Friday, January 29, 2021

Pengertian Kreativitas (skripsi dan tesis)

 Suharnan (2005) mendefinisikan kreativitas adalah aktivitas kognitif atau proses berpikir untuk menghasilkan gagasan-gagasan yang baru dan berguna atau new ideas and useful. Munandar (1999) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi, data atau elemen-elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Torrance (dalam Ngalimun dan Fadillah, dkk, 2013) mendefinisikan kreativitas itu sebagai proses kemampuan memahami kesenjangan-kesenjangan atau hambatan-hambatan dalam hidupnya, merumuskan hipotesis-hipotesis baru, dan mengkomunikasikan hasil-hasilnya, serta sedapat mungkin memodifikasi dan menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan. Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1999), memaparkan kreativitas sebagai produk berkaitan dengan penemuan sesuatu, memproduksi sesuatu yang baru, daripada akumulasi keterampilan atau berlatih pengetahuan dan mempelajari buku. Clark Monstakis (dalam Kurniati, dan Yeni 2010) mengatakan bahwa kreativitas merupakan pengalaman dalam mengekspresikan dan mengaktualiasikan identitas individu dalam bentuk terpadu antara hubungan diri sendiri, alam dan orang lain. Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan aktivitas kognitif diri individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, dan integrasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah

Hubungan Sense of Humor dengan Kreativitas (skripsi dan tesis)

 

Hauck & Thomas (dalam Whisonant, 1998) menunjukkan bahwa
humor memiliki korelasi yang sangat tinggi dengan kecerdasan dan
kreativitas, siswa yang dilihat sebagai siswa yang penuh humor bagi temantemannya
adalah mereka yang menyampaikan humor yang berkualitas.
Berdasarkan ciri-ciri kreatif yang telah dikemukakan oleh Munandar
(2002: 54) bahwa pribadi kreatif biasanya mempunyai rasa humor yang
tinggi, dapat melihat masalah dari berbagai sudut pandang, dan memiliki
kemampuan untuk bermain dengan ide, konsep, atau kemungkinankemungkinan
yang dikhayalkan.
Senada dengan apa yang telah disampaikan oleh Piers (dalam Ali &
Asrori, 2006: 52) bahwa salah satu ciri-ciri pribadi kreatif adalah memiliki
rasa humor.
Sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Isen, Daubman & Nowicki
(dalam Whisonant, 1998: 14) menunjukkan bahwa humor membantu
perkembangan kreativitas berpikir. Kelompok eksperimen yang diminta
untuk menonton film komedi mampu melakukan pemecahan yang lebih baik
daripada kelompok kontrol.
McGhee (1987) menyatakan bahwa terdapat sebuah penelitian yang
dilakukan pada tahun 1950-an di sebuah perusahaan membuktikan hubungan
yang erat antara humor dan kreativitas. Dalam penelitian tersebut dikatakan
bahwa pekerja yang menjaga sense of humor mereka menjadi lebih kreatif.
Jadi, ada alasan untuk membangkitkan kecakapan pemecehan masalah yang
kreatif dengan membiarkan para pekerja untuk memiliki humor yang baik
dalam pekerjaan mereka. Hal ini membuktikan bahwa dengan menjaga sense
of humor maka pemecahan masalah yang kreatif akan lebih mudah dilakukan.
Whisonant (2013) mengusulkan bahwa pengaruh yang positif
memudahkan pemecahan masalah yang kreatif, sebaliknya pengaruh negatif
tidak menimbulkan pengaruh bagi pemecahan masalah.
Selanjutnya, humor mampu membantu kreativitas berpikir adalah
dengan menjauhkan permasalahan yang menguras secara emosi untuk
sementara, apabila individu telah memiliki kegembiraan maka individu
tersebut akan mendapat solusi untuk pemecahan masalah
(www.laughterremedy.com).
Banyak orang yang mampu berpikir lebih kreatif ketika mereka tidak
terlalu serius dan lebih bersungguh-sungguh terhadap pekerjaan mereka ketika mereka merasa rileks dan bebas tekanan. Jadi, mereka membutuhkan
sesuatu yang secara cepat dan efektif untuk mengurangi ketegangan yang
dirasakan ketika mencari solusi dalam pemecahan masalah
(www.laughterremedy.com). Humor menciptakan rasa positif secara alami
dan akhirnya menimbulkan gagasan atau ide yang bervariasi atau divergen,
dimana proses berpikir ini merupakan salah satu ciri individu kreatif.
Bleedorn (1987) menjelaskan bahwa, sumber pada kreativitas dan
humor mengingatkan kita bahwa “mendapatkan sebuah kelucuan”
memerlukan keahlian mental dalam membuat pemahaman dan membuat
hubungan yang berkaitan. Produksi dan respon humor bergantung pada
perkembangan kolaborasi keahlian dan aktivitas mental. Proses berpikir
kreatif mampu membuat kelucuan “Ha-Ha” atau pemecahan masalah yang
kreatif “Ah-Ha”.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kreativitas dalam penelitian
Dacey (1989) yang dilakukan terhadap kehidupan beberapa keluarga di
Inggris adalah humor yang dilakukan dalam kehidupan keluarga (Munandar,
2004: 80). Bercanda, berolok-olok, dan memperdayakan sebagai kelucuan
biasa terjadi pada keluarga kreatif.
Hurlock (1978: 20) menjelaskan pula bahwa terdapat beberapa cara
yang paling umum digunakan anak untuk mengekspresikan kreativitas, salah
satunya adalah melucu/humor. Humor dalam hal ini mempunyai dua aspek:
kemampuan untuk mempersepsikan kelucuan dan kemampuan melucu.
Kedua aspek ini mampu menunjang penerimaan sosial, karena hal itu
membantu menciptakan kesan bahwa anak tersebut cukup menyenangkan
dalam pergaulan dan sportif.
Bentuk humor ini menuntut pemikiran berbeda (divergen thinking),
yang memungkinkan orang yang melucu mendapatkan cara baru
menggabungkan bahan yang telah diketahui sebelumnya menjadi bentukbentuk
yang akan dianggap lucu oleh orang lain. Untuk menciptakan sesuatu
yang lucu dibutuhkan pengetahuan mengenai jenis situasi yang oleh orang
lain dipersepsikan sebagai lucu, dan motivasi yang akan menghasilkan
lelucon.
Bagi siswa, humor sangat dibutuhkan untuk menciptakan efek positif
dalam diri. Sehingga ketika menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru,
mereka mampu menyelesaikannya dengan mudah dengan cara-cara yang
dikemas dengan kelucuan

Sense of Humor dalam Perspektif Islam (skripsi dan tesis)

 

Sense of humor adalah kemampuan seseorang menggunakan humor
sebagai cara menyelesaikan masalah, keterampilan menciptakan humor,
kemampuan menghargai atau menanggapi humor.
Humor sendiri merupakan sesuatu yang menimbulkan gelak tawa,
kesenangan, dan menggelikan hati. Terkait hal tersebut, al Quran
menyebutkan hal tentang tawa dan senyum, yaitu dalam surat Abasa ayat
39: “Tertawa dan bergembira ria.”
Selain itu, lebih lanjut diisyaratkan pula dalam surat an Najm ayat
43, yaitu: “Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa
dan menangis.”
Rasulullah SAW. pernah memberikan beberapa nasehat kepada
Abu Hurairah, di antara nasehat tersebut adalah perkataan beliau,
“Janganlah banyak tertawa !. Sesungguhnya banyak tertawa akan
mematikan hati.”
Rasulullah SAW. juga pernah tertawa, banyak hadits yang
menunjukkan hal tersebut, di antaranya adalah diriwayatkan oleh
Abdullah bin Mas’ud, Allah ta’ala berkata kepada anak adam, “Wahai
anak adam !, aku tidak akan menghalangi apa yang engkau inginkan.
Apakah engkau ridha jika aku berikan engkau dunia dan ditambah
dengan yang semisalnya ?.”
Anak adam itu pun berkata, “Wahai Rabb-ku !, apakah engkau
mengejekku, sedangkan engkau adalah Rabb alam semesta ?.”.
Kemudian Ibnu Mas’ud pun tertawa dan berkata, “Mengapa kalian tidak
bertanya kepadaku, mengapa aku tertawa ?”. Murid Ibnu Mas’ud pun
bertanya, “Mengapa engkau tertawa ?”. Beliau menjawab, “Seperti inilah
Rasulullah SAW tertawa.”. Para sahabat pun bertanya kepada Rasulullah,
“Mengapa engkau tertawa, ya Rasulullah ?”. Beliau pun menjawab,
“Karena tawanya Rabb alam semesta ketika dia (anak adam) berkata:
Apakah Engkau mengejekku sedangkan Engkau adalah Rabb alam
semesta ?’ Kemudian Allah berkata, ‘ Sesungguhnya Aku tidak
mengejekmu, tetapi semua yang Aku inginkan Aku mampu’.”
Rasulullah SAW. juga pernah bercanda. Sebagaimana yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah, para sahabat pernah berkata kepada
Rasulullah, “Ya Rasulullah ! Sesungguhnya engkau sering mencandai
kami.” Beliau pun berkata, “Sesungguhnya saya tidaklah berkata kecuali
yang haq (benar).” Adapun terdapat adab atau norma dalam bercanda,
sebagai berikut:
a. Tidak boleh ada kedustaan di dalam canda tersebut. Sebagaimana
Rasulullah bersabda, “Celakalah orang yang berbicara kemudian dia
berdusta agar suatu kaum tertawa karenanya. Kecelakaan untuknya.
Kecelakaan untuknya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan
Hakim).
b. Tidak boleh ada unsur penghinaan atau pelecehan terhadap agama
Islam.
c. Tidak boleh ada unsur ghibah dan unsur meremehkan terhadap
seseorang, suku atau bangsa.
d. Tidak boleh mengambil barang orang lain, meskipun bercanda.
e. Tidak boleh menakut-nakuti orang lain. Sebagaimana Rasulullah
bersabda, “Tidak halal seseorang menakut-nakuti sesama muslim
lainnya.” (HR. Ath-Thabrani).
f. Tidak boleh menghabiskan waktu hanya untuk bercanda.
Sebagaimana sabda Rasulullah, “Di antara tanda baiknya keislaman
adalah dia meninggalkan yang tidak bermanfaat baginya.”
g. Tidak boleh berbicara atau melakukan hal-hal yang melanggar syariat,
seperti menyebutkan ciri-ciri wanita yang tidak halal baginya kepada
orang lain, menipu, melaknat, dan lain-lain.
h. Hendaklah tidak memperbanyak canda hingga menjadi tabiat dan
menjatuhkan wibawa dan berakibat dipermainkan oleh orang lain.
Senyum dan tawa adalah rasa yang dianugrahkan oleh Allah
kepada manusia. Senyum sebagai ungkapan kegembiraan atau
kebahagiaan yang dirasakan oleh manusia. Humor dalam Islam adalah
sunnah. Namun demikian, Islam mengatur tertawa dan humor agar tidak
menjadikannya sebagai bahan untuk meremehkan orang lain, tidak
menjadi sesuatu yang berlebihan, dan tidak berupa kebohongan.
Humor yang dilakukan Rasulullah merupakan suatu cara untuk
menghilangkan ketegangan pada orang lain, dengan demikian akan
terjalin hubungan yang lebih harmonis dan memberikan pemikiran yang
kreatif

Manfaat Humor (skripsi dan tesis)

 

Meskipun mungkin tampak tidak serius dan sembrono, humor
memiliki beberapa fungsi psikososial yang penting (Hughes, dalam
Parman, 2013: 468).
a. Memunculkan emosi positif
Fredickson (dalam Parman, 2013) telah mengusulkan untuk
“memperluas dan membangun” model psikologis fungsi emosi positif,
termasuk humor yang berhubungan dengan kegembiraan. Tidak
seperti emosi negatif seperti marah atau takut yang cenderung
mempersempit fokus individu.
Emosi positif dalam hal ini berfungsi untuk memperluas lingkup
fokus perhatian individu, memungkinkan untuk lebih kreatif dalam
pemecahan masalah dan berbagai peningkatan respon perilaku,
membangun sumber daya fisik, intelektual, dan sosial yang tersedia
bagi individu untuk menghadapi tantangan hidup.
Manfaat psikologis lainnya dari humor yakni dapat menginduksi
emosi positif dalam suatu masyarakat yang cenderung individual dan
membangun hubungan sosial yang efektif.
b. Membangun komunikasi interpersonal
Fungsi lain dari humor yang berkaitan dengan peran pentingnya
dalam komunikasi interpersonal dan pembentukan, pemeliharaan, dan
hubungan sosial. Pengalaman tertawa bersama-sama dapat
meningkatkan perasaan tertarik antara masyarakat dan memperluas
ikatan interpersonal dan kohesi kelompok.
Selain itu, humor sering digunakan untuk mengkomunikasikan
pesan yang mungkin sulit untuk disampaikan menggunakan modus
yang lebih serius dari komunikasi. Pesan yang dinyatakan dalam cara
yang lucu dapat ditarik kembali jika tidak baik diterima, sehingga
kedua pembicara dan pendengar bisa saling memahami, itu yang
penting.
c. Mengatasi stres dan kesulitan
Fungsi selanjutnya dari humor adalah perannya dalam mengatasi
stres dan kesulitan. Kemampuan menemukan humor, bahkan dalam
situasi kehidupan yang paling sulit sering dilihat sebagai mekanisme
koping.
Karena inheren melibatkan keganjilan dan multitafsir, humor
menyediakan cara bagi individu untuk menggeser perspektif tentang
situasi stres, menilai kembali dari sebuah titik yang baru. Selain itu,
emosi positif kegembiraan yang menyertai humor menggantikan
perasaan kecemasan, depresi, atau kemarahan yang seharusnya terjadi.
Lefcourt (dalam Suyasa, tt) menjelaskan bahwa dengan adanya
humor, individu merasakan kehadiran individu lain. Individu merasa
dirinya tidak sendiri atau tidak terisolasi. Humor merupakan indikasi
adanya penerimaan sosial terhadap diri individu.
Terkadang, materi humor berhubungan dengan situasi stres yang
sedang dialami oleh individu. Materi humor yang mencerminkan kondisi
stres yang sedang dialami individu lain, membuat individu merasa
dirinya tidak sendiri. Individu merasa bahwa ada individu lain yang
merasakan hal (kondisi stres) yang serupa. Kesamaan terhadap kondisi
yang disampaikan oleh individu lain melalui humor, membuat individu
merasakan adanya perasaan dekat satu sama lain.

Jenis-jenis Humor (skripsi dan tesis)

 

Jenis-jenis humor menurut Setiawan (dalam Rahmanadji, 2007)
dapat dibedakan menurut kriterium “bentuk ekspresi”. Sebagai bentuk
ekspresi dari kehidupan kita, humor dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Humor personal: kecenderungan tertawa pada diri sendiri, misalnya
bila kita melihat sebatang pohon yang bentuknya mirip orang yang
sedang buang air besar.
b. Humor dalam pergaulan: misalnya senda gurau antar teman, kelucuan
yang diselipkan dalam pidato atau ceramah di depan umum.
c. Humor dalam kesenian atau seni humor. Humor jenis ini dibagi
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut: 1) humor lakuan, misalnya lawak,
tari humor, dan pantomim lucu; 2) humor grafis, misalnya kartun,
karikatur, foto jenaka, dan patung lucu; 3) humor literatur, misalnya
cerpen lucu dan sajak jenaka.
Berdasarkan deskripsi jenis-jenis humor di atas maka dapat
disimpulkan jenis humor dibedakan atas tiga jenis, yaitu humor personal,
humor dalam pergaulan, dan humor dalam kesenian atau seni humor.

Teori Humor (skripsi dan tesis)

 

Banyak teori yang telah mengembangkan tentang apa alasan orang
tertawa dan yang mengontrol sense of humor. McGhee (dalam
Whisonant, 1998) mengatakan bahwa beberapa teori mencoba
menunjukkan bahwa humor disebabkan oleh perasaan individu, fungsi
humor adalah untuk melepaskan emosi internal atau untuk melepaskan
emosi yang menyenangkan.
Terdapat tiga teori humor terkemuka yang paling sering digunakan,
yaitu (Whisonant, 1998):
a. Teori Ketidaksesuaian (incongruity theory)
Teori ini mengatakan bahwa sesuatu disebut lucu karena kejadian
(misalnya: lelucon, gerakan tubuh, pernyataan) bertentangan dengan
dugaan kita dan karena pertentangan kognitif yang menciptakan
ketidaksesuaian. Adanya dua pandangan lebih atau yang tidak sesuai
dari suatu kejadian, dimana ketidaksesuaian itu muncul dalam satu
objek yang komplek atau kumpulan orang atau sebuah kejadian yang
ganjil, dimana ia menaruh perhatian terhadap objek tersebut.
b. Teori Superioritas (superiority theory)
Teori ini menyatakan bahwa sesuatu disebut lucu karena individu
dibuat merasa superior terhadap orang lain. Humor adalah sarana
mendorong ego seseorang atau rasa harga diri orang lain.
c. Teori pembebasan atau pelepasan (relief theory)
Teori pembebasan atau pelepasan disebut pula dengan teori
psikoanalitis yang dipopulerkan oleh Freud. Berdasarkan teori ini,
humor adalah sarana yang diterima secara sosial melepaskan emosi
dan rasa gelisah. Setiap individu pasti memiliki rasa
ketidaknyamanan, ketakutan, dan/atau rasa malu, dan humor menjadi
sarana untuk mengurangi hal-hal tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga
teori humor yang terkemuka, yaitu incongruity theory, superiority, dan
relief theory.

Aspek-aspek Sense of Humor (skripsi dan tesis)

 

Adapun aspek-aspek sense of humor menurut Thorson, Powell, dan
Brdar (Parman, 2013), antara lain:
a. Menciptakan humor, yaitu membuat, menghasilkan humor dari buah
pikiran sendiri, bukan sekedar mencontoh atau meniru.
b. Mengatasi masalah dengan humor, yaitu penggunaan humor sebagai
salah satu cara untuk mengatasi masalah yang menimpa diri seorang
individu.
c. Penghargaan terhadap humor, yaitu memberikan perhatian lebih
terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan humor.
d. Sikap menyenangi humor, yaitu menerima segala sesuatu yang
berhubungan dengan humor.
Eysenck (dalam Parman, 2013) menyatakan bahwa batasan-batasan
yang digunakan dalam sense of humor terdiri dari tiga, yaitu:
a. The Conformist Sense, yaitu tingkat kesamaan antara individu satu
dengan yang lainnya dalam mengapresiasi materi-materi humor. Hal
ini menunjukkan kemampuan individu dalam menanggapi atau pun
memberikan penghargaan humor.
b. The Quantitative Sense, yaitu seberapa sering individu tersenyum dan
tertawa, serta seberapa mudah individu merasa gembira. Hal ini
menunjukkan kemampuan individu dalam menggunakan humor
sebagai cara dalam menyelesaikan masalah, karena efek senyum dan
tertawa akan mengurangi ketegangan dan kekakuan.
c. The Productive Sense, yaitu seberapa banyak individu menceritakan
cerita-cerita lucu dan membuat individu lain gembira. Dalam hal ini
menunjukkan kemampuan atau keterampilan individu dalam
menciptakan suatu humor.