Sunday, February 18, 2024

Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

 


Ada dua faktor yang mempengaruhui kepuasan kerja, yaitu faktor
yang ada pada diri pegawai dan faktor pekerjaannya (Mangkunegara,
2009).

  1. Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecerdasan khusus, umur, jenis
    kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja,
    kepribadian, emosi, cara berfikir, persepsi, dan sikap kerja.
  2. Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat
    (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial,
    kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.
    Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah (Sutrisno,
    2009):
    a. Kesempatan untuk maju. Dalam hal ini, ada tidaknya kesempatan
    untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama
    kerja.
    b. Keamanan kerja. Faktor ini disebut sebagai penunjang kepuasan kerja,
    baik bagi karyawan. Keadaan yang aman sangat mempengaruhi
    perasaan karyawan selama kerja.
    c. Gaji. Gaji lebih banyak menyebabkan ketidakpuasan, dan jarang orang
    mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang
    diperolehnya.
    d. Perusahaan dan manajemen. Perusahaan dan manajemen yang baik
    adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil.
    e. Pengawasan. Sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat
    berakibat absensi dan turnover.
    f. Faktor Intrinsik dari pekerjaan. Atribut yang ada dalam pekerjaan
    mensyaratkan keterampilan tertentu. Sukar dan mudahnya serta
    kebanggaan akan tugas dapat meningkatkan atau mengurangi
    kepuasan.
    g. Kondisi kerja. Termasuk di sini kondisi kerja tempat, ventilasi,
    penyiaran, kantin dan tempat parkir.
    h. Aspek sosial dalam pekerjaan. Merupakan salah satu sikap yang sulit
    digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas
    atau tidak puas dalam bekerja.
    i. Komunikasi. Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak
    manajemen banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam
    hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar,
    memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya
    sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap kerja.
    j. Fasilitas. Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan
    merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan
    menimbulkan rasa puas.

Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

 


Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi,
yaitu (Allen dan Meyer, 1990):

  1. Karakteristik pribadi individu
    Karakteristik pribadi terbagi kedalam dua variabel, yaitu variabel
    demografis dan variabel disposisional. Variabel demografis mencakup
    gender, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan lamanya seseorang
    bekerja pada suatu organisasi. Sedangkan variabel disposisional mencakup
    kepribadian dan nilai yang dimiliki anggota organisasi. Variabel
    disposisional ini memiliki hubungan yang lebih kuat dengan komitmen
    berorganisasi, karena adanya perbedaan pengalaman masin-masing
    anggota dalam organisasi tersebut.
  2. Karakteristik organisasi
    Yang termasuk dalam karakteristik organisasi itu sendiri yaitu: struktur
    organisasi, desain kebijaksanaan dalam organisasi dan bagaimana
    kebijaksanaan organisasi tersebut disosialisasikan.
  3. Pengalaman organisasi
    Sedangkan pengalaman berorganisasi tercakup ke dalam kepuasan dan
    motivasi anggota organisasi selam berada dalam organisasi, perannya
    dalam organisasi tersebut, dan hubungan antara anggota organisasi dengan
    supervisor atau pimpinannya

Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Organisasi

 

  1. Karakteristik pribadi individu
    Karakteristik pribadi terbagi kedalam dua variabel, yaitu variabel
    demografis dan variabel disposisional. Variabel demografis mencakup
    gender, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan lamanya seseorang
    bekerja pada suatu organisasi. Sedangkan variabel disposisional mencakup
    kepribadian dan nilai yang dimiliki anggota organisasi. Variabel
    disposisional ini memiliki hubungan yang lebih kuat dengan komitmen
    berorganisasi, karena adanya perbedaan pengalaman masin-masing
    anggota dalam organisasi tersebut.
  2. Karakteristik organisasi
    Yang termasuk dalam karakteristik organisasi itu sendiri yaitu: struktur
    organisasi, desain kebijaksanaan dalam organisasi dan bagaimana
    kebijaksanaan organisasi tersebut disosialisasikan.
  3. Pengalaman organisasi
    Sedangkan pengalaman berorganisasi tercakup ke dalam kepuasan dan
    motivasi anggota organisasi selam berada dalam organisasi, perannya
    dalam organisasi tersebut, dan hubungan antara anggota organisasi dengan
    supervisor atau pimpinannya

Pengertian Komitmen Organisasi

 


Menurut Greenberg dan Baron (2003), komitmen organisasi adalah
derajat dimana karyawan terlibat dalam organisasinya dan berkeinginan
untuk tetap menjadi anggotanya, dimana didalamnyamengandung sikap
kesetiaan dan kesediaan karyawan untuk bekerja secara maksimal bagi
organisasi tempat karyawan tersebut bekerja.
Menurut Luthans (2006), komitmen organisasi adalah keinginan
kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu, keinginan untuk
berusaha keras sesuai dengan keinginan organisasi dan keyakinan tertentu
juga penerimaan nilai dan tujuan organisasi.
Menurut McShane dan Von Glinow (2008), komitmen organisasi
merupakan pengaruh yang paling kuat, dimana orang mengidentifikasi
terhadap permintaan dan sangat termotivasi untuk melaksanakannya,
bahkan ketika sumber motivasi tidak lagi hadir. 

Faktor yang Mempengaruhi Work-life Balance

 


Menurut Schabracq (2003), terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi work-life balance seseorang, yaitu sebagai berikut:
a. Karakteristik Kepribadian, Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan
kerja dan di luar kerja. Terdapat hubungan antara tipe attachment yang
didapatkan individu ketika masih kecil dengan work-life balance.
Individu yang memiliki secure attachment cenderung mengalami
positive spillover dibandingkan individu yang memiliki insecure
attachment.
b. Karakteristik Keluarga, Menjadi salah satu aspek penting yang dapat
menentukan ada tidaknya konflik antara pekerjaan dan kehidupan
pribadi. Misalnya konflik peran dan ambigiunitas peran dalam
keluarga dapat mempengaruhi work-life balance.
c. KarakteristikPekerjaan, Meliputi pola kerja, beban kerja dan jumlah
waktu yang digunakan untuk bekerja dapat memicu adanya konflik
baik konflik dalam pekerjaaan maupun konflik dalam kehidupan
pribadi.
d. Karakteristik Sikap, Merupakan evaluasi terhadap berbagai aspek
dalam dunia sosial. Dimana dalam dalam sikap terdapat komponen
seperti pengetahuan, perasaan-perasaan dan kecenderungan untuk
bertindak. Sikap dari masing-masing individu merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi work-life balance.

Dimensi Work-Life Balance

 


Menurut Fisher (2009), terdapat empat dimensi work-life balance,
yaitu:

  1. Work Interference With Personal Life (WIPL).
    Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat mengganggu
    kehidupan pribadi individu. Misalnya, bekerja dapat membuat seseorang
    sulit mengatur waktu untuk kehidupan pribadinya.
  2. Personal Life Interference WithWork (PLIW).
    Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi individu
    mengganggu kehidupan pekerjaannya. Misalnya, apabila individu
    memiliki masalah didalam kehidupan pribadinya, hal ini dapat
    mengganggu kinerja individu pada saat bekerja.
  3. Personal Life Enhancement Of Work (PLEW).
    Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang dapat
    meningkatkan performa individu dalam dunia kerja. Misalnya, apabila
    individu merasa senang dikarenakan kehidupan pribadinya menyenangkan
    maka hal ini dapat membuat suasana hati individu pada saat bekerja
    menjadi menyenangkan.
  4. Work Enhancement Of Personal Life (WEPL).
    Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat meningkatkan
    kualitas kehidupan pribadi individu. Misalnya keterampilan yang diperoleh
    individu pada saat bekerja, memungkinkan individu untuk memanfaatkan
    keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Aspek Work-Life Balance

 


Menurut Hudson (2005), terdapat tiga aspek work-life balance
yaitu sebagai berikut:

  1. Time balance (Keseimbangan waktu)
    Keseimbangan waktu mengacu pada kesetaraan antara waktu yang
    diberikan seseorang untuk karirnya dengan waktu yang diberikan untuk
    keluarga atau aspek kehidupan selain karir. Waktu yang dibutuhkan dalam
    melaksanakan tugas dalam organisasi dan perannya dalam kehidupan
    individu tersebut, misalnya seorang karyawan di samping bekerja juga
    membutuhkan waktu untuk rekreasi, berkumpul bersama teman juga
    menyediakan waktu untuk keluarga.
  2. Involvement balance (Keseimbangan keterlibatan)
    Keseimbangan keterlibatan psikologis individu dalam memenuhi tuntutan
    peran dalam pekerjaan dan keluarga. Keseimbangan yang melibatkan
    individu dalam diri individu seperti tingkat stres dan keterlibatan individu
    dalam bekerja dan dalam kehidupan pribadinya.
  3. Statisfaction balance (Keseimbangan kepuasan)
    Tingkat kepuasan dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Kepuasan
    yang dirasakan, individu memiliki kenyamanan dalam keterlibatan di
    dalam pekerjaannya maupun dalam kehidupan diri individu tersebut.
    Sedangkan menurut Fisher (2009), aspek-aspek work-life balance
    adalah sebagai berikut:
    a. Waktu.Perbandingan antara waktu yang dihabiskan untuk bekerja dan
    waktu yang digunakan untuk aktivitas lain.
    b. Perilaku. Perbandingan antara perilaku individu dalam bekerja dan
    dalam aspek kehidupan yang lain.
    c. Ketegangan. Ketegangan yang dialami baik dalam pekerjaan maupun
    aspek kehidupan yang lain dapat menimbulkan konflik peran dalam
    diri individu.
    d. Energi. Perbandingan antara energi yang digunakan individu untuk
    menyelesaikan pekerjaannya dan energi yang digunakan dalam aspek
    kehidupan selain karir.