Thursday, March 30, 2023

Definisi Kelekatan Ayah

 


Attachment atau kelekatan adalah suatu relasi atau hubungan antar
figur sosial tertentu dengan suatu fenomena yang dianggap mencerminkan
karakteristik relasi yang unik (Santrock, 2002). Seorang anak pada
dasarnya dapat membentuk sebuah attachment atau kelekatan dengan
orang lain, terumata sosok orang tua (Bowlby, 1988). Konsep kelekatan
digambarkan dari beberapa ilmu seperti etologi, pengolahan informasi,
psikologi perkembangan, dan psikoanalisis (Bretherton, 1992).
Armsdern dan Greenberg (1987) mengatakan bahwa seseorang
yang memiliki kelekatan aman adalah seseorang yang memiliki
kemampuan penyesuaian diri yang baik. Seseorang yang memiliki orang
tua atau orang terdekat yang mudah risau cenderung lebih rentan
berperilaku negatif ketika mengalami perubahan atau peristiwa buruk
dalam kehidupan. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
kelekatan yang terjalin selama masa kanak-kanak hingga remaja akan
sangat berpengaruh pada perilaku dan respon situasi selama rentang
kehidupan.
Hazan dan Shaver (1987) individu yang bersahabat dan memiliki
rasa percaya diri yang baik adalah ciri dari orang yang memiliki gaya
kelekatan aman. Berbeda dengan individu yang skeptis, mudah curiga,
mudah berubah pendirian, dan sukar terbuka adalah ciri individu yang
memiliki gaya kelekatan menghindar. Hill dan Stafford (1980) orang tua
mulai memberi sedikit waktunya mulai dari anak memasuki masa
pertengahan hingga akhir. Waktu yang dihabiskan orang tua untuk
membuat kelekatan dengan cara mengasuh, mengajarkan cara berbicara,
dan bermain dengan anak usia 5 hingga 12 tahun, kurang dari setengah
dari waktu yang dihabiskan.
Kelekatan pada ayah adalah suatu bentuk ikatan afeksional yang
intensif serta bertahan lama dan terbentuk antara ayah dan anak
berdasarkan konstruk kepercayaan, komunikasi, dan keterasingan
(Armsden & Greenberg, 1987). Ayah yang hangat, mengasuh, dan terlibat
dengan anak-anak dapat mengidentifikasi dan menjadikan dirinya sebagai
model mereka, sedangkan ayah yang tidak terlibat, kemungkinan besar
akan menghasilkan identifikasi diri yang lemah dan probabilitas rendah
untuk menjadikan dirinya sebagai model mereka sehingga tidak terbentuk
kelekatan antara anak dan ayah (Belsky, 1984).
Berdasarkan beberapa pengertian kelekatan ayah di atas, dapat
disimpulkan bahwa kelekatan pada ayah adalah suatu ikatan antara ayah
dan anak yang terbentuk dari anak usia dini yang melibatkan berbagai
bentuk pengasuhan ayah sehingga akan mempengaruhi perkembangan
anak selama hidupnya.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis

 


Berdasarkan beberapa penelitian di bawah ini, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis, yaitu:
a. Usia
Usia dapat mempengaruhi dimensi-dimensi kesejahteraan
psikologis, antara lain adalah otonomi, penguasan lingkungan,
tujuan hidup, dan perkembangan individu yang akan meningkat
seiring dengan bertambahnya usia (Ryff, 1989). Selain itu, dimensi
penerimaan diri dan perkembangan individu tidak ditunjukkan
karena adanya perbedaan usia (Keyes & Waterman, 2003).
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu yang
mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang. Wanita
cenderung memiliki kesejahteraan psikologis yang lebih baik
daripada laki-laki. Hal ini berhubungan dengan pola pikir yang
mempengaruhi strategi coping dan aktivitas sosial seseorang,
wanita cenderung memiliki kemampuan interpersonal yang lebih
baik daripada laki-laki (Lopez & Snyder, 2003).
c. Dukungan Sosial
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan
kesejahteraan psikologis, dukungan sosial di sini yaitu dukungan
informatif dengan dukungan emosional yang baik. Hal tersebut
dirasa dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis pada individu
(Desiningrum, 2014). Dukungan sosial dari keluarga terlebih orang
tua juga dapat meningkatkan psychological well being seseorang
(Ryff & Keyes, 1995).

Dimensi-dimensi Kesejahteraan Psikologis

 


Terdapat enam dimensi sebagai pendekatan multidimensi dari
teori kesejahteraan psikologis (Ryff & Keyes, 1995), antara lain:
a. Otonomi
Otonomi atau pengaturan terhadap diri sendiri merupakan
penentuan nasib sendiri, kemandirian, dan pengaturan perilaku dari
dalam diri. Seseorang yang fully functioning dapat dilihat dari tidak
pedulinya atas keputusan orang lain tetapi lebih memilih untuk
mengevaluasi diri sendiri berdasarkan standar dirinya. Seseorang
juga lebih merasa bebas dari norma-norma yang mengatur
kehidupan sehari-hari (Ryff, 1989). Seseorang dikatakan sebagai
individu yang memiliki otonomi yang baik ketika dapat mengambil
keputusan seorang diri dengan tidak tergantung pendapat orang
lain akan keputusan apa yang akan diambil (Ryff & Keyes, 1995).
b. Penerimaan Diri
Dimensi ini merupakan mencakup penerimaan diri individu
pada masa kini dan masa lalu. Didefinisikan sebagai ciri utama
kesehatan mental seseorang apabila memiliki karakteristik seperti
self-actualization, optimal functioning, dan kematangan. Hal
tersebut menandakan sifat positif seseorang terhadap diri sendiri
sebagai karakteristik utama dari psikologis individu yang positif
(Ryff, 1989). Seseorang dikatakan memiliki penerimaan diri yang
baik ketika memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, menghargai
diri sendiri, dan menerima sisi dirinya yang baik maupun buruk.
Selain itu juga merasakan hal yang positif dari kehidupannya di
masa lalu (Ryff & Keyes, 1995).
c. Hubungan Positif dengan Orang Lain
Dimensi yang memiliki definisi untuk mencintai orang lain
ini dipandang sebagai hal yang penting pada kondisi mental
seseorang yang sehat. Digambarkan dengan perasaan empati dan
kasih sayang pada orang lain sehingga mampu memiliki rasa cinta
dan persahabatan yang lebih kuat (Ryff, 1989). Seseorang yang
memiliki hubungan positif dengan orang lain dapat memiliki
hubungan yang hangat dan saling percaya dengan orang lain.
Seseorang yang memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang
lain dapat menunjukkan empati, afeksi, dan intimacy terhadap
orang lain (Ryff, 1995).
d. Penguasaan Lingkungan
Memiliki pengertian sebagai kemampuan seseorang dalam
memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi
psikisnya. Juga dikatakan sebagai kemampuan seseorang untuk
merubah lingkungan secara kreatif melalui aktivitas fisik atau
mental seseorang (Ryff, 1989). Seseorang dengan penguasaan
lingkungan yang kurang baik akan merasa kesulitan dalam
mengatur kehidupan sehari-hari. Kurang peka terhadap kesempatan
yang ada dan kurang dapat mengontrol lingkungan juga merupakan
akibat dari kurangnya penguasaan terhadap lingkungan (Ryff,
1995).
e. Tujuan Hidup
Tujuan hidup merupakan tujuan dan makna hidup
seseorang dengan memiliki berbagai tujuan yang berarti dalam
kehidupan, seperti menjadi produktif dan kreatif atau mencapai
integrasi emosional yang baik di kemudian hari (Ryff, 1989).
Seseorang yang kurang peduli terhadap tujuan hidupnya sendiri
akan kehilangan makna hidup, tidak memiliki tujuan hidup yang
jelas, serta tidak memperhatikan makna yang terkandung pada
hidupnya di masa lalu (Ryff, 1995).
f. Pertumbuhan Pribadi
Mengembangkan potensi seseorang perlu dilakukan untuk
tumbuh dan berkembang sebagai manusia. Setiap orang
diharapkan untuk terus berkembang daripada memilih berada
pada keadaan yang konstan. Pertumbuhan pribadi yang
berkelanjutan dan realisasi diri sangat mendukung terhadap
meningkatnya kesejahteraan psikologis seseorang (Ryff, 1989).
Seseorang yang memiliki pertumbuhan pribadi yang baik dapat
dilihat dari keterbukaan diri terhadap pengalaman-pengalaman
baru, memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri yang
dimiliki, dan memiliki pengetahuan yang terus bertambah (Ryff,
1995).
Berdasarkan pengertian aspek-aspek di atas, dapat
disimpulkan bahwa aspek otonomi merupakan pengaturan terhadap
diri sendiri. Penerimaan diri adalah sifat positif seseorang terhadap
diri sendiri. Hubungan positif dengan orang lain sebagai bentuk
empati dan kasih sayang pada orang lain. Penguasaan lingkungan
adalah cara individu dalam memilih atau menciptakan lingkungan
sesuai dengan diri individu. Tujuan hidup adalah seseorang yang
menjadi produktif dan kreatif untuk mencapai tujuan yang berarti.
Aspek terakhir yaitu pertumbuhan pribadi yaitu bahwa seseorang
perlu mengembangkan potensi agar seseorang dapat tumbuh dan
berkembang.

Dimensi-dimensi Kesejahteraan Psikologis

 


Terdapat enam dimensi sebagai pendekatan multidimensi dari
teori kesejahteraan psikologis (Ryff & Keyes, 1995), antara lain:
a. Otonomi
Otonomi atau pengaturan terhadap diri sendiri merupakan
penentuan nasib sendiri, kemandirian, dan pengaturan perilaku dari
dalam diri. Seseorang yang fully functioning dapat dilihat dari tidak
pedulinya atas keputusan orang lain tetapi lebih memilih untuk
mengevaluasi diri sendiri berdasarkan standar dirinya. Seseorang
juga lebih merasa bebas dari norma-norma yang mengatur
kehidupan sehari-hari (Ryff, 1989). Seseorang dikatakan sebagai
individu yang memiliki otonomi yang baik ketika dapat mengambil
keputusan seorang diri dengan tidak tergantung pendapat orang
lain akan keputusan apa yang akan diambil (Ryff & Keyes, 1995).
b. Penerimaan Diri
Dimensi ini merupakan mencakup penerimaan diri individu
pada masa kini dan masa lalu. Didefinisikan sebagai ciri utama
kesehatan mental seseorang apabila memiliki karakteristik seperti
self-actualization, optimal functioning, dan kematangan. Hal
tersebut menandakan sifat positif seseorang terhadap diri sendiri
sebagai karakteristik utama dari psikologis individu yang positif
(Ryff, 1989). Seseorang dikatakan memiliki penerimaan diri yang
baik ketika memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, menghargai
diri sendiri, dan menerima sisi dirinya yang baik maupun buruk.
Selain itu juga merasakan hal yang positif dari kehidupannya di
masa lalu (Ryff & Keyes, 1995).
c. Hubungan Positif dengan Orang Lain
Dimensi yang memiliki definisi untuk mencintai orang lain
ini dipandang sebagai hal yang penting pada kondisi mental
seseorang yang sehat. Digambarkan dengan perasaan empati dan
16
kasih sayang pada orang lain sehingga mampu memiliki rasa cinta
dan persahabatan yang lebih kuat (Ryff, 1989). Seseorang yang
memiliki hubungan positif dengan orang lain dapat memiliki
hubungan yang hangat dan saling percaya dengan orang lain.
Seseorang yang memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang
lain dapat menunjukkan empati, afeksi, dan intimacy terhadap
orang lain (Ryff, 1995).
d. Penguasaan Lingkungan
Memiliki pengertian sebagai kemampuan seseorang dalam
memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai dengan kondisi
psikisnya. Juga dikatakan sebagai kemampuan seseorang untuk
merubah lingkungan secara kreatif melalui aktivitas fisik atau
mental seseorang (Ryff, 1989). Seseorang dengan penguasaan
lingkungan yang kurang baik akan merasa kesulitan dalam
mengatur kehidupan sehari-hari. Kurang peka terhadap kesempatan
yang ada dan kurang dapat mengontrol lingkungan juga merupakan
akibat dari kurangnya penguasaan terhadap lingkungan (Ryff,
1995).
e. Tujuan Hidup
Tujuan hidup merupakan tujuan dan makna hidup
seseorang dengan memiliki berbagai tujuan yang berarti dalam
kehidupan, seperti menjadi produktif dan kreatif atau mencapai
integrasi emosional yang baik di kemudian hari (Ryff, 1989).
Seseorang yang kurang peduli terhadap tujuan hidupnya sendiri
akan kehilangan makna hidup, tidak memiliki tujuan hidup yang
jelas, serta tidak memperhatikan makna yang terkandung pada
hidupnya di masa lalu (Ryff, 1995).
f. Pertumbuhan Pribadi
Mengembangkan potensi seseorang perlu dilakukan untuk
tumbuh dan berkembang sebagai manusia. Setiap orang
diharapkan untuk terus berkembang daripada memilih berada
pada keadaan yang konstan. Pertumbuhan pribadi yang
berkelanjutan dan realisasi diri sangat mendukung terhadap
meningkatnya kesejahteraan psikologis seseorang (Ryff, 1989).
Seseorang yang memiliki pertumbuhan pribadi yang baik dapat
dilihat dari keterbukaan diri terhadap pengalaman-pengalaman
baru, memiliki kemampuan dalam menyadari potensi diri yang
dimiliki, dan memiliki pengetahuan yang terus bertambah (Ryff,
1995).
Berdasarkan pengertian aspek-aspek di atas, dapat
disimpulkan bahwa aspek otonomi merupakan pengaturan terhadap
diri sendiri. Penerimaan diri adalah sifat positif seseorang terhadap
diri sendiri. Hubungan positif dengan orang lain sebagai bentuk
empati dan kasih sayang pada orang lain. Penguasaan lingkungan
adalah cara individu dalam memilih atau menciptakan lingkungan
sesuai dengan diri individu. Tujuan hidup adalah seseorang yang
menjadi produktif dan kreatif untuk mencapai tujuan yang berarti.
Aspek terakhir yaitu pertumbuhan pribadi yaitu bahwa seseorang
perlu mengembangkan potensi agar seseorang dapat tumbuh dan
berkembang.

Definisi Kesejahteraan Psikologis

 


Karakteristik orang yang memiliki kesejahteraan psikologis
merujuk pada pandangan Rogers (1965) tentang orang yang berfungsi
penuh (fully-functioning person), pandangan Maslow (1965) tentang
aktualisasi diri (self actualization), pandangan Jung, Baynes, dan
Beebe (2016) tentang individuasi, konsep Allport (1952) tentang
kematangan, juga sesuai dengan konsep Erikson (1980) dalam
menggambarkan individu yang menggapai integrasi dibanding putus
asa (Lopez & Snyder, 2003). Berdasarkan teori psikologi positif dari
dua tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan psikologis
merupakan keseluruhan keberfungsian diri yang ada pada diri individu.
Psychological well-being atau kesejahteraan psikologis
merupakan suatu pencapaian penuh dari potensi psikologis dan suatu
kondisi individu yang dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri,
memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan
orang lain, memiliki pribadi mandiri, mampu mengendalikan
lingkungan, dan memiliki pertumbuhan pribadi yang baik (Ryff, 1989;
Ryff & Keyes, 1995). Konsepsi kesejahteraan psikologis merupakan
integrasi dari teori-teori perkembangan manusia, teori psikologi klinis,
dan konsepsi mengenai kesehatan mental (Ryff, 1989). Berdasarkan
teori yang dikemukakan oleh Ryff, kesejahteraan psikologis
merupakan kondisi individu yang terintegrasi dari teori psikologi
perkembangan dan klinis.
Huppert (2009) mengatakan bahwa kesejahteraan psikologis
merupakan segala persoalan mengenai hidup yang dapat berjalan baik,
sebagai gabungan dari perasaan baik dan bagaimana individu dapat
berfungsi secara efektif. Menurut Bradburn (1969) kebahagiaan
merupakan sebagai hasil dari kesejahteraan psikologis dan merupakan
tujuan tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap manusia. Seseorang
merasa memiliki kesejahteraan psikologis yang baik karena ada
beberapa hal yang juga mempengaruhi hubungan positif dengan orang
lain seperti bersosialisasi dengan orang lain. Berdasarkan teori
tersebut, kesejahteraan psikologis merupakan tujuan tertinggi pada
setiap manusia yang membantu manusia dalam kehidupannya sehingga
individu dapat berfungsi efektif.

Dunia Kerja Di Bidang Konstruksi

 


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, dunia adalah
a. Bumi dengan segala sesuatu yang terdapat diatasnya,
b. Alam kehidupan,
c. Semua manusia yang ada di muka bumi,
d. Lingkungan atau lapangan kehidupan,
e. Segala yang bersifat kebendaan, dan
f. Peringkat antar bangsa.
Berdasarkan penjelasan kerja di atas, kerja adalah kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu yang menghasilkan alat
pemenuhan kebutuhan yang ada seperti barang atau jasa dan memperoleh bayaran
atau upah. Sehingga dunia kerja adalah lingkungan atau lapangan kegiatan
seseorang untuk menyelesaikan atau mengerjakan sesuatu yang menghasilkan alat
pemenuhan kebutuhan yang ada seperti barang atau jasa dan memperoleh bayaran
atau upah.
Menurut kamus bahasa indonesia, bidang adalah
a. Permukaan (yang) rata dan tentu batasnya;
b. Ukuran panjang (5 hasta) untuk mengukur panjang (tikar, layar, kulit, dan
sebagainya);
c. Lapangan (dalam arti lingkungan pekerjaan, pengetahuan, dan sebagainya);
d. Segi pandang;
e. Kata penggolong bagi barang-barang yang luas seperti tanah, sawah, ladang;
f. Lebar;
g. Kolom yang terdapat pada kartu berlubang untuk menuliskan informasi
khusus; dan
h. Bagian tertentu dalam rekaman komputer.
Menurut kamus bahasa indonesia konstruksi adalah
a. Susunan (model, tata letak) suatu bangunan (jembatan, rumah, dan
sebagainya);
b. Lingkungan susunan dan hubungan kata dalam kalimat atau kelompok kata.
Oleh karena itu, bidang konstruksi adalah lingkungan pekerjaan yang
merancang model atau tata letak suatu bangunan seperti rumah, jembatan dan lain
sebagainya, sehingga dunia kerja di bidang konstruksi adalah lingkungan atau
lapangan kegiatan seseorang untuk menyelesaikan atau mengerjakan suatu
rancangan model atau tata letak bangunan seperti rumah, jembatan dan lain
sebagainya dan menghasilkan bangunan seperti yang dirancang serta memperoleh
bayaran atau upah.
Dunia kerja di bidang konstruksi itu sendiri bukanlah dunia ilmu eksakta
yang murni. Pada dunia kerja di bidang konstruksi terdapat banyak resiko
sehingga untuk penanganannya diperlukan pengalaman yang luas, pengertian
yang baik dan pertimbangan yang terarah. Dunia konstruksi itu sendiri
mempunyai beberapa bidang kerja, diantaranya bidang struktur, air, transportasi,
geologi teknik dan manajemen konstruksi.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Kerja

 


Berikut pandangan-pandangan para ahli tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan kerja:
a. Menurut Mangunhardjana (1988) secara garis besar menjelaskan bahwa
mempersiapkan diri untuk mendapatkan pekerjaan itu meliputi:
1) Persiapan profesional atau persiapan dalam bidang pendidikan
Arti dari profesi adalah bidang hidup ketika seseorang terjun untuk
mengabdi dengan seluruh kemampuan, keahlian dan minat, sehingga dapat
diperoleh tempat dalam masyarakat, menentukan harga diri, kebanggaan
dan nafkah untuk hidup. Tujuan persiapan ini adalah membekali diri dengan
pengetahuan, keahlian dan kecakapan dalam bidang tertentu. Untuk profesi
yang menuntut pendidikan formal misalnya, maka persiapannya juga
melalui pendidikan formal. Selain pendidikan untuk menjadi profesional
dalam bidangnya, seseorang harus banyak berlatih mengembangkan
pengetahuan dan kecakapannya tersebut. Hal ini bisa dijalankan dengan
usaha sendiri maupun berguru pada ahlinya, seperti magang dan kursus.
2) Persiapan sikap dan kepribadian atau persiapan bidang psikologis
Demi keberhasilan pelaksanaannya, setiap profesi mengandalkan
sikap batin tersendiri. Idealnya, sikap itu ditumbuhkan dan dibina selama
pendidikan. Sikap yang dibutuhkan antara lain sikap bertanggung jawab,
jujur, dapat diandalkan, mandiri dan berdisplin diri. Persiapan ini juga
mencakup pendewasaan emosi, perasaan, budi dan pikiran, kehendak dan
motivasi, arah dan cita-cita serta tindak tanduk perilaku.
3) Persiapan hubungan dengan orang lain dan kerja sama atau persiapan dalam
bidang sosial
Di tempat kerja atau lembaga, seseorang umumnya tidak bekerja
sendirian, tetapi bekerja sama dengan orang lain dalam regu atau tim.
Hubungan ini membawa akibat besar dalam pelaksanaan tugas dan kerja
sama. Persiapan ini mencakup belajar menerima orang lain apa adanya,
berkomunikasi dengan baik, memulai persahabatan dengan orang lain,
diikuti kemampuan mengembangkan dan memperdalam persahabatan
tersebut serta mengatasi masalah-masalah yang muncul. Persiapan ini juga
meliputi kerja sama yang baik, yang menuntut seseorang untuk belajar
membiasakan diri dalam melihat hubungan dengan diri, tempat dan kerja
sama antara lain, sikap yang tidak egois, tenggang rasa, terbuka terhadap
saran dan pihak lain, tempat dan kerja orang lain, kesadaran bertanya dan
berkomunikasi dengan baik berdasarkan rasa saling percaya.
b. Menurut Suryabrata (1986) mengatakan bahwa kesiapan kerja juga dipengaruhi
oleh proses belajar seseorang. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
proses belajar antara lain:
1) Faktor dari luar yang terdiri dari faktor non sosial dan faktor sosial.
Faktor sosial meliputi hubungan manusia dengan sesama manusia baik
yang hadir ataupun representatif dan faktor non sosial meliputi suhu, cuaca,
tempat, alat-alat serta waktu.
2) Faktor dari dalam yang terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Faktor fisiologis yaitu keadaan jasmani dan faktor psikologis yaitu
meliputi rasa ingin tahu, sifat kreatif dan keinginan untuk maju.
c. Menurut Kartini (1991) faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan kerja
adalah faktor-faktor dari dalam diri sendiri (intern) dan faktor-faktor dari luar
diri sendiri (ekstern). Faktor-faktor dari dalam diri sendiri meliputi:
kecerdasan, keterampilan dan kecakapan, bakat, kemampuan dan minat,
motivasi, kesehatan, kebutuhan psikologis, kepribadian, cita-cita dan tujuan
dalam bekerja, sedangkan faktor-faktor dari luar diri sendiri meliputi:
lingkungan keluarga (rumah), lingkungan dunia kerja, rasa aman dalam
pekerjaannya, kesempatan mendapatkan kemajuan, rekan sekerja, hubungan
dengan pimpinan dan gaji.
d. Menurut Dewa Ketut (1993, halaman 44) faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kesiapan kerja antara lain:
1) Faktor-faktor yang bersumber pada diri individu, yang meliputi:
a) Kemampuan intelejensi
Setiap orang memiliki kemampuan intelejensi berbeda-beda,
dimana orang yang memiliki taraf intelejensi yang lebih tinggi akan lebih
cepat memecahkan permasalahan yang sama bila dibandingkan dengan
orang yang memiliki taraf intelejensi yang lebih rendah. Kemampuan
intelejensi yang dimiliki oleh individu memegang peranan penting
sebagai pertimbangan apakah individu tersebut memiliki kesiapan dalam
memasuki suatu pekerjaan.
b) Bakat
Bakat adalah suatu kondisi, suatu kualitas yang dimiliki individu
yang memungkinkan individu tersebut untuk berkembang pada masa
mendatang, 
c) Minat
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi,
perpaduan dan pencampuan dari perasaan, harapan, prasangka, cemas,
takut dan kecenderungan-kecenderungan lain untuk bisa mengarahkan
individu kepada suatu pilihan tertentu. Minat sangat besar pengaruhnya
dalam mencapai kesiapan dan prestasi dalam suatu pekerjaan serta
pemilihan jabatan atau karir.
d) Motivasi
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan. Motivasi sangat besar pengaruhnya untuk mendorong mahasiswa
dalam memasuki dunia kerja sehingga menciptakan kesiapan dari dalam
dirinya untuk bekerja.
e) Sikap
Sikap adalah suatu kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara
tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap positif dari dalam diri individu
tentang suatu pekerjaan atau karir akan berpengaruh terhadap kesiapan
individu tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan.
f) Kepribadian
Kepribadian seseorang memiliki peranan penting yang berpengaruh
terhadap penentuan arah pilihan jabatan dan kesiapan seseorang untuk
melakukan suatu pekerjaan.
g) Nilai
Nilai-nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap
pekerjaan yang dipilihnya dan prestasi dalam pekerjaan sehingga
menimbulkan kesiapan dalam dirinya untuk bekerja.
h) Hobi
Hobi adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan individu karena
kegiatan tersebut merupakan kegemarannya atau kesenangannya. Hobi
yang dimiliki seseorang akan menentukan pemilihan pekerjaan sehingga
menimbulkan kesiapan dalam dirinya untuk bekerja.
i) Prestasi
Penguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang
sedang ditekuninya oleh individu berpengaruh terhadap kesiapan kerja
individu tersebut.
j) Keterampilan
Keterampilan adalah kecakapan dalam melakukan sesuatu.
Keterampilan seseorang akan mempengaruhi kesiapan untuk melakukan
suatu pekerjaan.
k) Penggunaan waktu senggang
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa di luar jam
pelajaran di kampus digunakan untuk menunjang hobinya atau untuk
rekreasi.
l) Aspirasi dan pengetahuan sekolah atau pendidikan sambungan
Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang
berkaitan dengan perwujudan dari cita-citanya.
m) Pengetahuan tentang dunia kerja
Pengetahuan yang sementara ini dimiliki mahasiswa, termasuk
dunia kerja, persyaratan, kualifikasi, jabatan struktural, promosi jabatan,
gaji yang diterima, hak dan kewajiban, tempat pekerjaan itu berada dan
lain-lain.
n) Pengalaman kerja
Pengalaman kerja yang pernah dialami mahasiswa pada waktu
duduk di kampus atau di luar kampus yang dapat diperoleh dari
praktikum, magang maupun kerja praktek.
o) Kemampuan dan keterbatasan fisik serta penampilan lahiriah
Kemampuan fisik misalnya berbadan kekar, tinggi dan tampan,
keterbatasan fisik misalnya, berbadan kurus dan pendek, penampilan
lahiriah misalnya, penampilan yang tidak sesuai etika dan kasar.
p) Masalah dan keterbatasn pribadi
Masalah adalah problema yang timbul dan bertentangan dalam diri
individu, sedangkan keterbatasan pribadi misalnya, mau menang sendiri,
tidak dapat mengendalikan diri dan lain-lain.
2) Faktor sosial, yang meliputi bimbingan dari orang tua, keadaan teman
sebaya, keadaan masyarakat sekitar dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kesiapan mahasiswa teknik sipil untuk memasuki dunia
kerja di bidang konstruksi antara lain:
a. Keinginan dan minat,
Yaitu suatu sikap yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa agar
mencapai kesiapan dan prestasi dalam suatu pekerjaan.
b. Keluarga (rumah),
Yaitu sikap yang mempengaruhi mahasiswa untuk memilih pekerjaan apa
yang akan ditekuni atau dikerjakan.
c. Ekonomi,
Yaitu kondisi yang memberikan dorongan kepada mahasiswa yang akan
memasuki dunia kerja yang mana mereka memilih bekerja karena desakan
ekonomi atau untuk membantu meringankan beban orang tua.
d. Penghormatan atas diri,
Yaitu sikap yang memacu mahasiswa untuk bekerja karena mendapatkan
penghargaan atas dirinya sendiri.
e. Berpendirian,
Yaitu sikap yang diperlukan dalam mengambil keputusan.
f. Logis dan objektif,
Yaitu sikap yang memiliki pertimbangan dari berbagai sudut dan
menghubungkannya dengan logika serta dapat mempertimbangkan sesuatu
dengan melihat pengalaman orang lain yang objektif.
g. Percaya diri,
Yaitu sikap yang menjunjung tinggi dirinya sendiri dengan bekal
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan kerja.
h. Keinginan untuk maju,
Yaitu sikap ambisi untuk maju dan berusaha mengikuti perkembangan
bidang keahlian.
i. Pengendalian diri atau emosi,
Yaitu sikap yang sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan baik dan benar.
j. Kreatif dan inisiatif,
Yaitu sikap kreatifitas yang tinggi dalam membuat dan mengembangkan
suatu karya disertai dengan ide baru yang timbul atas usaha sendiri untuk
menghasilkan suatu karya.
k. Sikap kritis,
Yaitu sikap yang dibutuhkan untuk dapat mengoreksi kesalahan dan
selanjutnya dapat memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan setelah
koreksi tersebut.
l. Tanggung jawab,
Yaitu sikap yang dibutuhkan agar seseorang memiliki kesadaran akan
tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja
sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
17
m. Motivasi,
Yaitu sikap yang mempengaruhi atau mendorong seseorang dari luar
untuk mengembangkan diri sehingga tercapai kinerja kerja yang maksimal.
n. Kedisiplinan,
Yaitu sikap yang patuh dan taat menerapkan atau menjalankan segala
peraturan dan ketentuan yang berlaku tanpa terkecuali.
o. Adaptasi,
Yaitu sikap yang harus dimiliki oleh setiap mahasiswa agar mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan terutama lingkungan kerja sebagai
modal awal untuk dapat berinteraksi dalam lingkungan tersebut.
p. Sekolah atau kampus,
Yaitu kondisi dari luar yang mendorong setiap mahasiswa yang akan
bekerja untuk memiliki pengalaman dan pengetahuan dasar.
q. Kecakapan kerja,
Yaitu sikap yang harus dimiliki setiap mahasiswa yang akan bekerja agar
mampu melaksanakan pekerjaan baik dari segi pengetahuan maupun
keterampilan sesuai dengan bidang keahliannya.
r. Kemampuan bekerja sama,
Yaitu sikap terbuka dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam
satu tim