Tuesday, December 25, 2018

Pengertian Pemasaran (skripsi dan tesis)


Dalam kehidupan sehari-hari, kita senantiasa dikelilingi oleh berbagai pihak yang melakukan kegiatan pemasaran. Kegiatan penjualan, periklanan, dan publikasi merupakan bentuk dari kegiatan pemasaran. Menurut Kasali (2001), pemasaran merupakan suatu konsep yang menyangkut suatu sikap mental, suatu cara berpikir yang membimbing anda melakukan kegiatan sesuatu.
Kegiatan sesuatu itu tidak selalu berupa menjual suatu benda, tetapi juga menjual gagasan-gagasan, karir, tempat, jasa serta kegiatan-kegiatan nirlaba seperti yayasan-yayasan sosial keagamaan. Pada masa sekarang ini orientasi perusahaan lebih tertuju pada pasar daripada produk. Dengan demikian pemasaran mempunyai arti penting bagi setiap perusahaan. Pemasaran tidak sekedar penjualan atau periklanan saja. Menurut Kotler (1997), pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial dimana seseorang atau kelompok berusaha memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan mempertukarkan barang dan jasa yang bernilai bagi individu atau kelompok lain. 

Konsep Desain Kemasan (skripsi dan tesis)


Desain Kemasan menguraikan mulai dari mendesain suatu kemasan sampai maksud yang terkandung didalamnya agar tercapai sasaran. Ada tiga kategori untuk menentukan desain kemasan. Pertama,, soal makna kemasan. Kemasan sebaiknya bermakna personal, sosial, dan publik. Berdasarkan sifat komunikasi antara pengirim ke penerima pesan atau dari produsen ke konsumen, kemasan harus punya nilai intimacy. Maksudnya produk tersebut hanya ingin diketahui oleh pelakunya, tidak ingin orang lain tahu apa isi produk dalam kemasan itu. Sedang kemasan yang bermakna sosial, biasanya untuk penghargaan atau penghormatan atas prestasi atau hasil yang dicapai. Sementara kemasan yang bernilai publik, biasanya untuk produk untuk komersial, jadi pesan kemasannya harus dapat dimengerti oleh semua orang yang membacanya. (Sawitri, 2006)
Kedua, kemasan dalam bentuk fisik. Terdiri dari kemasan primer (melekat pada produknya), kemasan sekunder (melindungi produk), kemasan tersier (fungsi kemudahan dan praktis pembawaannya), kemudian kemasan transport dan sebagainya. Ketiga, mendesain kemasan yang baik harus mencakup 5 fungsi yaitu fungsi protektif, fungsi praktis, fungsi informasi, fungsi komunikasi dan fungsi lingkungan.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan kesadaran konsumen terhadap dampak lingkungan, fungsi kemasan mulai bergeser. Jika dulu kemasan dibuat sebagai fungsi melindungi dan melayani kepraktisan produk. Namun sekarang, kemasan telah menjadi media informasi, dan komunikasi gaya hidup(makna, citra dan nilai). Kemasan yang baik adalah yang mampu memenuhi aspirasi gaya hidup. Oleh karena itu,masalah desain kemasan ini harus diserahkan kepada ahlinya,karena tidak setiap orang bisa melakukan. Setiap produsen yang menitipkan barangnya di swalayan berusaha membuat kemasannya dapat mempengaruhi perhatian konsumen, sehingga tertarik dan membeli.
Kejelian produsen dalam menangkap selera konsumen membeli atau tidak, waktunya sangat singkat, waktunya saat pertama kali melihat. Tampilan kemasan tidak lepas dari perkembangan jaman. Misalnya kemasan untuk individu, disesuaikan dengan jumlah suatu keluarga yang makin sedikit. Bahkan orang-orang kota lebih menyukai kemasan yang praktis, mudah dibuka, disimpan dan gampang dihangatkan dengan microwave. (Sawitri, 2006)
Sedang bahan kemasan yang lazim digunakan adalah kertas, gelas, plastik, metal/logam, dan monomer (karet, kayu, keramik, sutra, dan lain-lain). Dengan berkembangnya teknologi, kini telah ditemukan jenis-jenis kemasan yang baru, dan kemasan plastik yang paling mendominasi. Namun bahan plastik ternyata banyak menimbulkan kendala pada lingkungan. Untuk itu, para ahli bahan kemasan berusaha mencari bahan-bahan baru yang lebih ramah lingkungan.
Sementara soal desain grafis kemasan, harus ada komunikasi visualnya atas tampilan kemasan tersebut. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam desain kemasan yaitu soal warna, teks atau tipografi, komposisi terutama barcode, lay-out untuk ingredient, target konsumen, pencantuman expired date (batas kadaluwarsa), logografi (cetakan logo), logoteks (urutan perhatian mata atau eye-tracking), dan urutan reaksi gerakan (action-tracking).
Sedangkan packaging design (desain kemasan), berfungsi melindungi produk atau produk di luar produk. Untuk produk di luar produk, dari sifatnya yang membungkus sesuatu yang umum menjadi lebih khusus terdiri dari beberapa jenis; desain wadah untuk membungkus aneka barang (container desain), desain kemasan (packaging design) untuk mengemas aneka komoditi, desain luaran produk (casing design) untuk menutup rangkaian mekanisme dan komponen produk, desain bungkusan (wrapping design) untuk sesuatu yang berharga, dan desain pelapis sesuatu (liners design) untuk melapisi dan melindungi sesuatu.
Desain kemasan mempunyai 5 prinsip fungsional, yaitu: (Sawitri, 2006)
1.      Kemasan (packaging).
Pada kemasan ini harus disampaikan tentang jenis produk, dan kegunaannya. Disini kejujuran jadi hal penting.
2.      Kemasan secara fisik.
Fungsinya sebagai pelindung produk dari benturan, gesekan, guncangan, hentakan dan lain-lain. Disini kekuatan menjadi prinsip utama.
3.      Kemasan yang nyaman dipakai.
Maksudnya kemasan disini memberikan rasa nyaman jika disentuh, permukaannya tidak melukai, lentur saat digenggam, mudah dibersihkan, disimpan, stabil bila diletakkan. Kemasan yang dapat didaur ulang sangat diutamakan.
4.      Kemasan yang mampu menampilkan citra produk dan segmentasi
pasar pemakainya.
Disini melibatkan banyak unsur terutama yang berkaitan dengan imajinasi, selera, dan fantasi sipemakai. Kemasan disini harus mampu menerjemahkan siapa pemakainya, status sosial, dimana dan jenis perilaku seperti apa produk mainan tersebut dipakai. Keunikan menjadi nilai penting.
5.      Kemasan yang berprinsip mendukung keselarasan lingkungan.
Kemasan yang baik adalah yang; mudah didaur ulang (recycle) ke produk baru dan tidak terkontaminasi, bisa dilebur dan dibuat kembali
ke produk (re-use) asal.

Saat ini konsumen cenderung tidak mau membeli barang yang kemasannya buruk dan kurang meyakinkan, harga produk mahal bisa diimbangi dengan desain kemasan yang indah. Sesuai dengan kaidah teknologi bahwa kemasan yang baik tidak hanya indah, cantik namun harus mudah diterapkan dan dioperasionalkan dalam produksi.  Kadang produsen hanya berpaku pada hasil rancangan yang dianggap bagus di atas kertas, sehingga pada waktu aplikasinya sangat tidak efisien bahkan menjadikan beban biaya baru yang tidak dapat dihindarkan.  Oleh karena itu semua bagian atau unit yang terkait dalam produksi maupun distribusi produk harus dilibatkan pula mulai dari perancangan sampai pada aktualisasi perubahan kemasan yang telah direncanakan tersebut, sehingga perubahan yang terjadi dapat secara mulus diterapkan sehingga akan memberikan penambahan nilai (value) sesuai yang diharapkan.(Sawitri, 2006)

Bahan-bahan Kemasan Plastik (skripsi dan tesis)


Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi (Syarief, et al., 1989).
Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar.
Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur kimianya terbagi atas dua macam yaitu:
1.          Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.
2.          Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.

Proses polimerisasi yang menghasilkan polimer berantai lurus mempunyai tingkat polimerisasi yang rendah dan kerangka dasar yang mengikat antar atom karbon dan ikatan antar rantai lebih besar daripada rantai hidrogen. Bahan yang dihasilkan dengan tingkat polimerisasi rendah bersifat kaku dan keras (Flinn dan Trojan, 1975)
Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastic memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna.
Kelemahan bahan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti misalnya polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan lain yang direkatkan bersama. Kombinasi ini disebut laminasi.
Sifat-sifat yang dihasilkan oleh kemasan laminasi dari dua atau lebih film dapat memiliki sifat yang unik. Contohnya kemasan yang terdiri dari lapisan kertas/polietilen/aluminium foil/polipropilen baik sekali untuk kemasan makanan kering. Lapisan luar yang terdiri dari kertas berfungsi untuk cetakan permukaan yang ekonomis dan murah. Polietilen berfungsi sebagai perekat antara aluminium foil dengan kertas. Sedangkan polietilen bagian dalam mampu memberikan kekuatan dan kemampuan untuk direkat atau ditutupi dengan panas. Dengan konsep laminasi, masing-masing lapisan saling menutupi kekurangannya menghasilkan lembar kemasan yang bermutu tinggi (Winarno, 1994).
Plastik berisi beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisiko kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang sengaja ditambahkan itu disebut komponen non plastik, diantaranya berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap cahaya ultraviolet, penstabil panas, penurun viskositas, penyerap asam, pengurai peroksida, pelumas, peliat, dan lain-lain (Crompton, 1979).
Plastik masih sering sulit dibedakan dengan resin karena tidak jelas benar bedanya. Secara alami, resin dapat berasal dari tanaman, misalnya balsam, damar, terpentin, oleoresin dan sebagainya. Tapi kini resin tiruan sudah dapat diproduksi dan dikenal sebagi resin sintetik, contohnya selofan, akrilik seluloid, formika, nylon, fenol formaldehida dan sebagainya (Winarno, 1994).
Plastik juga mengandung beberapa aditif yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat fisika kimia plastik itu sendiri. Bahan aditif yang ditambahkan tersebut disebut komponen nonplastik yang berupa senyawa anorganik atau organik yang memiliki berat molekul rendah. Bahan aditif dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar UV, anti lekat dan masih banyak lagi (Winarno, 1994).
Sifat terpenting bahan kemasan yang digunakan meliputi permeabilitas gas dan uap air, bentuk dan permukaannya. Permeabilitas uap air dan gas, serta luas permukaan kemasan mempengaruhi jumlah gas yang baik dan luas permukaan yang kecil menyebabkan masa simpan produk lebih lama.
Menurut Erliza dan Sutedja (1987) plastik dapat dikelompokkan atas dua tipe, yaitu thermoplastik dan termoset. Thermoplastik adalah plastik yang dapat dilunakkan berulangkali dengan menggunakan panas, antara lain polietilen, polipropilen, polistiren dan polivinilklorida. Sedangkan termoset adalah plastik yang tidak dapat dilunakkan oleh pemanasan, antara lain phenol formaldehid dan urea formaldehid.
Syarief et al., (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifat-sifatnya terhadap perubahan suhu, yaitu: a) termoplastik: meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversibel) kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila didinginkan, b) termoset: tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversibel). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak akan melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang dan terurai karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel, seperti jenis-jenis melamin.
Plastik jenis termoset tidak begitu menarik dalam proses daur ulang karena selain sulit penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikit (sekitar 10%) dari volume jenis plastik yang bersifat termoplastik (Moavenzadeh dan Taylor, 1995).
Pada kemasan plastik, perubahan fisika kimia pada wadah dan makanannya sebenarnya tidak mungkin dapat dihindari. Industri pangan hanya mampu menekan laju perubahan itu hingga tingkat minimum sehingga masih memenuhi syarat konsumen. Banyak ragam kemasan plastik untuk makanan dan minuman, beberapa contoh misalnya: polietilen, polipropilen, polistiren, poliamida, polisulfon, poliester, poliuretan, polikarbonat, polivinilklorida, polifenilinoksida, polivinilasetat, poliakrilonitril dan melamin formaldehid. Plastik diatas dapat digunakan dalam bentuk lapis tunggal, ganda maupun komposit, dengan demikian kombinasi dari berbagai ragam plastik dapat menghasilkan ratusan jenis kemasan (Crompton, 1979).
Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas mempunyai keunggulan dibanding bahan pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2. Sifat permeabilitas plastik terhadap uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas selama penyimpanan (Winarno, 1994). Ryall dan Lipton (1972) menambahkan bahwa plastik juga merupakan jenis kemasan yang dapat menarik selera konsumen.
1.      Polyethylen
Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Dengan pemanasan akan menjadi lunak dan mencair pada suhu 110OC. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik (Sacharow dan Griffin, 1980).
Konversi etilen menjadi polietilen (PE) secara komersial semula dilakukan dengan tekanan tinggi, namun ditemukan cara tanpa tekanan tinggi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
n(CH2= CH2)                                 (-CH2-CH2-)n
Etilen       polimerisasi           Polietilen
Polietilen dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping dari industri minyak dan batubara. Proses polimerisasi yang dilakukan ada dua macam, yakni pertama dengan polimerisasi yang dijalankan dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm) menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel.
2.      Low Density Polyethylen (LDPE)
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60OC sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen, sedangkan jenis plastik HDPE mempunyai sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus cahaya dan kurang terasa berlemak.
3.      High Density Polyethylen (HDPE).
Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah, sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibanding jenis low density. Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh plastic (Harper, 1975).
4.      Polypropilena
Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya juga serupa (Brody, 1972). Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno dan Jenie, 1982). Monomer polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta-Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen (Birley, et al., 1988).

Definisi Kemasan (skripsi dan tesis)


Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno, 1983).
Melindungi bahan pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan serangga atau binatang pengerat lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan didalamnya tidak boleh menyerap air dari atmosfer dan juga tidak boleh berkurang adar airnya. Jadi wadahnya harus kedap air. Perlindungan terhadap bau dan gas dimaksudkan supaya bau atau gas yang tidak diinginkan tidak dapat masuk melalui wadah tersebut dan jangan sampai merembes keluar melalui wadah. Wadah yang rusak karena tekanan atau benturan dapat menyebabkan makanan di dalamnya juga rusak dalam arti berubah bentuknya (Winarno, 1983).
Menurut Erliza dan Sutedja (1987) bahan kemasan harus mempunyai syarat-syarat yaitu tidak bersifat toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan membuka dan menutup, kemudahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi, kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai, serta harus memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis atau daerah dingin. Demikian juga untuk daerah dengan kelembaban tinggi dan daerah kering.
Berdasarkan fungsinya pengemasan dibagi menjadi dua, yaitu pengemasan untuk pengangkutan dan distribusi (shiping/delivery package) dan pengemasan untuk perdagangan eceran atau supermarket (retail package). Pemakaian material dan pemilihan rancangan kemasan untuk pengangkutan dan distribusi akan berbeda dengan kemasan untuk perdagangan eceran. Kemasan untuk pengangkutan atau distribusi akan mengutamakan material dan rancangan yang dapat melindungi kerusakan selama pengangkutan dan distribusi, sedangkan kemasan untuk eceran diutamakan material dan rancangan yang dapat memikat konsumen untuk membeli (Peleg, 1985).
Menurut Winarno, et al. (1986) makanan yang dikemas mempunyai tujuan untuk mengawetkan makanan, yaitu mempertahankan mutu kesegaran, warnanya yang tetap, untuk menarik konsumen, memberikan kemudahan penyimpanan dan distribusi, serta yang lebih penting lagi dapat menekan peluang terjadinya kontaminasi dari udara, air, dan tanah baik oleh mikroorganisme pembusuk, mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan manusia, maupun bahan kimia yang bersifat merusak atau racun. Beberapa faktor yang penting diperhatikan dalam pengemasan bahan pangan adalah sifat bahan pangan tersebut, keadaan lingkungan dan sifat bahan pengemas. Sifat bahan pangan antara lain adalah adanya kecendrungan untuk mengeras dalam kadar air dan suhu yang berbeda-beda, daya tahan terhadap cahaya, oksigen dan mikroorganisme.
Winarno dan Jennie (1982) mengemukakan bahwa bahan pengemas harus tahan serangan hama atau binatang pengerat dan bagian dalam yang berhubungan langsung dengan bahan pangan harus tidak berbau, tidak mempunyai rasa serta tidak beracun. Bahan pengemas tidak boleh bereaksi dengan komoditi.
Adanya pengemasan dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan- kerusakan. Menurut Brody (1972) kerusakan produk biasanya terjadi karena pengaruh lingkungan luar dan pengaruh kemasan yang digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan yang digunakan menurut Winarno dan Jenie (1982) dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu golongan pertama kerusakan ditentukan oleh sifat alamiah dari produk dan tidak dapat dicegah dengan pengemasan, misalnya perubahan kimia, biokimia, fisik serta mirobiologi; sedangkan golongan kedua, kerusakan yang ditentukan oleh lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol dengan kemasan yang dapat digunakan, misalnya kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan, absorpsi dan interaksi dengan oksigen.


Faktor-faktor Dominan Penentu Persediaan (skripsi dan tesis)



1.      Perkiraan pemakaian
Penentuan besarnya pemakaian material yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan material tersebut dalam suatu periode tertentu. Pemakaian material pada suatu periode yang lalu (actual usage) dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan dimasa mendatang.
2.      Harga material
Harga material merupakan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi besarnya persediaan yang harus diadakan. Harga material ini bila dikalikan dengan jumlah bahan yang diperlukan merupakan kebutuhan modal yang harus disediakan untuk membeli persediaan tersebut.
3.      Biaya persediaan
Terdapat 2 jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan material, yaitu biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (carrying cost). Biaya pemesanan terdiri dari biaya telepon untuk pemesanan, biaya bongkar muat, biaya pengiriman, dan biaya lain yang berkaitan dengan pemesanan bahan sampai bahan masuk gudang. Adapun biaya penyimpanan meliputi biaya sewa gudang, biaya asuransi, bunga modal, biaya kerusakan material selama disimpan.
Terdapat satu lagi jenis biaya yang berkaitan dengan pengelolaan persediaan, yaitu Cost of Shortage (biaya akibat terjadinya kehabisan stock atau stockout)
4.      Lead time
Waktu menunggu pesanan (lead time) adalah waktu antara atau tengang waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan saat pesanan tersebut masuk ke gudang. Waktu tenggang ini merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan agar barang yang dipesan datang tepat pada waktunya. Jadi lead time perlu untuk menentukan saat pemesanan kembali (re-order).

Pemesanan (Order) (skripsi dan tesis)



Untuk menjaga tingkat persediaan dilakukan review stock, yaitu kegiatan melihat, memantau  dan meneliti posisi persediaan untuk meyakinkan bahwa jumlah persediaan yang ada cukup untuk memenuhi kebutuhan pengusahaan perusahaan
Dari hasil review stock dapat ditentukan kebutuhan material. Proses ini, disebut ordering review, meliputi penentuan apa, kapan, dan berapa yang harus dipesan. Di dalam menentukan jumlah dan jenis kebutuhan material harus diperhitungkan hal-hal sebagai berikut :
-          Jumlah yang diperlukan
-          Pemakaian masa lampau (past consumption)
-          Lead Time
-          Pesanan berjalan (outstandaing order)
-          Proyeksi ke depan
Material untuk proyek atau keperluan khusus lainnya diperhitungkan secara khusus (terpisah dari material persediaan).
Dalam menentukan jumlah dan jenis material persediaan yang akan dibeli/diadakan, harus dicegah kemungkinan terjadinya surplus material di masa yang akan datang.
Penentuan jenis kebutuhan material suku cadang harus dikaitkan dengan kategori peralatan induknya (vital, essential, atau auxiliary)

Pembagian Jenis material (skripsi dan tesis)


1.      Pembagian material menurut penggunaannya :
a)        Material MRO (Maintenance, Repair, Operation), yaitu material yang bersifat habis pakai (consumables) yang dibutuhkan untuk perawatan dan reparasi peralatan seperti mesin, kendaraan, instalasi gedung dan lain-lain untuk operasi perusahaan.
Contoh : spark plug, piston, paint, valve, dsb.
b)        Material Program, yaitu material yang sifatnya habis pakai (consumables) yang diperlukan untuk mencapai produksi, target, atau program tertentu dari suatu unsur pelaksana.
Contoh : Casing, tubing, TEL, drum sheet, wellhead, dsb.
2.      Pembagian material menurut jenis barangnya :
1.        Material Umum (general materials), yaitu material yang digunakan tidak untuk suatu peralatan tertentu, misalnya pipa, chemical, flensa, dsb.
2.        Suku Cadang (spare parts), yaitu material yang merupakan komponen pengganti dari suatu peralatan, misal : piston, ring, crankshaft, flywheel, dsb.
Suku cadang dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis :
a)        Consumable parts
Adalah suku cadang untuk pemakaian ‘wear dan tear’ biasa, misal v-belt, spark plug, dsb.
b)        Replacement parts
Adalah suku cadang yang biasanya diganti pada waktu overhaul, termasuk assembly parts, misal cylinder gasket, piston, dsb.
c)        Insurance parts
Adalah suku cadang yang biasanya tidak pernah atau jarang rusak, namun apabila rusak dapat menghentikan kegiatan operasi peralatan. Contoh : cylinder head, crankshaft, flywheel, dsb.
Untuk keperluan pengendalian tingkat persediaan suku cadang, peralatan dibagi menajdi 3 kategori :
a)        Peralatan vital (vital equipment)
Adalah peralatan yang digunakan dalam proses utama (main process), yang vital terhadap operasi komersial dan keselamatn pekerja yang apabila rusak akan menyebabkan shutdown. Untuk peralatan vital ini perlu disediakan insurance, replacement dan consumable parts dalam stock. Untuk vital equipment yang tersedia spare unitnya, pengadaan suku cadangnya mengikuti ketentuan essential equipment.
b)        Peralatan esensial (essential equipment)
Adalah peralatan yang dipergunakan dalam proses yang esensial terhadap operasi perusahaan. Apabila peralatan tersebut rusak akan menyebabkan pengurangan jumlah dan mutu produksi. Untuk peralatan jenis ini, hanay perlu disediakan consumable parts dan sebagian replacement parts.
c)        Peralatan pembantu (auxiliary equipment)
Adalah peralatan yang tidak langsung digunakan dalam proses operasi, yang apabila rusak tidak akan berpengaruh pada operasi perusahaan atau keselamatan. Untuk peralatan jenis ini hanya perlu disediakan consumable parts.

3.      Pembagian material menurut frekuensi pemakaian :
1.        Slow moving items, yaitu material yang bulan pengeluarannya dalam satu tahun terakhir kurang dari 4.
Contoh :
Bulan            :   J     F     M     A     M     J     J     A     S     O     N     D
Pengeluaran :                  5                     7                                  4
Dalam contoh diatas pengeluaran suatu material hanya terjadi dalam bulan Maret, Juni, dan November (3 bulan pengeluaran), walaupun dalam satu bulan bisa terjadi pengeluaran beberapa kali (misal, dalam bulan Juni terdapat pengeluaran 2 kali).
2.        Fast moving items, yaitu material yang bulan pengeluarannya dalam satu tahun terakhir 4 atau lebih.
Contoh :
Bulan            :   J     F     M     A     M     J     J     A     S     O     N     D
Pengeluaran :          6      5     6              7           8            10      9
Dalam contoh diatas pengeluaran suatu material terjadi dalam bulan Februari, Maret, Juni, Agustus, Oktober dan November (7 bulan pengeluaran).
4.      Pembagian material menurut jenis anggarannya :
a)      Material Operasi, yaitu material yang dianggarkan dalam anggaran operasi, yang umumnya menyangkut material MRO.
b)        Material Kapital, yaitu material yang dianggarkan dalam anggaran kapital, yang digunakan untuk penambahan penanaman modal dalam perusahaan, umumnya menyangkut material program.
Penambahan penanaman modal dapat berupa :
-          Penggantian (replacement)
-          Penambahan/perluasan (additional/extension)
-          Pembangunan baru (new project)

5.      Pembagian material menurut tujuan penggunaannya :
a)        Material untuk dipakai sendiri (own use), yaitu material yang dibeli dengan tujuan untuk digunakan dalam operasi sendiri.
b)        Material untuk dijual lagi (resale commodities), yaitu material yang dibeli untuk dijual atau dipasarkan kembali dengan atau tanpa melalui proses produksi.

6.      Pembagian material menurut harganya :
a)        Material harga tinggi (high value items), yaitu material yang nilai pemakaiannya tinggi, biasanya mewakili 65% - 75% dari seluruh nilai pemakaian namun jumlah itemnya hanya berkisar antara 5% - 15% dari seluruh item material.
b)        Material harga menengah (medium value items), yaitu material yang nilai pemakaiannya menengah, biasanya mewakili 15% - 25% dari seluruh nilai pemakaian dan jumlah itemnya juga berkisar antara 15% - 25% dari seluruh item material.
c)        Material harga rendah (low value items), yaitu material yang nilai pemakaiannya rendah, biasanya hanya mewakili 5% - 15% dari seluruh nilai pemakaian namun jumlah itemnya mencapai sekitar 65% - 75% dari seluruh item material.

7.      Pembagian material menurut jenis pembukuannya :
a)        Stock item, yaitu material yang sering dibutuhkan sehingga disimpan dalam persediaan.
Material dikategorikan sebagai persediaan apabila :
-          Standar Pilihan Perusahaan (Company Selected Standard = CSS)
-          Dibutuhkan terus menerus atau disyaratkan keberadaannya.

b)        Material Direct Charge, yaitu material yang sangat jarang pemakaiannya sehingga tidak perlu disimpan dalam persediaan. Material ini diadakan untuk digunakan dan dibebankan langsung kepada pemakai tanpa dicatat di dalam rekening persediaan.
Material dikategorikan sebagai direct charge apabila :
-          Penggunaannya sangat jarang
-          Waktu penggunaannya dapat diperkirakan sebelumnya sehingga tidak ekonomis untuk disediakan dalam persediaan

Dalam perkembangannya, stock item bisa menjadi Non-Stock Item, yaitu  material yang cukup sering dibutuhkan namun tidak perlu disimpan dalam persediaan (Stockless Policy). Untuk penyediaannya disediakan melalui kontrak jangka pendek maupun jangka panjang dengan pihak ketiga.