Saturday, January 30, 2021

Mengembangkan Kreativitas Pembelajaran (skripsi dan tesis)

 mulyasa mengutip pendapat Gordon dalam Joice and weill ia mengemukakan bahwa ada empat prinsip dasar sinektik yang menentang pandangan lama tentang kreativitas. Di mana pandangan tersebut adalah sebagai berikut :7 a) Menurutnya kreativitas merupakan sesuatu yang penting dalam kegiatan sehari-hari. Di mana hampir semua manusia berhubungan dengan proses kreativitas, proses kreativitas tersebut dikembangkan melalui seni atau penemuan-penemuan baru. Menurut Gordon, ia menekankan bahwa kreativitas merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari dan berlangsung sepanjang hayat. Model seperti Gordon ini dirancang guna untuk meningkatkan kapasitas pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati, dan hubungan sosial. Gordon juaga menekankan bahwa ide-ide yang bermakna dapat ditingkatkan melalui aktivitas kreatif guna untuk memperkaya pemikiran.8 b) Prinsip yang kedua menyatakan bahwa proses kreatif bukanlah sesuatu yang misterius. Hal tersebut dapat didekskripsikan dan mungkin membantu orang secara langsung untuk meningkatkan kreativitasnya. Bahwa Gordon telah yakin, apabila seseorang memahami landasan proses kreativitas, individu dapat belajar untuk menggunakan pemahamannya untuk meningkatkan kreativitas dalam kehidupan dan pekerjaan, baik secara pribadi maupun sebagai anggota kelompok. Gordon juga memandang bahwa kreativitas didorong oleh kesadaran yang memberi petunjuk untuk mendeskripsikan dan menciptakan prosedur latihan yang dapat diterapkan di sekolah atau lingkungan lain.9 c) Prinsip ketiga menjelaskan bahwa penemuan kreatif sama dalam semua bidang, baik dalam bidang seni, ilmu, maupun dalam rekayasa. Selain itu, penemuan kreatif ditandai oleh beberapa proses intelektual. Di mana ide ini bertentangan dengan keyakinan umum, yang memandang kreativitas terbatas pada bidang seni, padahal ilmu dan rekayasa juga merupakan penemuan manusia. Gordon juga menunjukkan adanya hubungan antara perkembangan berpikir dalam seni dan ilmu yang sangat erat.10 d) Pendapat Gordon yang keempat telah menunjukkan bahwa berpikir kreatif baik secara individu maupun kelompok adalah sama. Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.11 Menurut Gibbs yang dikutip oleh E. Mulyasa ia menyatakan bahwa berdasarkan berbagai penelitiannya ia menyimpulkan bahwa kreativitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat. Hasil penelitian tersebut dapat diterapkan atau ditransfer dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik akan lebih kreatif jika :12 a) Dikembangkan rasa percaya diri pada peserta didik dan tidak ada perasaan takut. b) Diberi kesempatan untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah. c) Dilibatkan dalam menentukan tujuan dan evaluasi belajar. d) Diberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter. e) Dilibatkan secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Apa yang dikemukakan di atas nampaknya sulit untuk dilakukan. Namun paling tidak guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, yang mengarah pada situasi di atas, misalnya dengan mengembangkan modul yang heuristik dan hipotetik. Kendatipun demikian, kaulitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktivitas dan kreativitas guru, disamping kompetensi-kompetensi profesionalnya. Namun, dalam kegiatan belajar melalui modul, hal ini bisa dikurangi, karena guru lebih memposisikan dirinya sebagai fasilitator. E. Mulyasa juga mengutip pendapat Widada, di mana untuk mendongkrak kualitas pembelajaran disamping guru harus menyediakan lingkungan yang kreatif, guru juga dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut :13 a) Self esteem approach (kesadaran akan harga diri) Guru tidak hanya mengarahkan peserta didik untuk mempelajari materi ilmiah saja, akan tetapi pengembangan sikap harus mendapat perhatian secara proposional b) Creative approach Beberapa saran untuk pendekatan ini adalah dikembangkannya problem solving, brain storning, inquiry, dan role playing. c) Value Clarification and moral development approach Dalam pendekatan ini pengembangan pribadi menjadi sasaran utama. Karena dalam situasi yang demikian, pengembangan intelektual akan mengiringi perkembangan pribadi peserta didik d) Multiple talent approach Pendekatan ini mementingkan upaya pengembangan seluruh potensi peserta didik, karena manifestasi pengembangan potensi akan membangun self concept yang menunjang kesehatan mental. e) Inquiry approach Melalui pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi intelektualnya. f) Pictorial riddle approach Pendekatan ini merupakan metode untuk mengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok kecil. Pendekatan ini sangat membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif. g) Synetics approach Pada hakikatnya pendekatan ini memusatkan perhatian pada kompetensi peserta didik untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan dimulai dengan kegiatan kelompok yang tidak rasional berkembang menuju pada penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.

Bentuk-Bentuk Kreativitas (skripsi dan tesis)

 Dalam pembelajaran visual, di mana peserta didik lebih banyak menyerap informasi melalui mata, hal-hal yang dapat guru lakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar peserta didik adalah:4 a. Biarkan mereka duduk di bangku paling depan, sehingga mereka bisa langsung melihat apa yang dituliskan atau digambarkan guru di papan tulis. b. Anjurkan siswa mencari materi yang akan diajarkan untuk pertemuan yang akan datang agar siswa lebih mudah memahami pelajaran yang diajarkan. c. Selain tulisan, buatlah lebih banyak bagan-bagan, diagram, flow-chart menjelaskan sesuatu. d. Minta mereka untuk menuliskan poin-poin penting yang harus dihafalkan e. Gunakan berbagai ilustrasi dan gambar. f. Tulis ulang apa yang ada di papan tulis. g. Gunakan warna-warni yang berbeda pada tulisan. Untuk pembelajar auditory, di mana peserta didik lebih banyak menyerap informasi melalui pendengaran, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:5 a. Gunakan audio dalam pembelajaran (musik, radio, dll) b. Saat belajar, biarkan mereka membaca dengan nyaring dan suara keras. c. Seringlah memberi pertanyaan kepada mereka. d. Membuat diskusi kelas. e. Menggunakan rekaman. f. Biarkan mereka menjelaskan dengan kata-kata. g. Biarkan mereka menuliskan apa yang mereka pahami tentang satu mata pelajaran. h. Belajar berkelompok. Sedangkan untuk pembelajar kinestetik, di mana peserta didik lebih banyak menyerap informasi melalui gerakan fisik, hal-hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan kemampuan belajar mereka adalah:6 a. Perbanyak praktek lapangan (field trip). b. Melakukan demonstrasi atau pertunjukan langsung. c. Membuat model atau contoh-contoh d. Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi yang nyaman, seperti belajar diluar kelas. e. Perbanyak praktek di laboratorium. f. Boleh menghafal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondarmandir. g. Perbanyak simulasi dan role playing. h. Biarkan murid berdiri saat menjelaskan sesuatu. Dalam prakteknya, satu kelas biasanya terdiri dari tiga kelompok pembelajar semacam ini. Karena itulah, tidak bisa seorang guru hanya mempraktekkan satu metode belajar mengajar untuk diterapkan di seluruh kelas. Bayangkan jika guru mengajar hanya dengan metode ceramah mulai dari awal hingga akhir. Jika dalam satu kelas kecenderungannya lebih banyak pembelajar visual atau kinestetis, maka yang terjadi adalah suasana yang tidak menyenangkan. Jika di dalam sebuah kelas terjadi kekacauan seperti adanya siswa-siswa yang susah untuk dikondisiskan, guru-guru kreatif dan mempunyai inovasi yang tinggi akan segera mengganti proses belajar mengajar dengan mempertimbangkan keragaman gaya belajar siswa. Tidak lagi kemudian menggunakan metode ceramah, tetapi menggunakan metode yang lain yang memungkinkan, misalnya diskusi kelompok ataupun mengajak mereka dalam suatu permainan agar tidak membosankan. Namun demikian, yang masih sering terjadi adalah, karena guru merasa tidak diperhatikan, mereka kemudian menggunakan kekuasaan 23 mereka sebagai guru dengan melakukan bentakan yang keras, biasanya disertai ancaman kalau tidak mendengarkan maka mereka akan mendapatkan hukuman. Pola belajar mengajar semacam ini tidak saja membuat proses belajar mengajar menjadi sesuatu yang mengerikan dan membuat trauma bagi anak didik, tetapi juga mengaduk-aduk dan menyita emosi guru secara terus menerus. Akibatnya, bisa ditebak, tekanan kerja yang semakin berat membuat proses belajar mengajar bagi guru menjadi beban yang tidak lagi menyenangkan. Karena itulah, kreativitas dan kemampuan guru untuk memahami gaya belajar siswa sangat penting agar suasana di dalam kelas bisa dibangun dengan lebih kondusif dan menyenangkan untuk belajar. Dengan demikian, sekolah akan menjadi tempat yang menyenangkan, bagi guru, siswa, dan semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Ciri-Ciri Kreativitas (skripsi dan tesis)

 Menurut William, “ciri-ciri kreativitas dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu ciri-ciri aptitude dan non-aptitude traits”. Ciri-ciri aptitude ialah ciriciri yang berhubungan dengan kognitif atau proses berpikir, sedangkan ciri-ciri non-aptitude traits ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan. Adapun uraian secara rinci sebagai berikut. William juga menyatakan bahwa:  a. Aspek kognitif Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif atau ciri-ciri aptitude adalah sebagai berikut : 1) Keterampilan berpikir lancar (fluency) Keterampilan berpikir lancar tampak pada pribadi seseorang yang mencetuskan banyak gagasan, memberikan banyak saran untuk melakukan berbagai hal, serta selalu memikirkan lebih dari satu jawaban atas suatu keadaan atau pertanyaan yang membutuhkan penyelesaian. 2) Keterampilan berpikir luwes (flexibility) Keterampilan berpikir fleksibel tampak pada pribadi seseorang yang mampu menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mampu mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. 3) Keterampilan berpikir orisinal (originality) Keterampilan berpikir orisinal melekat pada pribadi seseorang yang mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, mampu memikirkan cara yang tidak lazim untuk. mengungkapkan diri, dan mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 4) Keterampilan berpikir rinci atau memperinci (elaboration) Keterampilan membuat rincian merupakan keterampilan yang melekat pada pribadi seseorang yang mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, serta mampu menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik. 5) Keterampilan menilai (evaluation) Keterampilan menilai artinya keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang mampu menentukan patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana, mampu mengambil keputusan terhadap situasi yang terbuka, serta orang tersebut tidak mencetuskan gagasan, tetapi juga melaksanakannya.   b. Aspek afektif Ciri-ciri kreativitas dalam aspek afektif antara lain: 1) Sifat berani mengambil resiko, Contohnya terdiri dari (a) tidak takut gagal atau kritik, (b) berani membuat dugaan, (c) dan mempertahankan pendapat. 2) bersifat menghargai, Contohnya seperti (a) mencari banyak kemungkinan, (b) melihat kekurangan-kekurangan dan bagaimana seharusnya, dan (c) melibatkan diri dalam masalah-masalah atau gagasan-gagasan yang sulit. 3) rasa ingin tahu, Sifat rasa ingin tahu misalkan: (a) mempertanyakan sesuatu, (b) bermain dengan suatu gagasan, (c) tertarik pada kegaiban, (d) terbuka terhadap situasi, dan (e) senang menjajaki hal-hal baru. 4) Imajinasi/firasat,Seseorang yang memiliki imajinasi/firasat maka ia: (a) mampu membayangkan, (b) membuat gambaran mental, (c) merasakan firasat, (d) memimpikan hal-hal yang belum pernah terjadi, dan (e) menjajaki di luar kenyataan indrawi. Tidak jauh berbeda dengan Skala Penilaian Anak Berbakat yang disusun oleh Renzuli, dkk. Kemudian di rangkum oleh Utami Munandar bahwa ciri-ciri kreativitas meliputi: 1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam. 2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik. 3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah.   4. Bebas dalam menyatakan pendapat. 5. Mempunyai rasa keindahan mendalam. 6. Menonjol dalam salah satu bidang seni. 7. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang. 8. Mempunyai rasa humor yang luas. 9. Mempunyai daya imajinasi. 10. Orisinil dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.

Pengertian Kreativitas (skripsi dan tesis)

 Johnson menyatakan bahwa : Berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memperhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga. Berpikir kreatif, yang membutuhkan ketekunan, disiplin diri, dan perhatian penuh, meliputi aktivitas mental seperti:1 a) Mengajukan pertanyaan. b) Mempertimbangkan informasi baru dan ide yang tidak lazim dengan pikiran terbuka. c) Membangun keterkaitan, khususnya diantara hal-hal yang berbeda. d) Menghubung-hubungkan berbagai hal yang bebas. e) Menerapkan imajinasi pada setiap situasi untuk menghasilkan hal baru dan berbeda. f) Mendengarkan intuisi. Munandar meyakini bahwa kreativitas bukan sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal baru, tetapi merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, termasuk pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh seseorang selama hidupnya.2 Menurut Munandar setiap manusia memiliki sifat kreativitas karena otak manusia senang menemukan pola, yaitu dengan menghubungkan satu hal dengan hal lainnya untuk menemukan makna. Jika dalam proses belajar siswa berlatih menghubungkan sesuatu yang tampak tidak berhubungan, maka siswa membentuk otak untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru yang mungkin siswa lewatkan dan menemukan pola baru yang tidak terpikir oleh siswa, seandainya siswa tidak membangun hubungan. Banyak cara untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, di mana para siswa dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitas belajarnya secara optimal, sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif pada siswa adalah kemampuan siswa untuk berpikir terbuka, luas dan mengembangkan imajinasinya secara optimal sehingga mampu menghasilkan ide-ide baru atau pemecahan (solusi) baru terhadap permasalahan lama yang sering dialami siswa selama proses belajarnya berlangsung. Namun disini yang dimaksudkan untuk berpikir kreatif adalah guru, di mana guru pada dasarnya dituntut untuk sealalu aktif dan kreatif pada saat terjadinya proses pembelajaran. Terlebih pada guru agama, seorang guru agama harus kreatif dalam menyajikan materi pembelajaran, entah itu  kreatif dalam penggunaan metode pembelajaran maupun media pembelajaran supaya pembelajaran tidak terkesan monoton

Hubungan Antara Efikasi Diri Terhadap Kreativitas (skripsi dan tesis)

 Menurut Baron (dalam Munandar, 1999) kreativitas adalah kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru. Kreativitas membantu individu untuk dapat menemukan berbagai alternatif jalan keluar terhadap masalah yang dihadapi. Tanpa adanya kreativitas, manusia akan sulit berkembang di tengah keadaan dunia yang serba dinamis. Sternberg dan Williams (dalam Kisti dan Fardana, 2012) menyatakan bahwa untuk memaksimalkan dan mengembangkan kreativitas dibutuhkan suatu keyakinan diri untuk dapat menghasilkan sesuatu. Kreativitas tanpa diiringi oleh keyakinan diri tidak dapat berkembang secara optimal. Keyakinan yang dimaksud di sini adalah efikasi diri. Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi akan banyak menyampaikan gagasan atau ide-ide yang baru sedangkan siswa yang tidak memiliki efikasi diri yang tinggi, siswa akan membuat pengandaian yang seharusnya tidak dilakukan sebelum mencoba suatu pekerjaan. Sehingga efikasi diri yang tinggi sangat diperlukan agar siswa mempunyai keberanian sendiri untuk mengatasi masalah- masalah yang timbul dari stimulus-stimulus yang terbentuk dari lingkungan dan siswa dapat mempertahankan pendapatnya. Hal ini diperkuat oleh Amabile (dalam Sweetman dkk., dalam penerbitan) mengatakan Siswa dengan efikasi diri yang tinggi akan dapat meningkatkan kreativitasnya dan dengan efikasi diri individu akan lebih kreatif dalam proses pemecahan masalah. Bandura (1997) efikasi diri merupakan keyakinan atau kepercayaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan. Reivich dan Shatte (dalam Wahyuni, 2013) mendefinisikan efikasi diri adalah sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Keyakinan yang timbul dari diri siswa diharapkan bisa menjadi bekal berprestasi dalam menghadapi hambatan dan tantangan dalam pencapaian prestasi akademik. Prestasi tidak datang begitu saja pada diri siswa yang hanya mengandalkan kesempatan, tetapi dengan adanya rasa keyakinan dan sikap bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas akan menuntun siswa dalam mencapai prestasi. Kreativitas juga dapat ditingkatkan dengan adanya motivasi berprestasi, hal ini dinyatakan oleh Sternberg ( dalam Kuntjojo dan Matulessy, 2012) yang mengatakan bahwa ada beberapa faktor yang berhubungan dengan individu yang kreatif diantaranya adalah motivasi yang tinggi untuk menjadi kreatif di bidang tertentu. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Directorate-General for Education an Culture, the European Commission ( dalam Kuntjojo dan Matulessy, 2012) bahwa salah satu aspek kepribadian yang mempengaruhi kreativitas adalah motivasi, termasuk di dalamnya motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi merupakan dorongan individu untuk meraih sukses dengan standar tertentu dan berusaha untuk lebih unggul dari orang lain dan mampu untuk mengatasi segala rintangan yang menghambat pencapaian tujuan. Siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi akan selalu ingin sukses dalam segala aktivitas. Kondisi demikian dapat menyebabkan individu menjadi gigih dalam melakukan segala aktifitasnya karena tanpa kegigihan maka kesuksesan itu hanya akan merupakan khayalan belaka. Dengan demikian salah satu penyebab munculnya kegigihan pada diri individu adalah karena motivasi dalam diri individu untuk meraih kesuksesan dan prestasi tinggi. Dengan kata lain tingginya tingkat motivasi yang dimiliki seorang individu dapat menjadi pemicu munculnya kreativitas siswa untuk menghasilkan suatu karya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri dan motivasi berprestasi berkaitan erat dengan kreativitas, dimana efikasi diri sebagai keyakinan yang dimiliki bahwa siswa bisa menciptakan ide-ide yang baru, sedangkan motivasi berprestasi sebagai pendorong dalam diri siswa untuk mengembangkan kreativitas siswa. Sehingga dengan memiliki efikasi diri dan motivasi berprestasi siswa akan dapat berkreativita

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi (skripsi dan tesis)

  Schultz dan Schultz (dalam Nasution dan Lili, 2005) menyatakan bahwa motivasi berprestasi berbeda-beda pada setiap individu karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi. Fernald dan Fernald (dalam Nasution dan Lili, 2005) mengungkapkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, yaitu: a. Keluarga dan kebudayaan (family and cultural) Motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial seperti orang tua dan teman (Eastwood, 1983). Sedangkan Mc Clelland (dalam Schultz dan Schultz, 1994) menyatakan bahwa bagaimana cara orang tua mengasuh anak mempunyai pengaruh terhadap motivasi berprestasi anak. Bernstein (dalam Fernald dan Fernald, 1999) menyatakan bahwa kebudayaan dapat mempengaruhi kekuatan motivasi berprestasi individu. Kebudayaan pada suatu negara seperti cerita rakyat dan hikayat-hikayat sering mengandung tema-tema pretasi yang dapat meningkatkan semangat masyarakatnya. b. Konsep diri (self concept) Konsep diri merupakan bagaimana seseorang berpikir mengenai dirinya sendiri. Apabila individu percaya bahwa dirinya mampu untuk melakukan sesuatu, maka idnividu akan termotivasi untuk melakukan hal tersebutn sehingga berpengaruh dalam tingkah laku. c. Jenis kelamin (sex roles) Prestasi yang tinggi biasanya diidentikkan dengan makulinitas, sehingga banyak para wanita belajar tidak maksimal jika wanita tersebut berada diantara para pria. Menurut Stein dan Bailey (dalam Fernald dan Fernald, 1999) sering disebut sebagai motivasi menghindari kesuksesan. Morgan, dkk (1986) menyatakan bahwa banyak perempuan dengan motivasi berprestasi tinggi tidak menampilkan karakteristik perilaku berprestasi layaknya laki-laki. Hal ini berkaitan dengan Homer (dalam Morgan, dkk 1986) yang menyatakan bahwa pada wanita terdapat kecenderungan takut akan kesuksesan yang artinya pada wanita terdapat kekhwatiran bahwa dirinya akan ditolak oleh masyarakat apabila dirinya memperoleh kesuksesan. d. Pengakuan dan prestasi (recognition and achievement) Individu akan lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras apabila diri merasa dipedulikan atau diperhatikan orang lain

Karakteristik Individu yang Mempunyai Motivasi Berprestasi Tinggi (skripsi dan tesis)

  Mussen, Paul Henry, dkk (1984) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi seringkali dimanifestasikan dalam perilaku motivasi berprestasi, seperti tekun dalam tugas yang sulit, bekerja giat untuk mencapai penguasaan, dan memilih tugas yang menantang tetapi tidak terlalu sulit. Buku yang membahas karakteristik ini antara lain Johnson dan Schwitzgebel dan Kalb (dalam Djaali, 2009). Dari uraian mereka dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil- hasilnya dan bukan tugas atas dasar untung-untungan, nasib atau kebetulan. b. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu beras resikonya. c. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya. d. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain. e. Mampu menangguhkan pemuasan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. f. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang, status, atau keberuntungan lainnya, ia akan mencarinya apabila hal-hal tersebut merupakan lambang prestasi, suatu ukuran keberhasilan. Sementara itu, Heckhausen (dalam Santi, 2009) mengemukakan enam sifat individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi, yaitu: a. Lebih mempunyai kepercayaan dalam menghadapi tugas yang berhubungan dengan prestasi. b. Mempunyai sifat yang lebih berorientasi ke depan, dan lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan penghargaan (reword) pada waktu kemudian. c. Memilih tugas yang kesukarannya sedang. d. Tidak suka membuang-buang waktu. e. Dalam mencari pasangan lebih suka memilih orang yang mempunyai kemampuan daripada orang yang simpatik. f. Lebih tangguh dalam mengerjakan tugas