Sunday, May 19, 2019

LANGKAH DALAM MEMBUKTIKAN VALIDITAS ISI (skripsi dan tesis)


  1. Memberikan kisi-kisi dari butir instrumen, berikut rubrik penskorannya jika ada kepada beberapa ahli yang seseuai dengan bidang yang diteliti untuk memohon masukan. Banyaknya ahli yang dimohon untuk memberi masukan paling tidak 3 orang ahli dngan kepakaran yang relevan dengan bidang yang diteliti
  2. Masukan yang diharapkan dari ahli berupa kesesuaian komponen instrumen dengan indikator, indikator dengan butir, substansi butir, kejelasan kalimat dalam butir, jika merupakan tes maka pertanyaannya harus ada jawabannya/luncinya, kalimat tidak membingungkan, format tulisan, simbol dan gambar yang cukup jelas. Proses ini sering disebut dengan telaah kualitatif yang meliputi aspek substansi, bahasa dan budaya.
  3. Berdasarkan masukan ahli tersebut, kisi-kisi atau instrumen kemudian diperbaiki
  4. Meminta ahli untuk menilai validitas butir, berupa kesesuaian antara butir dengan indikator. Penilaian ni dapat dilakukan misalnya dengan skala likert (skor 1: tidak valid, skor 2: kurang valid, skor 3: cukup valid, skor 4: valid, skor 5: sangat valid).

Heri Retnawati. 2016

TIPE-TIPE DALAM VALIDITAS (skripsi dan tesis)


Validitas itu dikelompokkan dalam tiga tipe yaitu
  1. Validitas kriteria
Validitas kriteria dibagi menjadi dua yaitu validitas prediktif dan validitas konkuren. Fernandes (1984) mengatakan validitas berdasarkan kriteria dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan sejauh mana tes memprediksi kemampuan peserta di masa mendatang (predictive validity) atau mengestimasi kemampuan dengan alat ukur lain dengan tenggang waktu yang hampir bersamaan (conncurent validity).
  1. Validitas isi
Validitas isi adalah suatu instrumen sejauh mana butr-butir dalam instrumen itu mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana butir-butir itu mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (Nunnaly, 1978;Fernandes, 1984). Sementara itu Lawrance (1994) menjleaskan bahwa validitas isi adalah keterwakilan pertanyaan terhadap kemampuan khusu yang harus diukur. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa validitas isi terkait dengan analisis rasional terhadap domain yang hendak diukur untuk mengetahui keterwakilan dengan kemampuan yang hendak diukur
  1. Validitas kontruks
Validitas konstruk adalah sejauh mana instrumen mengungkapkan suatu kemampuan atau konstruk teoritis yan hendak diukurnya (Nunnaly, 1978;Fernandes, 1984). Prosedur validitas konstruk diawali dari sutau identikasi dan batasan mengenai variabel yang hendak diukur dan dinyatakan dalam bentuk konstruk logis berdasarkan teori variabel tersebut. Dari teori ini ditarik suatu konsekuensi praktis mengenai hasil pengukuran pada kondisi tertentu dan konsekuensi inilah yang akan diuji. Apabila hasilnya sesuai dengan harapan maka instrumen itu dianggap memiliki validitas konstruk yang sesuai.

Heri Retnawati. 2016.

PENGERTIAN VALIDITAS INSTRUMEN (skripsi dan tesis)


Validitas suatu alat ukur merupakan sejauh mana alat ukur ini mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Nunnaly, 1978; Allen dan Yen, 1979; Kerlinger, 1986; Azwar, 2000). Sementara itu, Linn dan Gronlund (1995) menjelaskan validitas mengacu pada kecukupan dan kelayakan interprestasi yang dibuat dari penilaian, berkenaan dengan penggunaan khusus. Pendapat ini diperkuat oleh Messick (1998) bahwa validitas merupakan kebiajakn evaluatif yang terintegrasi tentang sejauh mana fakta empiris dan dan alasan teoritis mendukung kecukupan dan kesesuaian inferensi dan tindakan berdasarkan skor tes atau skor suatu instrumen

Heri Retnawati. 2016.

LANGKAH-LANGKAH PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENGUKURAN (skripsi dan tesis)


Untuk mengembangkan instrumen yang baik, ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah mengembangkan instrumen baik tes maupun non tes sebagai berikut:
  1. Menentukan tujuan penyusunan instrumen
Pada awal menyusun instrumen, perlu ditetapkan tujuan penyusunan instrumen. Tujuan penyusunan ini memandu teori untuk mengkonstruk instrumen, bentuk instrumen, penyekoran sekaligus pemaknaan hasil penyekoran pada instrumen yang akan dikembangkan. Tujuan penyusunan instrumen ini perlu disesuaikan dengan tujuan penelitian
  1. Menyusun butir instrumen
Setelah tujuan isntrumen ditetapkan selanjutnya perlu dicari teori atau cakupan materi yang relevan. Teori yang relevan diigunakan untuk membuat kosntruk, apa saja indikator suatu variabel yang akan diukur. Kaitannya dengan tes, perlu dibatasi juga cakupan materi apa saja yang menyusun tes. Sebagai contoh pada kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang akan diukur harus memiliki indikator pemecahan masalah )problem solving), kebaharuan, kreativitas dan lain-lain. Jika yang akan diukur anak SMP, cakupan materi apa saja yang akan diukur perlu menjadi bahan pertimbangan
  1. Menyusun indikator butir instrumen/soal
Indikator soal ditentukan berdasarkan kajian teori yang relevan oada instrumen non tes. Adapaun pada instrumen tes, selain mempertimbangkan kajian teori, perlu dipertimbangkan cakupan dan kedalaman materi. Inidikator dapat disusun menjadi butir instrumen. Biasanya aspek yangakan diukur dengan idnikatornya disusun menjadi suatu tabel. Tabe; tersebut kemudian disebut dengan kisi-kisi (blue print). Penyusunan kisi-kisi ini mempermudah peneliti menyusun butir soal
  1. Menyusun butir instrumen
Langkah selanjutnya adalah menyusn butir-butir instrumen. Penyusunan butir ini dilakukan dengan melihat indikator yang sudah disusun pada kisi-kisi. Pada penyusunan butir ini , peneliti perlu mempertimbangkan bentuknya. Misal untuk non tes akan menggunakan angket, angke jenis yang mana, menggunakan berapa skala, penskorannya dan analisa. Jika peneliti menggunakan instrumen berupa tes, perlu dipikirkan apakan akan menggunakan bentuk objektif atau menggunakan bentuk uraian (constructed response). Pada penyusunan butir ini, peneliti telah mempertimbangkan penskoran untuk tiap butir sehingga memudahkan analisis. Jika perlu, pedoman penskoran disusun setelah peneliti menyelesaikan penyusunan butir instrumen
  1. Validiasi isi
Setelah butir-butir soal tersusun, langkah selanjutnya adalah validasi. Validasi ini dilakukan dengan menyampaikan kisi-kisi, butir instrumen dan lembar diberikan kepada ahli untuk ditelaah secara kuantitatif maupun kualitatif. Tugas ahli adalah melihat kesesuaian indikator dengan tujuan pengembangan instrumen, kesesuaian instrumen dengan indikator butir, melihat kebenaran konsep butir, melihat ebernaran isi, kebenaran kuni (pada tes), bahasa dan budaya. Proses ini disebut dengan validai isi dengen mempertimbangkan penilaian ahli (expert judgment).
Jik validasi isi akan dikuantifikasi, peneliti dapat meminta ahlu mengisi lembar penilaian validasi. Paling tidak, ada 3 ahli yang dilibatkan untuk proses validasi instrumen penelitian. Berdasarkan isian 3 ahli, selanjutnya penelitian menghitung indeks kesepakatan ahli atau kesepakatan validator dengan menggunakan indeks Aiken atau indeks Gregory.
  1. Revisi berdasarkan masukan validator
Biasanya validator memberikan masukan. Masukan-masukan ini kemudian digunakan peneliti untuk merevisinya. Jika perlu, peneliti perlu mengkonsultasikan lagi hasil perbaikan tersebut, sehingga diperoleh instrumen yang benar-benar valid
  1. Melakukan uji coba kpada responden yang bersesuaian untuk memroleh data responden peserta
Setelah revisi, butir-butir instrumen kemudin disusun lengkap (dirakit) dan siap diujicobakan. Uji coba ini dilakukan dalam rangka memperoleh bukti secara empiris. Uji coba ini dilakukan kepada responden yang bersesuaian dengan subjek penelitian. Peneliti dapat pula menggunakan anggota populasi yang tidak menjadi anggota sampel.
  1. Melakukan analisis (realibilitas, tingkat kesulitan dan daya pembeda)
Setelah melakukan uji coba, peneliti memperoleh data respon peserta uji coba. Dengan menggunakan respons peserta, peneliti kemudian melakukan penskoran tiap butir. Selanjutnya hasil penskoran ini digunakan untuk melakukan analisis realibitas skor perangkat tes dan juga analisis kekteristik butir. Analisis karakteristik butir dapat dilakukan dengan pendekatan teori tes klasik maupun teori respon butir. Analisis pada kedua pendekatan ini akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.
  1. Merakit instrumen
Setelah karakteristik butir diketahui, peneiti dapat merakit ulang instrumen. Pemilihan butir-butir dalam merakit perangkat ini mempertimbangkan karakteritik tertnetu yang dikehendaki oleh peneliti, misalnya tingkat kesulitas butir. Setelah diberi instruksi pengerjaan, peneliti kemudian dapat mempergunakan inatrumen tersebut untuk mengumpulkan data penelitian.

Heri Retnawati. 2016.

UKURAN SAMPEL (skripsi dan tesis)


Ukuran sample tergantung beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya ialah:
  1. Homogenitas unit-unit sample, secara umum semakin mirip unit-unit sampel; dalam suatu populasi semakin kecil sample yang dibutuhkan untuk memperkirakan parameter-parameter populasi.
  2. Kepercayaan, mengacu pada suatu tingkatan tertentu dimana peneliti ingin merasa yakin bahwa yang bersangkutan memperkirakan secara nyata parameter populasi yang benar. Semakin tinggi tingkat kepercayaan yang diingnkan, maka semakin besar ukuran sample yang diperlukan.
  3. Presisi, mengacu pada ukuran kesalahan standar estimasi. Unutk mendapatkan presisi yang besar dibutuhkan ukuran ssmpel yang besar pula.
  4. Kekuatan Statsitik, mengacu pada adanya kemampuan mendeteksi perbedaan dalam situasi pengujian hipotesis. Untuk mendpatkan kekuatan yang tinggi, peneliti memerlukan sample yang besar.
  5. Prosedur Analisa, tipe prosedur analisa yang dipilih untuk analisa data dapat juga mempengaruhi seleksi ukuran sample.
  6. Biaya, Waktu dan Personil: Pemilihan ukuran sample juga harus memeprtimbangkan biaya, waktu dan personil. Sample besar akan menuntut biaya besar, waktu banyak dan personil besar juga.

KRITERIA SAMPEL YANG BAIK (skripsi dan tesis)


Sampel yang baik yang memenuhi dua buah kriteria sebagai berikut ini.
  1. Akurat
Sampel yang akurat (accurate) adalah sampel yang tidak bias. Beberapa cara dapat dilakukan untuk meningkatkan akurat dari sampel sebagai berikut:
  • Pemilihan sampel berdasarkan proksi yang tepat.
  • Menghindari bias di seleksi sampel
  • Pemilihan sampel yang bias (sample selection bias) akan membuat sampel tidak akurat.
  1. Presisi
Sampel yang mempunyai presisi yang tinggi adalah yang mempunyai kesalahan pengambilan sampel (sampling error) yang rendah. Kesalahan pengambilan sampel (sampling error) adalah seberapa jauh sampel berbeda dari yang dijelaskan oleh populasinya. Presisi diukur dengan standard erro of estimate. Semakin kecil standard error of estimate semakin tingg presisi sampelnya. Presisi dapat ditingkatkan dengan jumlah sampelnya. Semakin besar jumlah sampelnya, semakin kecil kesalahan standar estimasinya

JENIS-JENIS MASALAH DALAM PENELITIAN (skripsi dan tesis)


Masalah penelitian dapat diklasifikasikan ke dalam tiga jenis menurut Sugiyono (1994), antara lain :
  1. Permasalahan Deskriptif
Permasalahan deskriptif merupakan permasalahan dengan variabel mandiri baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Dalam penelitian ini, peneliti tidak membuat perbandingan variabel yang satu pada sampel yang lain, hanya mencari hubungan variabel yang satu dengan variabel yang lain.
  1. Permasalahan Komparatif
Permasalahan ini merupakan rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda pada waktu yang berbeda
  1. Permasalahan Asosiatif
 Merupakan rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu :
  1. a) Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama.
  2. b) Hubungan kausal Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi)
  3. c) Hubungan interaktif/ resiprocal/ timbal balik Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen