Tuesday, February 23, 2021

Ciri-Ciri Gaya Kepemimpinan Demokratis (skripsi dan tesis)

 


Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan demokratis
menempatkan dirinya sebagai moderator ataupun koordinator. Berikut
ada beberapa ciri-ciri gaya kepemimpinan demokratis menurut
Robbins (2003:168):
a. Semua kebijakan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan
diambil dengan dorongan dan bantuan pemimpin.
b. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk
tujuan kelompok dibuat dan jika dibutuhkan petunjuk-petunjuk
teknis, pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif prosedur
yang dapat dipilih.
c. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih
dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
d. Lebih memperhatikan bawahan untuk mencapai tujuan
organisasi.
e. Menekankan dua hal yaitu bawahan dan tugas

Pengertian Gaya Kepemimpinan Demokratis (skripsi dan tesis)

 


Pemimpin sering disebut sebagai penghulu, pemuka, pelopor,
pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala,
penuntun, dan sebagainya. Menurut Siagian (2002:62), pemimpin
merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain.
Dalam hal ini mempengaruhi para bawahannya sedemikian rupa
sehingga orang lain mau melakukan kehendak pemimpin meskipun
secara pribadi hal itu tidak disenanginya, sedangkan Robbins
(2003:163) mengungkapkan kepemimpinan merupakan kemampuan
mempengaruhi suatu kelompok kearah pencapaian tujuan.
Winardi (2000:78) mengemukakan gaya kepemimpinan
demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah.
Kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan
bertanggungjawab. Pembagian tugas yang disertai pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab yang jelas, memungkinkan setiap
anggota berpartisipasi secara aktif. Dengan kata lain, setiap anggota
mengetahui secara pasti sumbangan yang dapat diberikannya untuk
mencapai tujuan kelompok atau organisasinya. Selain itu dapat
diketahui bagaimana melaksanakannya secara efektif dan efisien.
Menurut Robbins (2003:167) gaya kepemimpinan demokratis
menggambarkan pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan
dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong
partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja, dan
menggunakan umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawan

Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez faire) (skripsi dan tesis)

 


Gaya kepemimpinan bebas (Laissez faire) adalah cara seorang
pimpinan dalam menghadapi bawahannya dengan memakai
metode pemberian keleluasaan pada bawahan. Pada gaya
kepemimpinan bebas ini pemimpin memberikan kebebasan secara
mutlak kepada bawahannya sedangkan pemimpin sendiri hanya
memainkan peranan kecil, pemimpin memfungsikan dirinya
sebagai penasihat yang dilakukan dengan memberi kesempatan
berkompromi atau bertanya bagi anggota kelompok yang
memerlukan. Bawahan memiliki kebebasan penuh untuk proses
pengambilan keputusan dan meneyelesaikan pekerjaan dengan
cara yang menurut karyawan paling sesuai dengan partisipasi
minimal dari pemimpin. Pemimpin tidak pernah melakukan
pengawasan terhadap sikap, tingkah laku perbuatan dan kegiatan
bawahan karena pemimpin telah percaya dan menyerahkan
sepenuhnya wewenang kepada bawahan sehingga pemimpin tidak
mengambil andil dalam proses kepemimpinannya.
Gaya kepemimpinan ini dapat mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan karyawan dalam pengambilan
keputusan yang tepat serta kreativitas untuk memecahkan suatu
permasalahan. Dengan adanya kepemimpinan yang bebas ini para
karyawan dapat menunjukkan persoalan yang dianggap penting di
dalam organisasi dan tidak selalu bergantung pada atasan. Gaya
kepemimpinan ini juga memiliki sisi negatif yaitu, jika karyawan
terlalu bebas tanpa ada pengawasan yang kuat dari atasan, ada
kemungkinan penyimpangan dari peraturan dan prosedur yang ada
dapat terjadi. Pengambilan keputusan yang dapat memakan
banyak waktu bila karyawan kurang berpengalaman dan dapat
terjadi salah tindak.

Gaya kepemimpinan Otoriter (otokratis) (skripsi dan tesis)

 


Menurut Rivai (2010), kepemimpinan otoriter adalah gaya
kepemimpinan yang menggunakan metode pendekatan kekuasaan
dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya,
sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.
Kepemimpinan otoriter ialah kepemimpinan yang memusatkan
kuasa dan pengambilan keputusan ditetapkan oleh pemimpin
sendiri tanpa adanya diskusi maupun pertukaran pendapat dengan
bawahan. Dalam kepemimpinan otoriter ini pemimpin sebagai
pemikul tanggung jawab penuh atas keputusan yang telah di
ambilnya. Bawahan hanya bertugas sebagai pelaksana atas
keputusan yang telah ditetapkan pemimpin. Penerapan gaya
kepemimpinan ini dapat menjadikan karyawan untuk lebih
disiplin, dan tidak bergantung terhadap atasan kerja. Selain itu,
pada gaya kepemimpinan ini keputusan dapat diambil secara cepat
karena tidak melalui proses diskusi terlebih dahulu. Dengan tidak
diikutsertakan bawahan dalam pengambilan keputusan maka
bawahan tidak akan dapat belajar mengenai hal tersebut sehingga
produktivitas karyawan tidak akan cepat meningkat. Pada gaya
kepemimpinan ini, pemimpin sering bersikap individualis dimana
pemimpin tersebut sangat jarang untuk berkomunikasi dengan
bawahan sehingga hubungan antara pemimpin dan bawahan
kurang akrab. Gaya kepemimpinan itu sangat sesuai diterapkan
jika organisasi menghadapai keadaan darurat sehingga kinerja
karyawan dapat naik

Gaya Kepemimpinan Demokratis (skripsi dan tesis)

 


Kepemimpinan demokratis ditandai dengan adanya suatu
struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan
pengambilan keputusan yang kooperatif yang artinya atasan
menolak segala bentuk persaingan dan atasan dapat bekerjasama
dengan karyawan dalam mengambil keputusan. Dibawah
kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi,
dapat bekerja sama, mengutamakan mutu kerja dan dapat
mengarahkan diri sendiri. Kepemimpinan demokratis ialah
kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah. Aktif dalam
menggerakkan dan memotivasi (Rivai, 2010).
Seorang pemimpin yang memiliki karakteristik gaya
kepemimpinan demokratis selalu akan memotivasi para karyawan
untuk dapat meningkatkan kinerja dari karyawan tersebut.
Dinamis dalam mengembangkan dan memajukan organisasi.
Terarah pada tujuan bersama yang jelas. Pada gaya kepemimpinan
ini memungkinkan setiap anggota untuk berpartisipasi secara aktif
dalam pertukaran pendapat, gagasan dan pandangan untuk dapat
memecahkan suatu permasalahan yang terjadi pada organisasi.
Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin mengutamakan
hubungan antar manusia yaitu hubungan antara bawahan dan
atasan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan produktivitas
pegawai dengan sering mendorong bawahan untuk ikut andil
dalam menentukan pengambilan keputusan yang tepat.
Penerapan gaya kepemimpinan demokratis ini dapat
mempererat hubungan antar atasan dan bawahan, tumbuhnya rasa
saling memiliki dan terbinanya moral yang tinggi. Selain itu dalam
gaya kepemimpinan ini komunikasi dan koordinasi sangatlah
penting untuk dapat menentukan sebuah keputusan. Pada gaya
kepemimpinan demokratis ini proses pengambilan keputusan
membutuhkan waktu yang relatif lama karena harus menentukan
titik temu dari ide atau gagasan yang di ajukan dan diperlukan
adanya toleransi yang tinggi agar tidak terjadi perselisih
pemahaman

Pengertian Gaya Kepemimpinan (skripsi dan tesis)

 Gaya kepemimpinan merupakan cara yang digunakan seorang

pemimpin untuk mempengaruhi perilaku bawahannya dimana gaya
kepemimpinan ini bertujuan untuk membimbing serta memotivasi
karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan produktivitas yang
tinggi. Gaya kepemimpinan (leadership style) seorang pemimpin akan
sangat berpengaruh pada kinerja karyawan atau bawahan. Pemimpin
harus dapat memilih gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi yang
ada, jika gaya kepemimpinan yang diterapkan benar dan tepat maka
akan dapat mengarahkan pencapaian tujuan organisasi maupun
perorangan. Sebaliknya jika gaya kepemimpinan yang dipilih salah
dan tidak sesuai dengan situasi yang ada maka akan dapat
mengakibatkan sulitnya pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Davis dan Newstrom (1995) “Gaya kepemimpinan
merupakan pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang
dipersepsikan para pegawainya. Gaya kepemimpinan mewakili
filsafat, keterampilan, dan sikap pemimpin. Gaya kepemimpinan
tersebut berbeda-beda atas dasar motivasi, kuasa atau orientasi
terhadap tugas dan orang. Meskipun gaya itu secara berbeda-beda
terhadap berbagai pegawai, masing-masing gaya dibahas secara
terpisah untuk menyoroti perbedaannya.”
Kartono (2008:34) menyatakan gaya kepemimpinan adalah
sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian yang
membedakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan orang
lain. Thoha (2010:49) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan
merupakan norma prilaku yang digunakan oleh seseorang pada saaat
orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain atau
bawahan. Menurut Herujito (2006:188) mengartikan gaya
kepemimpinan bukan bakat, oleh karena itu gaya kepemimpinan
dipelajari dan dipraktekan dalam penerapannya harus sesuai dengan
situasi yang dihadapi. Sedangkan menurut Supardo (2006:4),
mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan
porses kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain
untuk mencapai suatu misi, tugas atau suatu sasaran dan mengarahkan
Instansi dengan cara yang lebih masuk akal.
Handoko (2001) mengemukakan tiga implikasi penting dari
definisi kepemimpinan yakni :
1. Kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut.
Pemimpin mengatur bawahan dengan memberikan pengarahanpengarahan dan motivasi kerja sehingga para karyawan dapat
bekerjasama dengan atasan untuk mewujudkan tujuan bersama.
Kesediaan para karyawan dalam menerima perintah dan
16
pengarahan dari pimpinan dipengaruhi berdasarkan seberapa
besar kedekatan antara karyawan dan pemimpin dimana
karyawan membantu pemimpin dalam proses pengambilan
keputusan meskipun pengambilan keputusan sendiri ditentukan
oleh pemimpin dan membantu proses kepemimpinan dapat
berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki.
2. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang antara para pemimpin dan karyawan. Pemimpin
mempunyai wewenang utuk mengarahkan dan dalam
pengambilan keputusan keputusan terletak di tangan pemimpin
sehingga karyawan tidak memiliki peranan di dalam menentukan
kebijakan yang ada. Para karyawan tidak dapat memberikan ide
atau gagasannya dalam proses pengambilan keputusan secara
langsung.
3. Kepemimpinan menyangkut pengaruh terhadap anggota
kelompok. Pemimpin tidak hanya dapat memberikan perintah
kepada para karyawan tetapi juga pemimpin harus dapat
melaksanakan perintahnya. Seorang pemimpin sangat
berpengaruh di dalam organisasi, begitu juga karyawan. Jika di
dalam organisasi tidak ada salah satu dari pelaksana organisasi,
maka dapat di pastikan organisasi tersebut tidak akan dapat
berjalan sesuai tujuan yang di tentukan. Karyawan diberikan
kebebasan dalam pengambilan keputusan dengan pemimpin
sebagai pengawasnya agar para karywan dapat lebih bertanggung
jawab atas keputusan yang ada.
Dari ketiga implikasi tersebut diatas, Handoko (2001) menyimpulkan
bahwa terdapat tiga gaya kepemimpinan yang umumnya di pakai
dalam organisasi yaitu: Gaya Kepemimpinan Demokratis, Gaya
Kepemimpinan Otoriter dan Gaya Kepemimpinan Bebas.

Pengertian Gaya Kepemimpinan (skripsi dan tesis)

 


Gaya kepemimpinan merupakan cara yang digunakan seorang
pemimpin untuk mempengaruhi perilaku bawahannya dimana gaya
kepemimpinan ini bertujuan untuk membimbing serta memotivasi
karyawan sehingga diharapkan akan menghasilkan produktivitas yang
tinggi. Gaya kepemimpinan (leadership style) seorang pemimpin akan
sangat berpengaruh pada kinerja karyawan atau bawahan. Pemimpin
harus dapat memilih gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi yang
ada, jika gaya kepemimpinan yang diterapkan benar dan tepat maka
akan dapat mengarahkan pencapaian tujuan organisasi maupun
perorangan. Sebaliknya jika gaya kepemimpinan yang dipilih salah
dan tidak sesuai dengan situasi yang ada maka akan dapat
mengakibatkan sulitnya pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Davis dan Newstrom (1995) “Gaya kepemimpinan
merupakan pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang
dipersepsikan para pegawainya. Gaya kepemimpinan mewakili
filsafat, keterampilan, dan sikap pemimpin. Gaya kepemimpinan
tersebut berbeda-beda atas dasar motivasi, kuasa atau orientasi
terhadap tugas dan orang. Meskipun gaya itu secara berbeda-beda
terhadap berbagai pegawai, masing-masing gaya dibahas secara
terpisah untuk menyoroti perbedaannya.”
Kartono (2008:34) menyatakan gaya kepemimpinan adalah
sifat, kebiasaan, tempramen, watak dan kepribadian yang
membedakan seorang pemimpin dalam berinteraksi dengan orang
lain. Thoha (2010:49) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan
merupakan norma prilaku yang digunakan oleh seseorang pada saaat
orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain atau
bawahan. Menurut Herujito (2006:188) mengartikan gaya
kepemimpinan bukan bakat, oleh karena itu gaya kepemimpinan
dipelajari dan dipraktekan dalam penerapannya harus sesuai dengan
situasi yang dihadapi. Sedangkan menurut Supardo (2006:4),
mengungkapkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara dan
porses kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain
untuk mencapai suatu misi, tugas atau suatu sasaran dan mengarahkan
Instansi dengan cara yang lebih masuk akal.
Handoko (2001) mengemukakan tiga implikasi penting dari
definisi kepemimpinan yakni :
1. Kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut.
Pemimpin mengatur bawahan dengan memberikan pengarahanpengarahan dan motivasi kerja sehingga para karyawan dapat
bekerjasama dengan atasan untuk mewujudkan tujuan bersama.
Kesediaan para karyawan dalam menerima perintah dan
16
pengarahan dari pimpinan dipengaruhi berdasarkan seberapa
besar kedekatan antara karyawan dan pemimpin dimana
karyawan membantu pemimpin dalam proses pengambilan
keputusan meskipun pengambilan keputusan sendiri ditentukan
oleh pemimpin dan membantu proses kepemimpinan dapat
berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki.
2. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang
tidak seimbang antara para pemimpin dan karyawan. Pemimpin
mempunyai wewenang utuk mengarahkan dan dalam
pengambilan keputusan keputusan terletak di tangan pemimpin
sehingga karyawan tidak memiliki peranan di dalam menentukan
kebijakan yang ada. Para karyawan tidak dapat memberikan ide
atau gagasannya dalam proses pengambilan keputusan secara
langsung.
3. Kepemimpinan menyangkut pengaruh terhadap anggota
kelompok. Pemimpin tidak hanya dapat memberikan perintah
kepada para karyawan tetapi juga pemimpin harus dapat
melaksanakan perintahnya. Seorang pemimpin sangat
berpengaruh di dalam organisasi, begitu juga karyawan. Jika di
dalam organisasi tidak ada salah satu dari pelaksana organisasi,
maka dapat di pastikan organisasi tersebut tidak akan dapat
berjalan sesuai tujuan yang di tentukan. Karyawan diberikan
kebebasan dalam pengambilan keputusan dengan pemimpin
sebagai pengawasnya agar para karywan dapat lebih bertanggung
jawab atas keputusan yang ada.
Dari ketiga implikasi tersebut diatas, Handoko (2001) menyimpulkan
bahwa terdapat tiga gaya kepemimpinan yang umumnya di pakai
dalam organisasi yaitu: Gaya Kepemimpinan Demokratis, Gaya
Kepemimpinan Otoriter dan Gaya Kepemimpinan Bebas.