Saturday, January 27, 2024

Pengertian Kualitas Audit

 


Menurut Indra Bastian (2014:186) kualitas audit adalah yang dimulai dari
melakukan perencanaan terlebih dahulu sebelum melaksanakan pemeriksaan dan
menggunakan keahlian serta kecermatan dalam menjalankan profesinya (Indra
Bastian, 2014:186).
Sedangkan menurut Amir Abadi Jusuf (2017:50) kualitas audit adalah sebagai
berikut :
Suatu proses untuk memastikan bahwa standar auditing yang berlaku
umum diikuti dalam setiap audit, KAP mengikuti prosedur pengendalian
kualitas audit yang membantu memenuhi standar-standar secara konsisten
pada setiap penugasannya.
Definisi kualitas audit menurut Arens, et. al, (2015:103) sebagai berikut :
Kualitas audit adalah bagaimana cara memberitahu seorang audit
mendeteksi salah saji material laporan dalam laporan keuangan, aspek
deteksi adalah cerminan dari kompetensi auditor, sedangkanpelaporan
adalah cerminan dari integritas auditor, khususnya independesi auditor.

Pengertian Audit

 


Menurut Mulyadi (2016:8) audit adalah sebagai berikut :
Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara
pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan, ditinjau
dari sudut profesi akuntan publik, audit adalah pemeriksaan secara objektif
atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan
untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, dan hasil usaha
perusahaan atau organisasi tersebut.
Sedangkan Menurut Al Haryono Jusup (2014: 11) audit adalah sebagai berikut:
Pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakantindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan
tingkat kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Definisi audit menurut Miller and Bailley dalam Abdul Halim (2015: 3) :
Audit adalah tinjauan metode dan pemeriksaan objektif atas suatu item,
termasuk verifikasi informasi spesifik sebagaimana ditentukan oleh
auditor atau ditetapkan oleh praktik umum, tujuannya untuk menyatakan
pendapat atau mencapai kesimpulan tentang apa yang diaudit.

Konsep Materalitas

 


Peran konsep materialitas adalah untuk mempengaruhi
kuantitas dan kualitas informasi akuntansi yang dibutuhkan oleh
auditor dalam membuat pertimbangan berkaitan bukti audit. Konsep
materialitas menjelaskan bahwa tidak semua informasi keuangan
diperlukan dalam akuntansi, tetapi informasi material harus
disajikan. informasi yang tidak material seharusnya diabaikan atau
dihilangkan. Hal tersebut dapat dianalogikan bahwa konsep
materialitas juga tidak memandang sepenuhnya pada semua
kesalahan, hanya kesalahan yang mmpunyai pengaruh material yang
harus diperbaiki.
Menurut Boynton et.al., (2006) menjelaskan konsep
materialitas dapat mempengaruhi proses audit dengan cara :
a. Auditor membuat keputusan material ketika suatu
perencanaan dalam mengambil keputusan yang penting
tentang ruang lingkup audit. Material adalah konsep yang
bermakna untuk memungkinkan auditor menetukan kesalah
penyajian yang dapat memperngaruhi pengguna laporan
keuangan.
b. Konsep material dapat membantu auditor dalam proses
penilaian audit dengan mengumpulkan bukti audit, auditor
harus dapat menilai audit secara signifikan.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertimbangan Material

 


Arens (2008:236), mengatakan terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi materialitas yaitu sebagai berikut :

  1. Konsep yang bersifat relative ketimbang absolute
    Salah saji dalam jumlah tertentu mungkin saja material untuk
    perusahaan kecil tetapi dapat saja tidak material bagi perusahaan
    besar. Jadi, tidak mungkin menetapkan pedoman nilai dolar
    untuk penilaian awal tentang materialitas yang berlaku.
  2. Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi material
    Materialitas bersifat relatif. diperlukan dasar untuk menentukan
    apakah salah saji itu material. Laba bersih sebelum pajak
    seringkali menjadi dasar untuk menentukan berapa jumlah yang
    material bagi perusahaan yang berorientasi laba. Karena jumlah
    ini dianggap menggunakan dasar utama yang berbeda karena
    laba bersih sering berfluktuasi cukup besar dari tahun ke tahun,
    sehingga tidak memberikan dasar yang stabil sehingga tidak
    memberikan dasar yang stabil. Atau entitasnya adalah organisasi
    nirlaba.
  3. Faktor-faktor kualitatif
    Jenis salah saji ditentukan mungkin lebih penting bagi para
    pemakai salah saji lainnya, sekalipun nilai dolarnya sama.
    sebagai contoh :
    a. Jumlah yang terlibat dalam kecurangan dianggap lebih
    penting daripada kesalahan yang tidak disengaja dengan
    nilai dolar yang sama, karena kecurangan tersebut
    mencerminkan kejujuran dan keandalan menejemen atau
    personil lain yang terlibat.
    b. Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi materialitas
    jika ada keumungkinan konsekuensi dari kewajiban
    kontarktual.
    c. Salah saji yang seberanya tidak material dapat saja menjadi
    material jika mempengaruhi tren pendapatan.

Menentukan Pertimbangan Materialitas

 


Pertimbangan materialitas bukanlah penilaian yang dibuat
tanpa dasar. Pertimbangan materialitas merupakan pertimbangan
professional yang dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang
kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan dan meletakkan
keyakinan yang cukup dalam laporan keuangan. Pertimbangan
materialitas tersebut dihubungkan dengan keadaan disekitarnya.
Keadaan yang melingkupinya mengandung arti dalam menentukan
materialitas faktor keadaan entitas perlu diperhatikan (Dewi, 2011).
The American Accounting Association (AAA)
mengklasifikasi faktor yang dipertimbangkan dalam pertimbangan
materialitas tersebut :
a. Karateristik-karateristik yang mempunyai signifikan kuantitatif

  1. Besarnya suatu item (lebih besar/kecil) relatif terhadap
    pengharapan normal.
  2. Besarnya suatu item relatif terhadap item-item serupa
    (relative terhadap total pendapatan untuk periode
    tersebut dan lainnya).
    b. karateristik-karateristik yang mempunyai signifikasi kualitatif
  3. Tindakan bawahan penting, kegiatan atau kondisi yang
    tercerminkan (tidak bias, tidak terduga, pelanggaran
    terhadap kontrak).
  4. Sifat bawahan penting terhadap suatu item sebagai
    indikator kemungkinan kejadian dimasa depan
    (pemikiran tentang perubahan dalam praktek bisnis
    dll).

Pengertian Materialitas

 


Materialitas adalah jumlah nilai yang dihilangkan atau salah
saji informasi akuntansi, mengingat keadaan sekitarnya, yang dapat
menyebabkan perubahan pengaruh penilaian masyarakat terhadap
kepercayaan atas informasi karena kelalaian atau salah saji tersebut
(Mulyadi, 2002:158). Sedangkan menurut FASB Statement of
Financial Accounting Concept No. 2 yang dikutip oleh William C,
Boynton (2003:200) materialitas adalah sejumlah atau besarnya
kekeliruan atau salah saji dalam kaitannya dengan kondisi yang
bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan
keputusan yang berkepentingan berubah terpengaruh oleh salah saji.
Konsep materialitas menyatakan bahwa tidak semua
informasi keuangan dikomunikasikan dalam laporan akuntansi,
hanya informasi yang material yang seharusnya disajikan (Christian,
2012). Pertimbangan auditor mengenai materialitas materialitas
merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi
auditor atas kebutuhan orang yang memiliki pengetahuan memadai
dan yang akan menaruh kepercayaan terhadap laporan keuangan
(IAPI, 2001).
Standar yang tinggi dalam praktik akuntansi akan
memecahkan masalah yang berkaitan dengan konsep material.
Pedoman materialitas yang beralasan, yang diyakini oleh sebagian
besar anggota profesi akuntan adalah standar yang berkaitan dengan
infromasi laporan keuangan bagi para pemakai, akuntan harus
menentukan berdasarkan pertimbangan tentang besarnya suatu
informasi yang dikatakan material (Dewi, 2011).

Pengertian Pengalaman Audit

 


Kovinna dan Betri (2013) mengatakan pengalaman
merupakan suatu pembelajaran dan penambahan perkembangan
potensi perilaku dari pendidikan formal maupun non formal atau
bisa juga diartikan sebagai proses yang membawa seseorang pada
pola perilaku yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Asih (2006:26)
pengalaman auditor adalah pengalaman dalam melakukan audit
laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, jumlah penugasan
dan jenis perusahaan yang pernah ditangani. Pengalaman yang lebih
akan menghasilkan pengetahuan yang lebih dalam pertimabangan
tingkat materialitas (Noviyani, 2002).
Pengalaman kerja dianggap sebagai faktor penting dalam
memprediksi dan mengevaluasi kinerja auditor dalam melakukan
audit.Pengalaman auditor dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam mendeteksi kekeliruan yang
terjadi.Bertambahnya pengalaman kerja auditor yang juga
meningkatkan ketelitian dalam melakukan audit. Pemeriksaan yang
dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi akanmeningkatkan
ketelitian dalam melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan yang
dilakuka dengan tingkat ketelitian yang tinggi akan menghasilkan
laporan audit yang berkualitas. Sebagaimana disebutkan dalam
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), persyaratan auditor
independen adalah orang-orang yang memiliki pendidikan dan
pengalaman yang memadai yang biasanya diperoleh dari praktik
sebagai auditor independen.