Monday, March 1, 2021

Teori Suku Bunga (skripsi dan tesis)

  a. Teori Tingkat Bunga Fischer

 Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ada dua tingkatan bunga, yaitu bunga nominal dan bunga riil. Tingkat bunga yang dibayar oleh bank adalah tingkat bunga nominal dan kenaikan dalam daya beli masyarakat adalah tingkat bunga riil. Hubungan antara ketiga variabel tersebut dalam dinyatakan dalam persamaan Fischer sebagai berikut: r = i – π dimana, r : real interest rate (tingkat bunga riil) i : nominal interest rate (tingkat bunga nominal) π : tingkat inflasi Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi dengan tingkat inflasi. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa perubahan tingkat bunga dapat terjadi karena adanya perubahan tingkat bunga riil atau perubahan tingkat inflasi. 
b. Teori Klasik tentang Tingkat Bunga 
Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi pengeluaran konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga tergantung fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Seseorang akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar untuk dana investasi   tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka investor akan terdorong untuk melakukan investasi, karena biaya penggunaan dana juga semakin kecil.  
c. Teori Keynesian 
Menurut Keynesian tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP. 
Tingkat suku Dana 
Bentuk kekayaan dalam uang kas tidak dapat memberikan penghasilan, sebaliknya kekayaan dalam bentuk surat berharga di mana harganya dapat naik turun tergantung dari tingkat bunga (apabila tingkat bunga naik harga surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss. Surat berharga juga mendatangkan pendapatan yang berupa bunga. Dengan anggapan bahwa investor tidak suka risiko (risk averters) maka mereka akan mau memegang bentuk kekayaan yang risikonya tinggi apabila didorong dengan tingkat bunga yang tinggi pula. Semakin banyak surat berharga dalam susunan kekayaan, risikonya juga semakin tinggi. d. Teori Paritas Tingkat Bunga Teori paritas tingkat bunga menyatakan bahwa Dalam sistem divisa bebas tingkat bunga di suatu negara akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain. Setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu terhadap nagara yang lain. Secara aljabar : 
Dimana : 
Rn : Tingkat bunga ( nominal ) di dalam negeri 
Rf : Tingkat bunga ( nominal ) di luar negeri 
E* : Laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi

Pengertian Tingkat Suku Bunga (skripsi dan tesis)

  Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau dapat juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Suku Bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan dalam presentase) (Mishkin, 2008). Oleh karena itu, bunga juga dapat diartikan sebagai uang yang diperoleh atas pinjaman yang diberikan. Suku bunga dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Suku bunga nominal adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan. 2. Suku bunga riil adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.

Fungsi Nilai Tukar ( Kurs ) (skripsi dan tesis)

 Penentuan sistem nilai tukar merupakan hal penting bagi perekonomian suatu negara karena hal tersebut merupakan satu alat yang dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengisolasi perekonomian suatu negara dari gejolak perekonomian global. Pada dasarnya kebijakan nilai tukar yang ditetapkan suatu negara mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu : 1) Untuk mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran dengan sasaran akhir menjaga kecukupan cadangan devisa. 2) Untuk menjaga kestabilan pasar domestik. Fungsi ini untuk menjaga agar nilai tukar tidak dijadikan alat untuk spekulasi. 3) Sebagai instrument moneter khususnya bagi negara yang menerapkan suku bunga dan nilai tukar sebagai sasaran operasional kebijakan moneter. 4) Sebagai nominal anchor dalam pengendalian inflasi. Nilai tukar banyak digunakan oleh negara - negara yang mengalami chronic inflation sebagai nominal anchor baik melalui pengendalian depresiasi nilai tukar maupun dengan membuat taraf nilai tukar suatu negara dengan suatu mata uang asing.

Sistem Nilai Tukar Mata Uang (skripsi dan tesis)

Terdapat tiga kelompok besar sistem nilai tukar mata uang yang diterapkan oleh berbagai negara di dunia, yaitu:
 a. Freely Flexible (Freely Floating)
 Exchange Rate System Pada sistem ini, nilai mata uang dibiarkan mengambang bebas dan nilai tukarnya ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terdapat di pasar. Dalam sistem ini tidak terdapat tindakan intervensi yang dilakukan pemerintah (Bank Sentral) untuk mempengaruhi nilai tukarnya. 
 b. Fixed (Pegged) Exchange Rate System
 Pada sistem fixed exchange rate, pemerintah berperan aktif melakukan intervensi dalam pasar valuta asing untuk mempertahankan pergerakan nilai tukar suatu mata uang agar berada pada suatu acuan nilai tukar tertentu. 
c. Managed/Controlled (Semi Pegged) Exchange Rate System 

Pada sistem mengambang terkendali ini, fluktuasi nilai tukar diambangkan dalam suatu rentang (band) intervensi tertentu. Bank Sentral tetap berperan dalam melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar mata uang tersebut ke dalam rentang nilai tukarnya semula apabila fluktuasi melebihi batas intervensi yang diperkenankan 

Teori Nilai Tukar (skripsi dan tesis)

 Nilai Tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhdap mata uang negara lain (Obsfelt, 2000). Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw,2003). Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga di luar negeri. Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini: Q = SP/P* di mana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri. A. Traditional Theories Traditional Theories terdiri dari Teori Purchasing Power Parity dan Teori Elastisitas.

 1. Teori Purchasing Power Parity 
Teori ini menyatakan bahwa perbandingan nilai tukar suatu mata uang dengan mata uang lain ditentukan oleh tenaga beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di masing-masing negara. Pada pokoknya ada dua versi teori puchasing power parity, yakni interpertasi absolut dan relatif.  Menurut interpertasi absolut puchasing power parity, perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing negara. Interpertasi relatif merupakan apabila terjadi perubahan harga yang berberda di kedua negara, maka kurs haruslah mengalami perubahan pula. 
2. Teori Elastisitas 
Teori elastisitas mengatakan bahwa nilai tukar adalah harga dari valuta asing untuk mempertahankan neraca pembayaran internasional suatu negara agar tetap berada pada tingkat ekuilibrium. Dengan kata lain, respons nilai tukar terhadap perubahan dalam neraca perdagangan sangat dipengaruhi oleh elastisitas permintaan terhadap perubahan harga. Jika elastisitas permintaan bersifat inelastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor dalam neraca pembayaran internasional akan sangat kecil. Akibatnya, nilai tukar harus melakukan penyesuaian secara tajam untuk menghilangkan defisit neraca pembayaran internasional. Jika elastisitas permintaan bersifat elastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor akan sangat berpengaruh bagi keseimbangan neraca pembayaran internasional sehingga hanya diperlukan sedikit penyesuaian dalam nilai tukar. 
B. Modern Monetary Theories on Short Term Exchange Rate Volayility 
Teori ini memperlihatkan adanya peran pasar modal dalam jangka pendek dan peran bursa komoditi dalam jangka panjang terhadap fluktuasi nilai tukar. Teori ini mengatakan bahwa adanya perbedaan nilai tukar dan perbedaan dalam purchasing power parity adalah karena adanya suatu perubahan dalam permintaan dan penawaran terhadap aset-aset keuangan. Teori Purchasing Power Parity juga diperluas dengan menyertakan variabel-variabel, seperti jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga, dan pendapatan riil, dalam menentukan tingkat nilai tukar antar dua negara.
 C. Synthesis of Traditional and Modern Monetary Views
Menurut teori ini, dinamika perubahan yang terjadi di pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang) lebih cepat jika dibandingkan dengan perubahan di pasar barang komoditi. Dalam jangka pendek, fluktuasi nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam pasar modal dan dalam jangka panjang fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di pasar barang

Pengertian Nilai Tukar (Kurs) (skripsi dan tesis)

  Menurut Nordhaus (1996 : 450) secara sederhana kurs valuta asing adalah harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. Kurs suatu mata uang akan berfluktuasi sesuai dengan permintaan dan penawaran uang tersebut. Namun dalam prakteknya, hal itu tergantung pada bentuk pasar valas tersebut yang mana bentuk pasar valas ini akan dipengaruhi oleh macam exchange ratenya. Menurut Fischer (1992) Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing yang dikenal ada empat jenis yakni:

 A. Selling Rate ( kurs jual ) yakni kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.
 B. Middle Rate ( kurs tengah ) adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh bank sentral pada suatu saat tertentu, 
C. Buying Rate ( kurs beli ) adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu, D. Flat Rate ( kurs flat ) adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveller chaque, dimana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainya. 
 Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang didefinisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjualbelikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang. Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (market mechanism) dan umumnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu: 
a. Depresiasi (depreciation) adalah penurunan harga mata uang nasional berbagai terhadap mata uang asing lainya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism),
 b. Appresiasi (appreciation) adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism),
 c. Devaluasi (devaluation), adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara, 18 d. Revaluasi (revaluation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara

Teori – Teori Nilai Tukar (skripsi dan tesis)

 


Teori nilai tukar secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu teori
nilai tukar tradisional yang didasarkan pada arus perdagangan dan paritas
daya beli sekaligus menjelaskan pergerakan nilai tukar dalam jangka
panjang dan teori nilai tukar modern yang memusatkan perhatian pada
pasar modal dan dan arus permodalan internasional dan juga menjelaskan
gejolak nilai tukar dalam jangka pendek.
2.1.3.1 Pendekatan Perdagangan atau Pendekatan Elastisitas terhadap
pembentukan Nilai Tukar
Pendekatan ini melihat bahwa nilai tukar antara dua mata uang
dari dua negara dapat ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan
barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut.
Menurut pendekatan ini keseimbangan nilai tukar adalah nilai tukar
yang dapat menyeimbangkan nilai ekspor dan juga impor dari suatu
Negara. Apabila impor negara tersebut lebih besar daripada ekspor
maka terjadi defisit perdagangan sehingga nilai tukar dapat
mengalami penurunan mata uang (depresiasi). Depresiasi mata uang
akan memicu pengurangan impor dan menaikkan tingkat ekspor
guna memulihkan keadaan neraca perdagangan. Karena kecepatan
proses penyesuaian tersebut ditentukan oleh seberapa elastic ekspor
dan impor terhadap nilai tukar, maka pendekatan ini juga disebut
pendekatan elastisitas.
2.1.3.2 Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity/ PPP)
Teori ini didasarkan pada hukum saru harga (one law price)
yang menyatakan bhwa nilai tukar mata uang pada mata uang lain
didasarkan pada tingkat harga kedua Negara tersebut. Pada teori ini
terdapat dua versi yaitu versi absolut dan versi relative.
2.1.3.2.1 Versi Absolut
Dalam versi absolute menganggap, misalnya 1 USD sama
dengan Rp 15.000 dan jika pemerintah menetapkan nilai
tukar sebesar Rp 10.000 maka nilai Rupiah dapat dikatakan
overvaluation dan jika pemerintah menetapkan nilai tukar
sebesar Rp 16.000 maka nilai Rupiah dikatakan
undervaluation. Dalam versi ini, teori PPP dianggap kurang
realistis, sehingga muncul versi lain yaitu versi relative.
2.1.3.2.2 Versi Relatif
Versi relative menganggap kedua barang tidak realistis jika
hanya dibandingkan dengan satu harga saja, karena pada
kenyataan apabila dikirim ke negara lain membutuhkan
biaya (transport, tariff dan kuota) dan biaya – biaya tersebut
akan berbeda pada setiap negara. Versi relative ini
kemudian mempertimbangkan biaya tersebut selain
penyesuaian hukum satu harga.
2.1.3.3 Pendekatan Moneter terhadap Pembentukan Nilai Tukar dan
Lonjakan Nilai Tukar
Pada pendekatan moneter menyatakan bahwa nilai tukar
terbentuk akibat proses penyeimbangan total permintaan dan
penawaran mata uang nasional di masing-masing Negara. Penawaran
pada suatu negara diasumsikan ditetapkan secara independen oleh
oleh otoritas moneter dari negara yang bersangkutan. Namun
permintaan uang ditentukan oleh tingkat pendapatan riil negara
tersebut atau tingkat harga umum yang berlaku serta tingkat suku
bunga.
2.1.3.4 Pendekatan Keseimbangan Portofolio terhadap Pembentukan Nilai
Tukar
Pada pendekatan ini ditekankan bahwa nilai tukar
sesungguhnya terbentuk karena proses penyamaan dan penyeimbang
total penawaran dan permintaan asset-aset finansial, seperti saham
dan juga obligasi pada setiap negara