Thursday, March 30, 2023

Aspek-aspek kualitas hidup

 


Menurut Harper, Orley, Herrman, Schofield, Murphy & Sartorius (1998)
dari organisasi kesehatan dunia (WHO) aspek-aspek yang dapat dilihat dari kualitas
hidup, seperti:
a. Kesehatan fisik
Aspek kesehatan fisik terdiri dari nyeri dan ketidaknyamanan, tidur dan
beristirahat, tingkat energi dan kelelahan, mobilitas, aktivitas seharihari, kapasitas
dalam bekerja, dan ketergantungan pada obat dan perawatan medis. Kesehatan 
fisik juga mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan aktivitas.
Aktivitas yang dilakukan akan memberikan pengalaman baru yang merupakan
modal perkembangan ke tahap selanjutnya.
b. Kesehatan Psikologis
Aspek kesehatan psikologis ini terdiri atas berfikir; belajar; mengingat dan
konsentrasi, harga diri, penampilan dan citra tubuh, perasaan negatif, perasaan
positif serta spiritualitas. Aspek psikologis terkait dengan keadaan mental individu.
Keadaan mental mengarah pada mampu atau tidaknya individu menyesuaikan diri
terhadap berbagai tuntutan perkembangan sesuai dengan kemampuannya, baik
tuntutan dalam diri maupun dari luar dirinya.
c. Lingkungan
Lingkungan, seperti kebebasan; keselamatan fisik dan keamanan,
lingkungan rumah, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian sosial, peluang
untuk memperoleh keterampilan dan informasi baru, keikutsertaan dan peluang
untuk berekreasi, aktivitas di lingkungan, transportasi. Aspek lingkungan yaitu
tempat tinggal individu, termasuk di dalamnya keadaan, ketersediaan tempat tinggal
untuk melakukan segala aktivitas kehidupan, termasuk didalamnya adalah saran dan
prasarana yang dapat menunjang kehidupan.
Faktor-faktor tersebut dapat memberikan dampak negatif dan mempengaruhi
kualitas hidup pasien diabetes mellitus

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

 


Menurut Kumar & Majumdar (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup adalah:
a. Usia
Usia sangat mempengaruhi kualitas hidup individu, karena individu yang
semakin tua akan semakin turun kualitas hidupnya. Semakin bertambahnya usia,
munculnya rasa putus asa akan terjadinya hal-hal yang lebih baik dimasa yang akan
datang. Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian yang dilakukan oleh Ryff dan
Singer (2011) individu dewasa mengekspresikan kesejahteraan yang lebih tinggi
pada usia dewasa madya. 
b. Pendidikan
Pendidikan juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup, hal
tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahl dkk (2004)
menemukan bahwa kualitas hidup akan meningkat seiring dengan lebih tingginya
tingkat pendidikan yang didapatkan oleh individu. Hal tersebut terjadi karena
individu yang memiliki pendidikan yang rendah akan merasa tidakpercaya diri dan
merasa bahwa dirinya tidak berguna.
c. Status Pernikahan
Individu yang telah menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi
daripada individu yang tidak menikah. Karena pasangan yang menikah akan merasa
lebih bahagia dengan adanya pasangan yang selalu menemaninya.
d. Keluarga
Keluarga juga merupakan faktor yang mempengaruhi kualitas hidup.
Individu yang memiliki keluarga yang utuh dan harmonis akan lebih tinggi kualitas
hidupnya. Dikarenakan keluarga dapat memberikan dukungan dan kasih sayang
untuk meningkatkan kualitas hidup.

Dimensi yang mencakup dalam kualitas hidup

 


Menurut De Haan et al. (1993) dalam Rahmi (2011) kualitas hidup terkait
kesehatan harus mencakup dimensi yang diantaranya sebagai berikut :
a. Dimensi kesehatan fisik
Dimensi merujuk pada gejala-gejala yang terkait penyakit dan pengobatan yang
dijalani.
b. Dimensi fungsional
Dimensi ini terdiri dari perawatan diri, mobilitas, serta level aktivitas fisik seperti
kapasitas untuk dapat berperan dalam kehidupan keluarga maupun pekerjaan.
c. Dimensi psikologis
Meliputi fungsi kognitif, status emosi, serta persepsi terhadap kesehatan, kepuasan
hidup, serta kebahagiaan.
d. Dimensi hubungan sosial sosial
Meliputi penilaian aspek kontak dan interaksi sosial secara kualitatif maupun
kuantitatif.

Definisi kualitas hidup

 


Kualitas hidup menjadi istilah yang umum untuk menyatakan setatus
kesehatan, kendati istilah ini juga memiliki makna khusus yang memungkinkan
penentuan rangking penduduk menurut aspek objektif maupun subjektif pada status
kesehatan. Kualitas hidup yang berkaitan dengan kesehatan Health-related Quality
of Life (HQL) mencakup keterbatasan fungsional yang bersifat fisik maupun
mental, dan ekspresi positif kesejahtraan fisik, mental, serta spiritual. HQL dapat
digunakan sebagai sebuah ukuran integrative yang menyatukan mortalitas dan
morbidilitas, serta merupakan indeks berbagai unsur yang meliputi kematian,
morbidilitas, keterbatasan fungsional, serta keadaan sehat sejahtra (well-being)
MichealJ.Gibney, (2009).
Kualitas hidup diartikan sebagai istilah yang merujuk pada emosional,
sosial dan kesejahteraan fisik seseorang serta kemampuan aktifitas dalam
kehidupan sehari-hari, kualitas hidup dapat dikategorikan atas; kualitas hidup buruk
dengan skor 0-50 dan kualitas hidup baik 51-100 Donald, (2009).
Menurut Cohen & Lazarus (1893) dalam Larasati, (2012) kualitas hidup
adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu yang dapat
dinilai dari kehidupan mereka. Kualitas hidup individu tersebut biasanya dapat
dinilai dari kondisi fisiknya, psikologis, hubungan sosial dan lingkungannya
WHOQOL Group 1998 dalam Larasati, (2012).

Hubungan Daya Inovasi Terhadap Pengembangan Produk

 


produktivitas suatu perusahaan juga dilihat dari produk yang dihasilkan para
pelaku usaha haus dapat menarik minta para konsumen agar mereka tertarik untuk
membeli produk yang perusahaan tawarkan. Perusahaan dapat melakukan inovasi
produk agar lebih menarik minat konsumen, produk yang penuh inovasi akan
mempenagruhi nilai jual produk tersebut sehingga perusahaan akan mengalami
peningkatan dana. Menurut djoko wintoro (2008) dalam Prahasty ( 2014:3 )
menyatakan bahwa tujuan penting dari inovasi pemasaran adalah untuk
memperoleh informasi tentang prioritas dari pelanggan sehingga dapat secara
efektif dijangkau dan mengurangi biaya transaksi pelanggan. Sedangkan menurut
Handoko (2000:32) dalam Rini (2016:30) perusahaan berupaya menawarkan
produknya agar konsumen tertarik dan melakukan pembelian. Dengan demikian,
perusahaan harus bersaing dengan menguasai teknologi untuk mempersiapkan diri
menciptakan inovasi produk. Inovasi terpenting yang dapat dilakukan perusahaan
adalah pembaharuan yang menyangkut produk itu sendiri, karena produk menjadi
alasan utama seseorang untuk memilih dan membelinya. Konsumen akan
membuat keputusan untuk membeli suatu produk apabila produk tersebut
memiliki nilai lebih dibandingkan produk lainnya.
 

Hubungan Pengalaman Berwirausaha Terhadap Pengembangan Produk

 


Seseorang yang belum pernah terlibat dengan kegiatan usaha tidak memiliki
pengalaman mengelola usaha. Dengan demikian, tingkat keterlibatan seseorang
dalam suatu kegiatan usaha bisa menjadi tolak ukur pengalaman dalam
mengembangkan produknya. Menurut Riyanti (2003:37) dalam Wahyuni, dkk
(2014:4) berpendapat bahwa pengalaman dalam mengelola usaha memberi
pengaruh pada keberhasilan usaha skala kecil. Pengalaman ini bisa diperoleh 
berdasarkan pola pengasuhan orang tua yang berprofesi wirausaha, atau dari
pengalaman mengelola usaha sebelumnya. Dapat disimpulkan bahwa
pengalaman dalam berwirausaha dipeoleh bila seseorang terlibat secara
langsung dalam kegiatan-kegiatan usaha.

Hubungan Modal Usaha Terhadap Pengembangan Produk

 


Modal Kerja merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan karena
perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai operasinya seharihari, menurut Luna Haningsih ,2009:05). Modal kerja terlalu kecil atau kurang,
maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan langganan seperti
membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai dan upah buruh ataupun
kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus dilunasi. Tetapi bila mana modal
kerja cukup, akan dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dan
memungkinkan suatu perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin .