Friday, January 21, 2022

Pengaruh Kepemilikan Keluarga terhadap Manajemen Laba (skripsi dan tesis)

 


Menurut Fan dan wong (2002) dalam Adiarti (2015), bila mayoritas kepemilikan suatu
perusahaan berada di tangan keluarga akan menimbulkan pemegang saham pengendali keluarga
memiliki insentif untuk menurunkan kualitas laporan keuangan. Dalam hal ini, keluarga
memiliki kemampuan dan insentif untuk mengelola kebijakan pelaporan keuangan dan
menentukan bagaimana informasi ditampilkan kepada publik dimana pengarahan kebijakan ini
akan disesuaikan dengan kepentingan pribadinya.
Choi et al, (2007) dalam Adiarti (2015) mengemukakan bahwa sebagai pemegang saham
pengendali, pihak keluarga memiliki insentif untuk mengarahkan kebijakan yang memberikan
keuntungan pribadi dengan melakukan tindakan ekspropriasi terhadap pemegang saham nonpengendali. Terdeteksinya aktivitas ekspropriasi dapat memicu timbulnya intervensi baik dari
pemegang saham non pengendali, analyst, maupun regulator. Untuk menghindari risiko ligitasi
tersebut, keluarga melalui keleluasaan dalam menentukan jabatan dan anggota manajemen
perusahaan akan termotivasi untuk menutupi tindakan ekspropriasinya dengan menurunkan
kualitas pengungkapan laporan keuangan dan praktik manajemen laba.

 Pengukuran Manajemen Laba (skripsi dan tesis)

 


Metode yang digunakan untuk pendeteksian manajeme laba ini mengikuti model yang
dikembangkan oleh Jones (1991) yang dikenal sebagai (Modified Jones Model), yang merupakan
modifikasi dari Jones Model.
Menurut Sri Sulistyanto (2008:225) menyatakan bahwa “...Model Jones Modifikasi
(Modified Jones Model) merupakan modifikasi dari model Jones yang didesain untuk
mengeliminasi kecenderungan untuk menggunakan perkiraan yang bisa salah dari model Jones
untuk menentukan destrectionary accrual ketika disrection melebihi pendapatan.”

Motivasi Manajemen Laba (skripsi dan tesis)

 


Zimmerman (1986) dalam Sulistyanto (2008:89), terdapat tiga hipotesis utama dalam
Positive Accounting Theory yang dapat dijadikan dasar dalam pengembangan motivasi
manajemen laba yaitu:
1. Bonus Plan Hypothesis
Menyatakan bahwa manajemen yang merencanakan untuk mendapatkan bonus
dalam jumlah besar akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat
meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode berjalan. Hal ini dikarenakan
indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola perushahaan cenderung
dikaitkan dengan besarnya pendapatan dan meningkatnya asset dari tahun
sebelumnya.
2. Debt (equity) hypothesis
Menyatakan ketika perusahaan memiliki rasio debt to equity yang besar, maka
pihak manajemen akan mengatur jumlah laba yang dihasilkan. Dalam konteks
perjanjian hutang, manajemen akan berusaha mengelola dan mengatur laba agar
kewajiban hutang yang seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda
hingga tahun berikutnya.
3. Political Cost Hypothesis
Menjelaskan bahwa dibandingkan dengan perusahaan kecil, maka perusahaaan
besar cenderung menggunakan metode akuntansi yang dapat menurunkan laba
yang dilaporkan. Hal ini berkaitan dengan regulasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah seperti tarif pajak progresif, atau kewajiban lain untuk turut serta
menjaga kelestarian lingkungan dalam program Corporate Social Responsibility.

Pengertian Manajemen Laba (skripsi dan tesis)

 


Manajemen laba didefinisikan oleh Healy dan Wahlen (1999) dalam Stanley (2016:15)
sebagai “… suatu hal judgemental tentang pengaturan transaksi untuk mengubah laporan
keuangan demi mengelabui stakeholder mengenai performa perusahaan yang ekonomis atau
untuk mempengaruhi kontrak yang bergantung pada angka akuntansi”.
Menurut Wasilah (2004) dalam Stanley (2016:16) manajemen laba merupakan “… proses
secara sadar dilakukan oleh manajemen, tetapi masih dalam batasan yang diijinkan oleh Standar
Akuntansi Keuangan untuk melaporkan laba pada tingkatan yang diinginkan”.
Manajemen laba menurut Scott (2012) dalam Stanley (2016:16) dapat dilihat dari dua
perspektif yaitu perspektif kontraktual dan perspektif pelaporan keuangan. Dari perspektif
kontraktual, manajemen laba berfungsi untuk melindungi perusahaan dari keadaan yang tidak
dapat diduga agar kontrak yang biasanya tetap dapat terus terjaga. Sedangkan dari perspektif
pelaporan keuangan, manajemen laba berfungsi untuk mempengaruhi harga saham, dimana
perusahaan dapat menciptakan kesan laba yang stabil dan bertumbuh atau sebaliknya untuk
menghindari kewajiban kepada pemerintah.
Roychowdhury (2006) dalam Adiarti (2015:24) mendefinisikan manajemen laba sebagai
“… penyimpangan dari aktivitas normal perusahaan yang bertujuan untuk mengelabui
sekumpulan stakeholder dalam menerjemahkan kinerja perusahaan”.
Berdasarkan beberapa definisi dari para ahli di atas dapat disimpul

Kualitas Laba (skripsi dan tesis)

 


Laporan keuangan berfungsi sebagai bentuk formal atas pertanggungjawaban manajemen
kepada pemilik perusahaan atas kinerja perusahaan selama periode fiscal. Dechow et al, (2010)
dalam Adiarti (2015:19) mengemukakan bahwa “… laporan keuangan pada hakikatnya harus
mampu menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan selama periode
berjalan”. Oleh karena itu, keandalan laporan keuangan dapat diukur dari relevansi informasi
yang disajikan terhadap pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang relevan adalah
ketika laporan tersebut dapat membuat pengguna laporan keuangan menghasilkan keputusan
yang berbeda. (Adiarti, 2015:20).
Pentingnya fungsi laporan laba untuk pengambilan keputusan inilah yang menjadi
pertimbangan baik dari perusahaan maupun pihak investor. Perusahaan harus mampu
melaporkan laba perusahaan sebagai cerminan dari kinerja perusahaan, dan pihak investor juga
harus mampu dalam menilai sebuah perusahaan dari laporan keuangan perusahaan tersebut.
Kualitas laba menjadi hal penting dalam pertimbangan ini.
Kualitas laba menurut Amilin (2008) dalam Handoyo (2011) dapat ditentukan dengan
“… mengacu pada nilai yang menunjukan seberapa besar laba tersebut dapat menghasilkan uang
kas”.
Sedangkan menurut Grahita (2001) dalam Handoyo (2011) laba akuntansi yang
berkualitas dapat didefinisikan sebagai “… laba yang mempunyai sedikit gangguan persepsi
didalamnya, dan dapat mencerminkan kinerja keuangan yang sesunggunya”.
Melanjutkan definisi di atas, Leisa Jang (2007) dalam Handoyo (2008) menyatakan
bahwa “… semakin besar gangguan persepsi yang terkandung dalam laba akuntansi, maka
semakin rendah kualitas laba akuntansi tersebut”.

Jenis-jenis Laba (skripsi dan tesis)

 


1. Laba kotor
Menurut Subramanyam (2005:120) laba kotor merupakan “… pendapatan dikurangi
harga pokok penjualan. Apabila hasil penjualan barang dan jasa tidak dapat menutupi
beban yang langsung terkait dengan barang dan jasa tersebut atau harga pokok
penjualan, maka akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bertahan.”
2. Laba operasi
Menurut Skousen (2004:243) laba operasi merupakan “…mengukur kinerja operasi
bisnis fundamental yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dan didapat dari laba
kotor dikurangi beban operasi. Laba operasi menunjukan seberapa efisien dan efektif
perusahaan melakukan aktivitas operasinya.”
3. Laba sebelum pajak
Laba sebelum pajak menurut Subramanyam (2005:25) merupakan “…laba dari
operasi berjalan sebelum cadangan pajak penghasilan.”
4. Laba bersih
Laba bersih menurut Subramanyam (2005:25) merupakan “…laba dari bisnis
perusahaan yang sedang berjalan setelah bunga dan pajak.”

Pengertian Laba (skripsi dan tesis)

 


Subramanyam (2012:109) menyatakan bahwa laba merupakan “… ringkasan hasil bersih
aktivitas operasi usaha dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah keuangan serta
informasi perusahaan yang paling diminati dalam pasar uang”.
Selanjutnya Mahmud M. Hanafi (2010:32) mengatakan bahwa laba merupakan “…
ukuran keseluruhan prestasi perusahaan yang diukur dengan menghitung selisih antara
pendapatan dan biaya”.
Sedangkan menurut Lailan Paradiba (2015) dalam Sri Ayu (2017:63) laba adalah “…
item laporan keuangan mendasar dan penting yang memiliki berbagai kegunaan dalam berbagai
konteks”.
Harahap (2009:113) mengemukakan bahwa laba memiliki definisi “… kelebihan
penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi”.