karena itu pelaku bisnis MLM khususnya upline memberikan berbagai metode pemasaran dalam pelatihan-pelatihan yang harus diikuti downline sehingga mereka dapat meramu dan memilih strategi mana yang sesuai dengan mereka
i.        Perbaikan Diri
Data penelitian Tyre et al (2016) mengungkapkan bahwa salah satu kunci sukses pelaku bisnis MLM adalah adanya dorongan untuk selalu melakukan perbaikan diri secara terus menerus. Perbaikan diri memiliki rentang dari pengembangan kualitas personal sampai dengan belajar lebih dalam mengenai produk dan model pengembangan bisnis. Salah satu keuntungan dari bisnis MLM adalah tersedianya stimulus dan kesempatan bagi para pelakunya untuk melakukan perbaikan diri secara terus menerus.
Lebih lanjut menurut hasil penelitian Tyre et al (2016), perbaikan diri bagi pelaku bisnis MLM yang sukses mencakup pengembangan kepribadian, belajar mengenai tekologi terkini, belajar mengenai berbagai tipe kepribadian, dan menghadiri berbagai pelatihan formal yang diselenggarakan bisnis MLM. Pelaku bisnis MLM yang sukses akan memandang pengembangan diri sebagai usaha yang harus dilakukan seumur hidup.
j.        Melangkah Keluar dari Kotak
Melangkah keluar dari kotak atau zona nyaman selalu dikemukakan sebagai ajakan kepada setiap orang yang akan direkrut menjadi anggota MLM. Salah satu ketakutan umum banyak orang adalah berbicara di muka umum, padahal dasar dari bisnis MLM adalah melakukan presentasi produk kepada orang lain dengan berbagai kepribadian dan sebisa mungkin menjalin hubungan baik dengan mereka. Bisa dikatakan keluar dari zona nyaman dan melakukan usaha yang keras adalah 80% dari kesuksesan bisnis MLM.
Salah satu contoh upaya keluar dari zona nyaman adalah menyadari bahwa dalam bisnis MLM bisa jadi akan lebih sering mendapatkan penolakan dari orang lain dan terus melangkah maju. Contoh lainnya adalah bahwa pelaku bisnis MLM mau tidak mau harus keluar dari zona nayaman mereka dan belajar hal baru yang kemungkinan tidak mereka kuasai sama sekali seperti teknologi dan sosial media.
k.      Fokus pada Keberhasilan.
Setiap pelaku bisnis MLM memiliki tingkat kesuksesan yang berbeda pada bidang yang berbeda pula. Apa yang menjadi kesuksesan saat ini bisa jadi bukan menjadi kesuksesan di esok hari. Skenario yang berjalan baik terhadap salah seorang pelaku bisnis MLM belum tentu akan berhasil bagi pelaku bisnis MLM lainya. Memiliki pengetahuan yang sangat baik terhadap produk bukanlah jaminan suksesnya bisnis MLM melainkan bagaiana perhatian yang diberikan pelaku bisnis MLM kepada kliennya.
Hal ini berlaku sama pada upline yang harus selalu menunjukkan perhatianya kepada bisnis downlinnye dengan cara sering melakukan tinjauan terhadap donwline beberapa level di bawahnya. Upline harus mau meluagkan waktu untuk membantu downline mengembangkan bisnisnya. Data penelitian Tyre et al (2016) mengungkapkan bahwa menentukan tujuan yang realistik dan berupaya meraihknya adalah salah satu kunci kesuksesan bisnis MLM