Menurut Hudson (2005), terdapat tiga aspek work-life balance
yaitu sebagai berikut:
- Time balance (Keseimbangan waktu)
Keseimbangan waktu mengacu pada kesetaraan antara waktu yang
diberikan seseorang untuk karirnya dengan waktu yang diberikan untuk
keluarga atau aspek kehidupan selain karir. Waktu yang dibutuhkan dalam
melaksanakan tugas dalam organisasi dan perannya dalam kehidupan
individu tersebut, misalnya seorang karyawan di samping bekerja juga
membutuhkan waktu untuk rekreasi, berkumpul bersama teman juga
menyediakan waktu untuk keluarga. - Involvement balance (Keseimbangan keterlibatan)
Keseimbangan keterlibatan psikologis individu dalam memenuhi tuntutan
peran dalam pekerjaan dan keluarga. Keseimbangan yang melibatkan
individu dalam diri individu seperti tingkat stres dan keterlibatan individu
dalam bekerja dan dalam kehidupan pribadinya. - Statisfaction balance (Keseimbangan kepuasan)
Tingkat kepuasan dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan. Kepuasan
yang dirasakan, individu memiliki kenyamanan dalam keterlibatan di
dalam pekerjaannya maupun dalam kehidupan diri individu tersebut.
Sedangkan menurut Fisher (2009), aspek-aspek work-life balance
adalah sebagai berikut:
a. Waktu.Perbandingan antara waktu yang dihabiskan untuk bekerja dan
waktu yang digunakan untuk aktivitas lain.
b. Perilaku. Perbandingan antara perilaku individu dalam bekerja dan
dalam aspek kehidupan yang lain.
c. Ketegangan. Ketegangan yang dialami baik dalam pekerjaan maupun
aspek kehidupan yang lain dapat menimbulkan konflik peran dalam
diri individu.
d. Energi. Perbandingan antara energi yang digunakan individu untuk
menyelesaikan pekerjaannya dan energi yang digunakan dalam aspek
kehidupan selain karir.
No comments:
Post a Comment