Wednesday, July 11, 2018

Kerapatan dan Persebaran Tumbuhan Damar (skripsi dan tesis)



            Kerapatan suatu jenis didefinisikan sebagai jumlah unit tumbuhan per unit area. Obyek yang dihitung dapat berupa seluruh atau sebagian tumbuhan, tergantung jenis dan morfologi tumbuhan yang bersangkutan. Kerapatan suatu jenis ditentukan oleh kemampuan jenisyang bersangkutan untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan tempat tumbuhnya. Atau dengan kata lain bahwa kerapatan suatu jenis ditentukan oleh faktor lingkungan, yang meliputi tapak (keadaan tempat tumbuh), tanah, kelembapan udara, suhu, api, angin, cahaya, api, topografi, serta adanya kompetisi dengan jenis lain dan hubungan dengan dengan organisme-organisme lain (binatang pemakan biji, naungan, maupun asosiasi dengan jenis lain) (Soerianeara dan Indrawan, 2005). Kerapatan selum sepenuhnya bisa menggambakan sebaran populasi dalam sebuah habitat dengan lengkap. Adakalanya dua populasi mempunyai kerapatan yang sama tapi sangat berbeda dalam sebarannya. Oleh karena itu, selain diketahui nilai kerapatan suatu jenis perlu juga diketahui sebaran jenis dalam haitat yang bersangkutan (Prihadi, 1988).
            Frekuensi merpakan perbandingan banyaknya petak yang terisi oleh suatu jenis tertentu terhadap jumlah petak-petak seluruhnya, yang biasa dinyatakan dalam persen, dan merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya jenis tertentu dalam tegakan (Soerianegara dan Indrawan, 2005). Nilai Frekuensi Relatif dari suatu jenis menunjukkan persebaran jenis tersebut pada habitatnya. Jenis-jenis yang menyebar secara luas akan mempunyai jenis tersebut pada habitatnya. Jenis-jenis yang menyebar secara luas akan mempunyai nilai Frekuensi Relatif yang tinggi, dan sebaliknya jenis-jenis yang penyebarannya sempit akan mempunyai nilai Frekuensi Relatif yang rendah (Indriyanto, 2006).
            Persebaran (dispersal) merupakan proses pengangkatan secara aktif (dinamis). Persebaran biji mempunyai 2 tujuan pokok, yaitu untuk mempertahankan jenis dan untuk mengembangkan atau memperluas areal jenis, (Van der Pijl, 1990). Pengetahuan tentang persebaran tumbuhan perlu diketahui yang lebih besar dari pada rata-rata kerapatan jenis per unit area (Ludwig dan Reynolds, 1988).
            Persebaran suatu makhluk (dalam hal ini tumbuhan) menurut Radjiman (1990) dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya :
  • Kemampuan tumbuhan untuk menghasilkan individu, baik secara vegetatif maupun generatif, dan daya tumbuh.
  • Cara pemencaran dan tuntutan terhadap lingkungan.
  • Faktor yang menghambat dan mendukung.
  • Daya adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan

Permudaan Tanaman Damar (skripsi dan tesis)



Tumbuhan akan melakukan regenerasi untk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam proses regenerasi ini, individu baru akan disebarkan secara alami maupun buatan. Permudaan merupaka satu proses peremajaan kembali dai pohon-pohon penyusun tegakan yang telah mati secara alami atu dipanen oleh manusia atau dapat pula diartika sebagai suatu metode penghutanan kembali (Baker, 1950).  Ada dua jenis permudaan, yaitu permudaan alam (natural regeneration) dan permdaan buatan (artificial regeneration).
Permudaan alam, sesuai dengan namanya merupakan suatu proses peremajaan kembali dari suatu tegakan hutan ang terjadi secara alami. Permudaan ini sangat mengandalkan alam untuk pertumbuhan hutan selanjutnya. Namun, bukan berarti tidak diperlukan campur tangan manusia di dalam pengelolaannya (Marsono dan Djuwadi, 1996).
Keuntungan yang didapat dari permudaan alam yaitu mudah, murah, dan sedikit tindakan silvikultur. Sedangkan kerugiannya yaitu kemngkinan kelebihan atau kekurangan biji dan persebaran biji yang tidak merata. Intervensi manusia yang dilakukan antara lain melakukan kontrol terhadap jumlah, persebaran, dan kualitas terhadap pohon induk, serta melakukan penyiapan lingkungan media tumbuh (Daniel dkk., 1992).
Permudaan dikatakan berhadsil apabila tumbuhan baru sudah dapat melewati tahapan kritis yang biasanya terjadi pada saat masih dalam bentuk embrio dalam biji atau pada saat tanaman masih dalam fase semai yang masih lemah. Tingkat keberhasilan suatu permudaan alam sangat ditentukan oleh tiga faktor, yaitu ketersediann biji yang mencukupi (seed supply), lingkungan mikro yang sesuai (seed bed), dan lingkungan makro yang kondusif (Baker, 1950). Ketiga faktor tersebut biasa disebut dengan Segitiga / Triangulasi Permudaan alam (Lihat Gambar 1.)
 Keberhasilan permudaan alam menurut Thojib (1995) sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu proses pembuangan, proses pembuahan, fenoloi biji, persebaran biji, proses perkecambahan, dan adaptasi biji pada tempat tumbuhnya yang baru.
1.      Proses Pembuangan
     Proses ini diawali dengan cukupnya produksi hormon, enzim, vitamin, dan gen-gen lain yang berperan di dalam proses pembuangan oleh tanaman. Hal ini berkaitan erat dengan perubahan lingkungan secara menyeluruh. Faktor lingkungan yang berpegaruh terhadap proses ini antara lain penyinaran (intensitas cahaya), kelembapan tanah, dan udara serta ketersediaan nutrisi.
2.      Proses Pembuahan
     Proses ini diawali dengan adaya proses penyerbukan pada bunga yang dapat berlangsung dengan sendiri atau dengan bantuan agen penyerbuk, yang dapat berupa faktor abiotik (angin dan air) maupun faktor biotik (hewan dan manusia).
3.      Fenologi
     Fenologi merupakan proses terbentuknya biji sebagai calon indivdu baru dari awal pembentukan bunga sampai dengan biji masak dan siap untuk berkecambah.

4.      Persebaran biji
                 Secara alami, biji-biji yang telah masak akan jatuh karena daya tarik bumi lebih besar dari pada daya untuk memperahankanna. Dengan demikian, secara teoritis biji-biji tersebut akan mengelompok di sekitar pohon induk.

Ekologi Tanaman Damar (skripsi dan tesis)



a.       Iklim
Tanaman damar memerlukan iklim basah sepanjang tahun dengan tahun dengan curah hujan 3.000 sampai 4.000 mm pertahun yang terbagi merata seluruh tahun. Curah hujan yang lebih kecil dari 60 mm perbulan selama tiga bulan terus menerus sudah dapat mengakibatkan kematian pohon damar terutama waktu muda. Dengan demikian musim kering yang dapat dialaminya adalah yang basah atau agak basah dimana masih ada 30 hari hujan selama 4 bulan yang paling kering. Ketinggian tempat pertumbuhan adalah antara 300 sampai 1200 meter dari permukaan laut (Direktoral Reboisasi dan Rehabilitasi, 1979).
b.      Tanah
Pohon damar tumbuh baik pada lereng-lereng gunung yang drainasenya baik dan iklim yang serasi. Tempat tumbuh yang baik untuk tanaman damar adalah tanah-tanah yang sebelumnya merupakan tempat tumbuh hutan hujan tropika pegunungan (Team Reboisasi, 1971). Pohon ini tidak dapat tumbuh pada tanah yan becek atau rawa. Damar menghendaki tanah yang subur dan tidak dangkal (Karjono dan Riyanto, 1979). Kebutuhan akan ksigen agak tinggi. Menurut penelitian, tanaman muda yang perakarannya di masukkan ke dalam air akan mati dalam waktu 16 hari. Di Batrraden yang merupakan daerah pusat tanaman damar, diketahui nilai pH tanahnya 5,9 sampai 6,9. Jenis ini tidak tahan terhadap alang-alang atau tanah yang kurang terbuka.

Botani dan Morfologi Tanaman Damar (skripsi dan tesis)


1.      Botani Tanaman Damar
  1. Sistematika
Menurut Manuputty (1955) dan Soenarto (1989), tanaman damar mempunyai sistematika sebagai berikut:
Kingdom         : Plant
Divisio             : Spermatophyta
Class                : Gymnospermae
Sub class         : Dicotyledoneae
Ordo                : Araucarales
Family             : Araucariaceae
Genus              : Agathis
Spesies            : Agathis spp
  1. Morfologi
Morfologi tanaman damar adalah sebagai berikut:
1)      Akar
Menurut Team Reboisasi (1971), pada tumbuhan muda selaluterdapat suatu akar tunggang yang besar dan akar-akar mendatar yang kecil-kecil dan baru setelah pohon mulai dewasa dikembangkan akar-akar tenggelam (zinkers) dan akar-akar mendatar yang kuat. Sistem perakaran damar terdiri dari dua bagian yaitu akar mendatar yang dalamnya hanya beberapa decimeter tetapi memancar jauh kesegala arah dan akar tunggang berbentuk kerucut dikelilingi akar-akar tenggelam besar yang tumbuh lurus ke bawah, tepat di bawah batang. Pada pohon dewasa panjang akar tunggang sekitar 3 meter dan akar mendatar sampai lebih 10 meter, tetapi tidak banyak diketemukan akar-akar cabang yang halus.
2)      Batang
Damar termasuk pohon besar, tingginya mencapai 60 meter, dan diameter setinggi 150 cm samapai 200 cm (Direktur Jendral Kehutanan, 1976). Batang tanaman damar monopodial lurus, kadang sedikit berputar berputar, tidak berbanir, kulit kayu setebal 1 sampai 2 cm berwarna cokelat kelabu. Tajuk tidak lebar, berbentuk kerucut, dan sangat rapat pada pohin muda, menjadi aak jarang dan sedikit mendatar bila sudah tua. Pada pohon-pohon muda cabang-cabangnya jelas melingkari batang (Team Reboisasi, 1971).
3)      Daun
Tanaman damar berdaun tunggal, kedudukanya berpasangan, tetapi pada rantingranting muda daunnya berkumpul pada ujungnya. Bentuk daun pipih, bulat telur, atau bulat panjang, sampai lancet. Perbandingan lebar dan panjang 1:3 sampai 1:6. Tangkai daun jelas kelihatan Permukaan daun sebelah bawah. Panjang daun 7,5 sampai 12 cm, lebar 2 sampai 3,5 cm (Team Reboisasi, 1971 dan Kehutanan Indonesia, 1987).
4)      Bunga
Bunga damar berjenis dua. Bunga jantan terdapat di ujung (axillair) dari dahan-dahan pendek atau di ketiak daun. Bertangkai pendek berbentuk silinder. Panjang 3 sampai 5 cm, diameter 15 mm. Sisik-sisiknya seperti sendok makan, susunannya tidak seperti atap genteng. Bunga betina berbentuk bulat, panjang 6 sampai 8 cm, diameter 6 sampai 7 cm, sisiknya tersusun seperti atap genteng dengan ujung yang bersehi tiga (Kehutanan Idonesia, 1987).
5)      Buah
Tanaman damar berbunga sepanjang tahun dan berbuah terutama dalam bulan Februari-April dan Agustus sampai Oktober (Direktorat Jendral Kuhutanan, 1976). Menurut Team Reboisasi (1971), buah berbentuk conus yang khas, sisik berlapis seperti atap genteng (imbricubus) dan membentuk suatu apiral mengelilingi poros berbentuk gada yang berdaging tebal. Selanjutnya menurut Direktorat Jendral Kehutanan (1976), runjung-runjung (conus) yang cukup masak, waktu diiris benih berwarna coklat. Dari sekitar 190 conus besar atau 377 conus kecil diperoleh 1 kg benih atau 7.950 buah benih.
6)      Biji
Biji tanaman damar berbentuk telur terbalik dengan panjang 10 sampai 11 mm lebar 8 mm, dan bersayap. Biji yang segar daya kecambahnya 90 sampai 100 persen dan setelah disimpan satu minggu turun menjadi 80 sampai 90 persen. Biji yang kering angin cepat sekali turun daya kecambahnya turun menjadi 80 sampai 90 persen. Biji yang kering akan cepat sekali turun daya kecambahnya. Setelah 14 hari daya kecambanhya turun sampai 40 persen dan seteah 6 minggu tidak dapat berkecambah lagi (Team Reboisasi, 1971).

Daerah Asal dan Peyebaran Tanaman Damar (skripsi dan tesis)



            Nama Agathis loranthifolia Saliab, diberikan oleh Salisburi berdasarkan materi yang dikumpulkan dari tanaman damar di Pulau Jawa yang dulu bibitnya berasal dari Maluku Selatan (Ambon) yang ditanam di Pulau Jawa pada pertengahan abad XIX, ang dikembangkan di daerah Bogor (Karjono dan Riyanto, 1979).
            Materi yang dikumpulkan dari Ambon kebanyakan namanya damar putih dan hanya satu nomor yang dikumpulkan dengan nama dammar merah. Pada permulaan nomor-nomor herbarium di Ambon dideterminasi sebagai A. alba Foxw. A. dammara Rich., kemudian ssemua diganti menjadi A. alba Foxw. dan akhirnyasau nomor yag mempunyai nama daerah damar merah diganti determinasinya menjadi Agathia loranthifolia. Damar merah yang determinasinya adalah Agathis loranthifolia di daerah asalnya dikumpulkan oleh Dr. P. Buwalda pada tempat yang tingginya sekitar 300 meter dari permukaan laut dan tumbuh pada tempat yang miring dalam hutan alam. Sejak kurang lebih satu abad yang lalu bibit pohon damar yang pertama didatangkan dari Ambon dan ditanam sebagai pohon peneduh tepi jalan di Sukabumi. Antara tahun 1892 dan 1895 dari benih yang dikumpulkan dari pohon tersebut telah dibuat suatu tanaman percobaan di perkebunan Teh Suka bumi (Team Reboisasi, 1971).
            Hingga pada tahun 1917 Jawatan kehutanan berhasil melakukan penanaman damar yang pertama kali di situgunung dengan ketinggian tempat 1100 meter dari permukaan laut (Perum Perhutani, 1974). Selanjutnya menurutTeam Reboisasi (1971), damar termasuk dalam jenis-jenis pohon yang penting di Indonesia terutama di Pulau Jawa. Bertahan dengan ini maka tanaman damar akan diperluas sampai 141.000 hektar yang terdiri atas 80.000 hektar hutan produksi dan 60.000 hektar hutan lindung.
            Di Jawa Barat tanaman damar terutama terdapat di daerah Bgor, Sukabumi dan Banten. Tanaman damar di Jawa Tengah terutama di pusatkan pada Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur, Purworejo, dan Pekalongan. Di Jawa Timur tanaman damar diadakan pada daerah tempat tumbuhnya yang sesuai, yaitu di Kesatan Pemangkuan Hutan Probolinggo, Malang Selatan dan Jember.

Tuesday, July 10, 2018

PERTUMBUHAN EKONOMI (skripsi dan tesis)

Boediono(1999) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan  output perkapita dalam jangka panjang. Penekanannya pada proses karena mengandung unsur perubahan dan indikator pertumbuhan ekonomi dilihat dalam kurun waktu yang cukup lama.
Menurut Suryana (2000),pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross Domestic Product) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya.Samuelson (1995) mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan dari Gross Domestic Product potensial/output dari suatu negara.
Menurut Widodo (2001), untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari perkembangan PDRB pada daerah tersebut. Pada awal pembangunan ekonomi suatu negara, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi berorientasi  pada masalah pertumbuhan (growth). Hal ini bisa dimengerti mengingat penghalang utama bagi pembangunan negara sedang berkembang adalah terjadinya kekurangan modal.
Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci untuk mengatasi kemiskinan, menurunnya tingkat pertumbuhan penduduk, melindungi lingkungan dan memperkuat tatanan sipil. Pertumbuhan ekonomi merupakan proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang atau perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang terjadi dari tahun ke tahun. Perhitungan tingkat pertumbuhan ekonomi (dalam konteks daerah):
Pertumbuhan Ekonomi = ((PDRBt – PDRBt1) / PDRBt1) ×100%

Keterangan:  
PDRBt     : Produk Domestik Regional Bruto pada tahun t
PDRBt1   : Produk Domestik Regional Bruto pada tahun sebelumnya.
                                                                                    (Kuncoro, 2004)
Pendapat tersebut didukung oleh Susantik, dkk (1995) yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting guna menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi di suatu negara atau daerah.Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya.Indikator yang lazim digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan angka-angka pendapatan seperti Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).Aspek tersebut relevan untuk dipertimbangkan karena dengan demikian kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan Pemerintah untuk mendorong aktivitas perekonomian domestik bisa dinilai efektivitasnya.
Widodo (2001) menjelaskan bahwa laju pertumbuhan  ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Penekanan pada proses karena mengandung unsur dinamis, perubahan, atau perkembangan. Oleh karena itu, pemahaman indikator pertumbuhan ekonomi biasanya akan dilihat dalam kurun waktu tertentu, misalnya tahunan.
Laju pertumbuhan ekonomi akan diukur melalui indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi pada prinsipnya harus dinikmati penduduk.Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu dapat dinikmati penduduk, jika pertumbuhan penduduk jauh lebih tinggi. Dengan kata lain, mengkaitkan laju pertumbuhan ekonomi dengan laju pertumbuhan penduduk akan memberi indikator yang lebih realistis.
Menurut Widjaya (1992) dalam Arsyad (2005) menerangkan dua konsep pertumbuhan ekonomi, antara lain:
  1. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan pendapatan nasional riil. Perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang apabila terjadi pertumbuhan output riil. Output riil suatu perekonomian bisa juga tetap konstan atau mengalami penurunan. Perubahan ekonomi meliputi pertumbuhan, statis ataupun penurunan, dimana pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat positif sedangkan penurunan merupakan perubahan negatif.
  2. Pertumbuhan ekonomi terjadi apabila ada kenaikan output perkapita. Dalam hal ini, pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup yang diukur dengan output total riil perkapita. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi terjadi apabila tingkat kenaikan output total riil lebih besar daripada tingkat pertambahan penduduk. Sebaliknya, terjadi penurunan taraf hidup aktual bila laju kenaikan jumlah penduduk lebih cepat daripada laju pertambahan output total riil.
Pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada waktu yang sama, pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan suatu proses pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumberdaya yang ada untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut.
Pengertian pertumbuhan ekonomi berbeda dengan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat, sementara pembangunan mengandung arti yang lebih luas.
Proses pembangunan mencakup perubahan pada komposisi produksi, perubahan pada pola penggunaan (alokasi) sumber daya produksi diantara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan pada pola distribusi kekayaan dan pendapatan diantara berbagai golongan pelaku ekonomi, dan perubahan pada kerangka kelembagaan dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh (Djojohadikusuma, 1994).
Namun demikian, pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ciri pokok dalam proses pembangunan. Hal ini diperlukan berhubungan dengan kenyataan adanya pertambahan penduduk.Bertambahnya penduduk dengan sendirinya menambah kebutuhan pangan, sandang, pemukiman, pendidikan, dan pelayanan kesehatan.Adanya keterkaitan yang erat antara pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, ditunjukkan pula dalam sejarah munculnya teori-teori pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.
Ada 4 faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi, antara lain:
  1. Sumber Daya Manusia
Kualitas input tenaga kerjaatau sumber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Hampir semua faktor produksi yang lainnya, yakni barang modal, bahan mentah serta teknologi, bisa dibeli atau dipinjam dari negara lain. Tetapi penerapan teknik-teknik produktivitas tinggi atas kondisi-kondisi lokal hampir selalu menuntut tersedianya manajemen,keterampilan produksi, dan keahlian yang hanya bisa diperoleh melalui angkatan kerja terampil yang terdidik.
  1. Sumber Daya Alam
Faktor produksi kedua adalah tanah. Tanah yang dapat ditanami merupakan faktor yang paling berharga. Selain tanah, sumber daya alam yang penting misalnya minyak, gas, hutan, air, dan bahan-bahan mineral lainnya.
  1. Pembentukan Modal
Dalam pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi, yang mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun. Pembentukan modal dan investasi dibutuhkan untuk kemajuan cepat di bidang ekonomi.
  1. Perubahan Teknologi dan Inovasi
Salah satu tugas kunci pembangunan ekonomi adalah memacu semangat kewiraswastaan. Perokonomian akan sulit untuk maju apabila tidak memiliki para wiraswastawan yang bersedia menanggung resiko usaha dengan mendirikanberbagai pabrik atau fasilitas produksi, menerapkan teknologi baru, mengadapi berbagai hambatan usaha, hingga mengimpor berbagai cara dan teknik usaha yang lebih maju.

MANFAAT EKONOMI INFRASTRUKTUR JALAN (skripsi dan tesis)


Infrastruktur jalan merupakan salah satu prasarana publik paling primer dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Infrastruktur merupakan input penting bagi kegiatan produksi dan dapat memengaruhi kegiatan ekonomi dalam berbagai cara baik secara langsung maupun tidak langsung. Infrastruktur tidak hanya merupakan kegiatan produksi yang akan menciptakan output dan kesempatan kerja, namun keberadaan infrastruktur juga memengaruhi efisiensi dan kelancaran kegiatan ekonomi di sektor-sektor lainnya.
Menurut Marsuki (2005) dan Sjafrizal (2008) dikatakan bahwa untuk menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur yang memadai. Ilustrasinya sederhana, seandainya semula tidak ada akses jalan lalu dibuat jalan maka dengan akses tersebut akan meningkatkan aktivitas perekonomian. Contoh lain di suatu komunitas bisnis, semula tidak ada listrik maka dengan adanya listrik kegiatan ekonomi di komunitas tersebut akan meningkat. Fungsi strategis infrastruktur jelas tidak diragukan lagi tanpa pembangunan infrastruktur yang mencukupi, kegiatan investasi pembangunan lainnya seperti kegiatan produksi, jelas tidak akan meningkat secara signifikan. Breheny (1995) (dalam Banister 1995) mengatakan bahwa transportasi memiliki dampak yang besar terhadap perkembangan daerah dan ekonomi kota dan wilayah. Selanjutnya dalam Undang-undang No. 38 tahun 2004 tentang jalan disebutkan bahwa jalan mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan.
Tambunan (2005) menegaskan bahwa manfaat ekonomi infrastruktur jalan sangat tinggi apabila infrastruktur tersebut dibangun tepat untuk melayani kebutuhan masyarakat dan dunia usaha yang berkembang. Tambunan (2005) juga menunjukkan bahwa manfaat variabel infrastruktur (diukur dengan panjang jalan aspal atau paved road) terhadap peningkatan beragam tanaman pangan di Pulau Jawa jauh lebih signifikan berpengaruh terhadap produksi tanaman pangan dibandingkan dengan pembangunan pengairan
Selanjutnya, dikemukakan walaupun hasil analisis ini terlihat mengherankan, kalau ditelaah lebih mendalam alasannya dapat dipahami mengapa demikian. Dampak pembangunan jalan terhadap sektor pertanian memberikan beragam keuntungan diberbagai tingkatan bagi petani dibanding dengan membangun irigasi. Alasan utamanya adalah variabel jalan berdampak lebih luas karena membuka akses lebih besar bagi petani, melalui pembangunan jalan informasi produksi perdagangan dan kegiatan bisnis lainnya dari urban yang berguna bagi kegiatan petani lebih cepat diterima. Dampak itu lebih tinggi dibanding dengan dampak pembangunan irigasi, karena hanya terbatas pada peningkatan produksi tanaman pangan, walaupun demikian kedua jenis infrastruktur tersebut (jalan dan irigasi) memiliki perannya masing-masing oleh sebab itu sebaiknya dibangun secara bersamaan.