Showing posts with label judul kedokteran. Show all posts
Showing posts with label judul kedokteran. Show all posts

Friday, April 24, 2020

Mutu obat generik (skripsi dan tesis)


Masyarakat umumnya berpendapat bahwa obat generik adalah obat kelas dua, artinya mutunya kurang bagus. Obat generik pun kerap dicap obat bagi kaum tak mampu karena harganya yang terbilang murah membuat masyarakat tidak percaya bahwa obat generik sama kualitasnya dengan obat bermerk. Kualitas obat generik tidak kalah dengan obat bermerk karena dalam memproduksinya perusahaan farmasi bersangkutan harus melengkapi persyaratan ketat dalam Cara-cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dikeluarkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). (Arif,2004)
Para ahli farmasi menyatakan bahwa obat paten dan obat generik sama sekali tidak berbeda, kecuali pada nama dan harganya, harganya yang jauh lebih murah bukan berarti mutunya rendah, atau dibuat dari baku yang bermutu rendah, tetapi karena banyak factor-faktor biaya yang dapat dipangkas dalam produksi dan pemasaran misalnya pada biaya pengemasan dan juga biaya dalam periklanan, selain itu promosi obat ke dokter membuat obat paten mahal.


Pengertian tentang obat generik (skripsi dan tesis)


Ketika suatu industri farmasi mengembangkan obat baru, yang bersangkutan memiliki hak paten selama 15-20 tahun untuk memasarkan obat produknya tanpa diusik industri farmasi lain. Obat yang memiliki hak paten ini lazim disebut obat originator. Setelah masa paten terlewati, industri farmasi lain boleh memproduksi obat yang kandungan zat aktifnya sama. Ini yang disebut sebagai obat generik. Jika obat generik diberi logo, disebut obat generik berlogo (Dwiprahasto, 2010).
Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No. 085/Menkes/Per.1/ 1989 tanggal 28 Januari 1989, yang dimaksud dengan obat generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar lainnya untuk zat berkasiat yang dikandungnya.


Pengertian Kesehatan (skripsi dan tesis)


Kesehatan sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa ada gangguan yang menghalanginya. Setiap orang ingin selalu sehat itu merupakan hal yang wajar karena karena sempurna apapun keadaan seseorang, bila terkena sakit pasti tidak akan merasa senang dan tidak dapat memanfaatkan segala kemampuan yang dimilikinya tersebut.
Departemen kesehatan dengan bersumber pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa: Sehat adalah sejahtera jasmani, rohani dan sosial bukan hanya bebas dari penyakit, ataupun kelemahan.
Menurut batasan ilmiah dan teori kesehatan WHO, sehat atau kesehatan telah dirumuskan dalam Undang – Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 sebagai berikut : “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi”. Notoatmodjo (2005:2) menjelaskan kesehatan yaitu:  ‘kesehatan adalah keadaan seseorang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan kegiatan sehari – hari, dan sebagainya.’ ‘Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik, mental dan social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi’ (Poltekes Depkes 2010:64)
Kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan (sesuai dengan definisi pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009) adalah keadaaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Hartini dan Sulasmono, 2010).

Rekam Medis (skripsi dan tesis)


Secara sederhana dapat dikatakan bahwa rekam medis adalah kumpulan keterangan tentang identitas, hasil anamnesis, pemeriksaan, dan catatan kegiatan pelayanan kesehatan atas pasien dari waktu ke waktu. Catatan ini berupa tulisan atau gambar, dan belakangan ini dapat berupa pula rekaman elektronik, seperti komputer, mikrofilm,  dan rekaman suara (Tunggal 2010).
Bila ditelusuri lebih jauh, rekam medis mempunyai hukum kedisiplinan dan etik petugas kesehatan, kerahasiaan, keuangan, mutu mutu serta manajemen rumah sakit dan audit medis. Secara umum kegunaan rekam medis adalah sebagai berikut: (Tunggal 2010).
a.       Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien
b.      Sebagai dasar untuk perencanaan pengobatan/perawatan yang harus diberikan kepada pasien.
c.       Sebagai bukti tertulis berkunjung/dirawat dirumah sakit.
d.      Sebagai dasar analisa, studi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.
e.       Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
f.       Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan.
g.      Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis pasien.
h.      Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan.

Rumah Sakit (skripsi dan tesis)


Rumah sakit adalah institusi (atau fasilitas) yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, ditambah dengan beberapa penjelasan lain. Sementara itu, Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik, dan subspesialistik (Tunggal 2010).
            Fungsi rumah sakit berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 5 sebagai berikut :
a.       Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.
b.      Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
c.       Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
d.      Penyelengaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Peresepan Antibiotik Irasional (Rani 2010) (skripsi dan tesis)


Penggunaan obat yang tidak rasional (irasional) merupakan masalah yang kadang-kadang terjadi karena maksud baik dan perhatian dokter. Menurut departemen kesehatan peresepan irasional dapat dikelompokkan menjadi :
1).  Peresepan berlebih (over prescribing), yaitu jika memberikan obat yang sebenarnya tidak diperlukan untuk penyakit yang bersangkutan, misalnya pemberian vitamin sementara pasien tidak menunjukkan gejala defisiensi  vitamin.
2). Peresepan kurang (under prescribing), yaitu jika pemberian obat kurang dari yang seharusnya diperlukan, baik dalam dosis jumlah maupun lama pemberian. Tidak diresepkan obat yang tidak diperlukan untuk penyakit yang diderita juga termasuk dalam ketegori ini.
3). Peresepan majemuk (multiple prescribing), yaitu mencakup pemberian beberapa obat untuk indikasi yang sama.
4). Peresepan salah (incorect prescribing), yaitu mencakup pemberian obat untuk indikasi yang keliru, pada kondisi yang sebenarnya kontra indikasi pemberian obat, memberikan kemungkinan resiko efek samping yang lebih, pemberian informasi yang keliru mengenai obat yang diberikan pada pasien dan sebagainya.

Konsep Penggunaan Obat Yang Rasional (Rational Drug Therapy/RDT (Priyanto 2009) (skripsi dan tesis)

a.     
1). Pemilihan obat yang tepat yaitu : efektif, aman, dan dapat diterima dari segi mutu dan biaya serta diresepkan pada waktu yang tepat, dosis yang benar, cara pemakaian yang tepat, dan jangka waktu yang benar.
2).  Menurut WHO : penggunaan obat yang efektif, aman, murah, tidak polifarmasi, individualisasi, pemilihan obat atas dasar-dasar obat yang telah ditentukan bersama.
3).  Pemberian obat yang rasional adalah pemberian obat yang mencakup hal-hal sebagai berikut (Rani D 2010)
a). Tepat diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat.
b). Tepat indikasi
Setiap obat memiliki spectrum terapi yang spesifik. Antibiotik , misalnya diindikasikan untuk infeksi bakteri.
c). Tepat obat
Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang memiliki efek terapi sesuai dengan spectrum penyakit.
d). Tepat dosis
Dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau timbul efek berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pada pasien anak-anak, lansia atau orang obesitas. Pada pasien tersebut paramedis harus mengerti cara mengkonversi dosis dari orang dewasa normal.
e).     Tepat rute
Jalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk kedalam tubuh. Jalur pemberian yang salah dapat berakibat fatal atau minimal obat-obat yang diberikan tidak efektif.
f). Tepat interval waktu pemberian
          Cara pemberian obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien.
g). Tepat lama pemberian
          Lama pemberian obat harus tepat sesuai penyakitnya masing-masing.
h).  Tepat dokumentasi
Aspek dokumentasi sangat penting dalam pemberian obat karena sebagai sarana untuk evaluasi. Dokumentasi pemberian obat yang harus dikerjakan meliputi nama obat, dosis, jalur pemberian, tempat pemberian, alasan kenapa obat di berikan, dan tandatangan yang memberikan.

Dosis Antibiotik Pada Anak (Priyanto 2009) (skripsi dan tesis)


Usia, berat badan, luas permukaan tubuh atau kombinasi faktor-faktor ini dapat digunakan untuk menghitung dosis anak dari dosis dewasa. Dari usia, berat badan (BB), luas permukaan tubuh (LPT), perhitungan dosis berdasarkan LPT adalah yang paling tepat. Kesulitan yang sering timbul dalam menghitung dosis berdasarkan LPT adalah menemukan tinggi badan dan berat badan secara akurat pada anak yang sedang sakit.Selain itu, kebanyakan informasi dosis dari industri untuk kebanyakan obat adalah berdasarkan berat badan.
Dalam menghitung LPT dapat berdasarkan nomogram west atau berdasarkan rumus berikut, yaitu berdasarkan akar hasil perkalian antara tinggi badan (TB) dengan berat badan (BB).
LPT = √TB (cm) x BB (kg)
                        3600
Selain itu juga dapat digunakan pedoman praktis seperti pada tabel berikut :
Tabel 2.  Dosis Neonatus dan Anak Berdasarkan Usia dan Berat Badan (BB)(Priyanto 2009)
Usia
Berat badan (Kg)
Dosis anak * 
(% dosis dewasa)
Neonatus
3,4
<12,5
1 bulan
4,2
<14,5
3 bulan
5,6
18
6 bulan
7,7
22
1 tahun
10
25
3 tahun
14
33
5 tahun
18
40
7 tahun
23
50
12 tahun
37
75

*   Dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh.
*   Untuk neonatus sampai 1 bulan gunakan dosis lebih rendah lagi, sesuai keadaan klinik pasien.

Antibiotik Untuk ISPA (skripsi dan tesis)


1).  Sefalosforin generasi III
Sefalosforin termasuk antibiotik beta-laktam dengan struktur, khasiat dan sifat yang banyak mirip dengan penisilin.Obat ini umumnya kurang efektif terhadap kuman gram positif dibandingkan sefalosforin generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap Enterobacteriaceaesp dan Pseudomonas aeruginosa (Sukandar 2008). Golongan sefalosforin generasi ketiga yang umum digunakan dalam terapi infeksi saluran pernafasan akut adalah :
a.       Sefiksim
          Sefiksim merupakan antibiotik golongan sefalosforin generasi ketiga yang diberikan secara oral.Obat ini biasa digunakan untuk terapi infeksi saluran kemih, otitis media, dan bronkhitis (Gunawan 2007).
b.      Seftriakson
Obat ini aktif terhadap kuman gram positif. Waktu paruhnya mencapai 8 jam (Gunawan 2007). Obat ini umum digunakan untuk infeksi saluran pernafasan akut (BPOM RI 2008).
c.       Sefotaksim
Sefotaksim bersifat anti pseudomonas sedang dan biasa digunakan untuk terapi infeksi karena kuman gram negatif (Tjay dan Kirana 2007). Obat ini umum digunakan untuk infeksi saluran pernafasan akut (Depkes 2005).


2).  Kotrimoksazol
Kotrimoksazol merupakan antibiotik golongan sulfonamida.Kombinasi ini dari sulfametoksazol dan trimetoprim bersifat bakterisid (Tjay dan Kirana 2007). Obat ini efektif terhadap bronkhitis, otitis media, dan sinusitis. Tetapi tidak dianjurkan untuk mengobati faringitis karena tidak dapat membasmi mikroba (Gunawan 2007).
3).  Klaritromisin
Klaritromisin adalah antibiotik golongan makrolida yang diindikasikan untuk infeksi saluran pernafasan (BPOM RI 2008). Efek samping berupa iritasi saluran pencernaan, lebih jarang dibandingkan eritromisin (Gunawan 2007).
4). Amoksisilin
Amoksisilin memiliki aktivitasyang sama dengan ampisilin. Obat ini diabsorbsi baik bila digunakan per oral dan tidak terganggu dengan adanya makanan, biasanya digunakan untuk penderita bronkhitis dan infeksi saluran kemih (Gunawan 2007).
5). Klindamisin
Clindamycin merupakan antibiotik makrolide yang termasuk ke dalam kelas lincosamide, dan Clindamycin seringkali digunakan untuk infeksi bakteri anaerob. Clindamycin bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri dengan menghambat translokasi ribosomal, Clindamycin dapat digunakan pada infeksi anaerob seperti abses, bisul/furuncle, infeksi pada gigi (pulpitis, abses periapikalis, gingivitis, dan paska operasi / pencabutan gigi), infeksi saluran nafas, infeksi jaringan lunak dan peritonitis. (Gunawan 2007).

Penggolongan Antibiotik (skripsi dan tesis)


Berdasarkan mekanisme kerjanya,antibiotik dibagi dalam lima kelompok yaitu :
1.      Menghambat metabolisme sel mikroba.
Antimikroba yang termasuk kelompok ini adalah sufonamid dan trimetoprim.
2.      Menghambat sintesis dinding sel mikroba
Obat yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosforin dan basitrasin.
3.      Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba
Obat yang termasuk kelompok ini ialah polimiksin dan golongan polien.
4.      Menghambat sintesis protein mikroba
Obat yang termasuk kelompok ini ialah golongan makrolid, tetrasiklin dan kloramfenikol.
5.      Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba
Obat yang termasuk kelompok ini ialah golongan aminoglikosid, makrolid, tetrasiklin dan kloramfenikol (Gunawan 2007).

Pengertian Antibiotik (skripsi dan tesis)


Antibiotik (Anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi atau bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil (Tjay dan Kirana 2007).
Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif mungkin.Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes (Gunawan 2007).

Terapi Antibiotik Untuk ISPA Anak (skripsi dan tesis)


Tabel 1. Terapi Antibiotik untuk Anak ISPA Menurut Dipiro (2009)
Penyakit
Antimikroba
Bronkitis
Amoksisilin 3x250 mg/kg/hari
Seftazidim 3x150mg/kg/hari
Faringitis
Amoksisilin 40-50 mg/kg/hari (dalam 3 dosis)
Eritromisin 40mg/kg/hari (dalam 2 dosis)
Sefaleksin 25-50 mg/kg/hari (dalam 4 dosis)
Otitis media
Amoksisilin 80-90 mg/kg/hari (dalam 2 dosis)
Klindamycin 30–40 mg/kg /hari (dalam 3 dosis)
Seftriakson 50mg/kg/hari
Pnemunia
Klaritromisin 15mg/kg/hari
Seftazidim 150mg/kg/hari
Seftriakson 50-75mg/kg/hari
Sefotaksim 75mg/kg/hari
Sinusitis
Amoksisilin 40-50 mg/kg/hari (dalam 3 dosis)
Kotrimoksazol 36-48mg/kg/hari ( dalam 2 dosis)
Klaritromisin 15mg/kg/hari (dalam 2 dosis)
Sefiksim 18mg/kg/hari (dalam 2 dosis)
Klindamycin 30–40 mg/kg /hari (dalam 3 dosis)

Pencegahan ISPA (Dini 2010)


Beberapa upaya untuk mencegah ISPA menurut Departemen Kesehatan (Depkes) tahun 2005 antara lain :
1.      Pemberian imunisasi, yaitu imunisasi campak pada usia 9bulan.
2.      Perbaikan gizi anak.
3.      Menjauhkan anak dari penderita ISPA.
4.      Menjaga agar lingkungan tempat tinggal tetap bersih dan menjaga kesehatan perorangan.

Penatalaksanaan ISPA (Hera 2010) (skripsi dan tesis)


   Menurut pedoman penatalaksanaan penyakit ISPA Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008, klasifikasi ISPA berdasarkan derajat keparahan penyakit, yaitu ISPA ringan, ISPA sedang dan ISPA berat.
1)      Infeksi Saluran Penafasan Akut ringan / non pneumonia :
Penatalaksanaannya cukup dilakukan di rumah tidak perlu dibawa kedokter atau puskesmas, cukup diberi obat yang dijual bebas di toko atau apotik.
2)      Infeksi Saluran Pernafasan Akut sedang :
Penatalaksanaannya memerlukan pengobatan dengan antimikroba, tetapi tidak dirawat. Tanda dan gejala : suhu lebih dari 39°C, pernafasan lebih dari 50 kali/menit, tenggorokan berwarna merah, pernafasan berbunyi seperti mendengkur atau mencuit-cuit dan telinga sakit.
3)      Infeksi Saluran Pernafasan Akut berat :
Penatalaksanaannya harus dirawat di rumah sakit atau puskesmas karena perlu mendapat perawatan dengan peralatan khusus seperti oksigen dan infus. Tandadan gejala : Bibir atau kulit membiru, tidak sadar atau kesadarannya menurun, pernafasan berbunyi mengorok dan tampak gelisah.

Etiologi ISPA (skripsi dan tesis)


Etiologi  ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan ricketsia. Bakteri penyebabnya adalah antara lain Streptococcus, Haemofilus, Bordetelia, dan Corynebacterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Miscovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, dan Herpesvirus (Kunoli 2013).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bawah (ISPAb) (skripsi dan tesis)


a). Bronkhitis
                   Inflamasi pada cabang trakheobronkial tidak termasuk alveoli.Tanda dan gejala dari bronkhitis akut adalah batuk, pilek, pusing, demam jarang hingga 390C. Batuk merupakan tanda utama dari bronkhitis, frekuensi batuk non produktif, tetapi berkepanjangan.Bronkhitis disebabkan oleh virus (Rhinovirus, Adenovirus) dan bakteri (Myoplasma pneumonia, Chlamydia pneumonia, Bordetella pertussis) (Sukandar dan Retnosari 2008). Diagnosis bronkhitis dilakukan dengan cara: Tes C-reactif protein (CRP) dengan sensitifitas sebesar 80-100%, namun hanya menunjukkan 60-70% spesifitas dalam mengidentifikasi infeksi bakteri. Metode lainnya adalah pemeriksaan sel darah putih (Depkes RI 2005).
  b). Pneumonia
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia merupakan suatu keadaan inflamasi, namun sangat sulit untuk membuat suatu definisi tunggal yang universal. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan. Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Insidens pneumonia pada anak.
Gejala berupa demam meningkat, batuk produktif sputum berwarna atau berdarah, nyeri dada, dan takikardia. Diagnosis berupa tes thorax dan tes darah (leukositosis meningkat, gas darah O2 arteri rendah). Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak <5 tahunAntibiotik intravena yang danjurkan adalah: ampisilin dan kloramfenikol, co-amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime (IDAI, 2009).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut atas (ISPA ) (skripsi dan tesis)


a). Sinusitis
Sinusitis adalah infeksi pada sinus yang disebabkan oleh streptococcus pneumonia 30-40% dan haemophilus influenza 20-30%.Gejala umum dari sinusitis yaitu, keluarnya cairan kental berwarna dari hidung, sumbatan di hidung, nyeri pada muka, sakit gigi, dan demam.Gejala tersebut dapat sembuh sendiri dalam 48 jam, bila tidak membaik maka dilakukan pemberian antibiotik dengan lama terapi 10-14 hari (Sukandar dan Retnosari 2008).Penegakan diagnosis adalah melalui pemeriksaan THT, dilanjutkan dengan kultur dan dijumpai lebih dari 104/ml koloni bakteri, pemeriksaan x-ray dan CT scan (Depkes RI 2005).
b). Faringitis
                  Faringitis adalah inflamasi faring dan jaringan sekitarnya akibat infeksi virusdanbakteri(streptococcus pyogenes).Gejala umum berupa sakit tenggorokan, disfagia (kesulitan menelan), dan demam (Sukandar dan Retnosari 2008). Didiagnosis dengan cara pemeriksaan tenggorokan, kultur swab tenggorokan, pemeriksaan kultur memiliki sensivitas 90-95% dari diagnosis, sehingga diandalkan sebagai penentu faringitis (Depkes RI 2005).
c). Otitis Media
Otitis media adalah peradangan telinga tengah yang gejala dan tanda-tandanya muncul cepat. Manifestasi klinik berupa lebih dari 1gejala: gangguan pendengaran, demam dan adanya cairan pada telinga bagian tengah. Bakteri penyebab berupa streptococcus pneumonia 35% dan haemophilus influenza 25% (Sukandar dan Retnosari 2008). Diagnosis dengan melihat membran timpani menggunakan otoscope.Teslainnya dengan mengukur kelenturan membran timpani dengan tympanometer

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (skripsi dan tesis)

    
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Kunoli 2013).
Menurut WHO, ISPA adalah suatu penyakit saluran pernafasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya dan lingkungan (WHO 2007).
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007) istilah ISPA mengandung tiga unsur, yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut :
a.       Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b.      Saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ sinus, rongga telinga tengah, dan pleura.
Infeksi akut adalah 

Thursday, April 23, 2020

Prevalensi TB-HIV (skripsi dan tesis)

Pada daerah dengan angka prevalensi
HIV tinggi atau di populasi dengan
kemungkinan koinfeksi TB-HIV, konseling
dan pemeriksaan HIV diindikasikan untuk
seluruh penderita TB secara rutin. Pada
daerah dengan angka prevalensi HIV
rendah, konseling dan pemeriksaan HIV
hanya diindikasikan pada pasien TB dengan
keluhan dan tanda yang diduga
berhubungan dengan HIV dan pada pasien
TB dengan riwayat resiko tinggi terpajan
HIV. TB paru yang memerlukan uji HIV
yaitu : riwayat perilaku resiko tinggi
tertular HIV, hasil pengobatan OAT tidak
memuaskan, MDR TB / TB kronik.
Pemeriksaan minimal yang perlu
dilakukan untuk memastikan diagnosis TB
paru adalah pemeriksaan BTA sputum, foto
thorax dan bila memungkinkan pemeriksaan
CD4.
Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat
penyakit, pemeriksaan langsung sputum 3
hari berturut-turut, faktor resiko HIV, foto
thorak terlihat pembesaran kelenjar hilus,
infiltrat di apek paru, efusi pleura, kavitas
paru atau gambaran TB milier. Sensitivitas
pemeriksaan sputum BTA pada penderita
HIV/ AIDS sekitar 50%, tes tuberkulin
positif pada 30 - 50% pasien HIV/AIDS
dengan TB.
Diagnosis presumtif ditegakkan
berdasarkan ditemukannya basil tahan asam
(BTA) pada spesimen dengan gejala sesuai
TB atau perbaikan gejala setelah terapi
OAT. Diagnosis definitif TB pada penderita
HIV/AIDS adalah dengan ditemukannya
MTB pada pembiakan spesimen

Manifestasi klinis TB pada HIV/AIDS (skripsi dan tesis)


Manifestasi klinis TB pada HIV/AIDS
menyerupai akibat infeksi lain, berupa
demam berkepanjangan (100%), penurunan
berat badan dramatis (74%), batuk (37%),
diare kronis (28%), meningitis (12%), sesak
nafas (5%), Hematochezia (3,5%), Obstruksi
saluran cerna (2,6%). Menurut WHO
manifestasi koinfeksi dapat ditinjau dari
keluhannya berupa infeksi menular seksual,
herpes zoster (sering disertai jaringan parut),
pneumonia (baru atau rekuren), infeksi
bakteri berat, baru masuk program terapi OAT, penurunan berat badan > 10% dari
berat badan basal, diare kronis > 1 bulan,
nyeri retrospinal saat menelan (curiga
kandidiasis esophageal), kaki terasa panas
akibat neuropati perifer sensorik. Sedangkan
gejala yang timbul berupa jaringan parut
akibat herpes zoster, rash kulit popular dan
gatal, sarkoma kaposi, limpadenopati
generalisata simetris, kandidiasis oris,
kheilitis angularis, gingivitis necrotizing,
ulserasi aphthous besar, ulserasi genital
dengan nyeri persisten.
Radiologis : Hasil pemeriksaan radiologi
paru sangat tergantung pada luas dan
beratnya kerusakan serta penyulitnya.
Laboratoris : Pada infeksi dini (CD4 >
200/mm3), sputum mikroskopis sering
positif dibandingkan pada infeksi lanjut
(CD4 < 200/mm3) yang sering negative,
keadaan mikrobakteremia dijumpai pada
infeksi lanjut.