Sunday, July 30, 2023

Pengertian Harga

 


Dalam proses jual beli harga memiliki peran penting untung
memepengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam pembelian produk dan
menjadi salah satu bagian terpenting karena harga adalah alat tukar dalam
20
transaksi sehingga harga sangat menentukan keberhasilah pemasaran dalam
suatu produk. Harga merupakan satu- satunya unsur bauran pemasaran yang
sifatnya fleksibel dimana setiap saat dapat berubah-ubah. Harga juga
merupakan salah satu faktor persaingan dalam memsarkan suatu produk.
Menurut Fandy Tjiptono (2016:218) harga adalah:
“Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
mendatangkan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan”.
Sedangkan Menurut Kotler dan Keller (2016:312) definisi Harga sebagai
berikut:
“Price as the amount of money charged for a product or service, or the sum
of values that customers exchange for benefits of having or using the
product service”.
Menurut definisi ahli diatas, disimpulkan bahwa harga merupakan nilai suatu
barang atau jasa yang dinyatakan dengan uang dimana harga merupakan salah
satu elemen dari bauran pemasaran yang menghasilakan pendapatan sehingga
produsen harus mengikuti perkembangan harga dipasar juga harus mengetahui
posisi perusahaan dalam situasi pasar secara keseluruhan.

Hubungan Antara Persepsi Harga Dengan Minat Beli

 


Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumen akan menjadi loyal
pada merek-merek berkualitas tinggi jika produk-produk ditawarkan dengan harga
yang wajar. Konsumen sering pula menggunakan harga sebagai kriteria utama
dalam menentukan pilihan pembelian. Pembeli sangat sensitive terhadap barangbarang yang mahal atau sering dibeli, maka konsumen dalam membeli selalu
membanding-bandingkan harga dan memilih harga yang murah (Ujianto, 2004).
Menurut William J. Stanton (1996) ada tiga ukuran yang menentukan harga,
yaitu:
1. Harga yang sesuai dengan kualitas suatu produk,
2. Harga yang sesuai dengan manfaat suatu produk,
3. Perbandingan harga dengan produk lain.
Ujianto (2004) mengatakan bahwa persepsi konsumen menunjukkan
hubungan bahwa bertambah besar manfaat, diskon, hadiah yang diperoleh dan
bertambah murah produk maka kecenderungan minat beli konsumen bertambah.
Karjaluoto, et al. (2003), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
salah satu hal utama yang mempengaruhi Minat beli adalah harga. Harga
merupakan bagian dari bauran pemasaran dimana dalam proses membuat
keputusan membeli, konsumen akan melakukan pertimbangan cermat untuk
menilai elemen ini. Tingginya harga suatu produk akan meningkatkan laba
pendapatan produsen tersebut. Namun penetapan harga yang tinggi bukanlah hal
yang mudah bagi konsumen untuk memberikan keputusan untuk membeli.
Konsumen akan melakukan pertimbangan secara rasional yang dipengaruhi oleh
persepsi tiap individu yang berbeda. Hal ini menjadi tantangan bagi produsen agar
mampu memberikan tingkat rasionalitas yang wajar terhadap produk yang
dikeluarkan dengan penawaran harga yang tingi. Suatu harga bukanlah hanya
merupakan sekedar nilai tukar barang atau jasa, melainkan konsumen berharap
akan selalu menerima balasan atau hasil yang setimpal atas nilai yang telah
mereka keluarkan. Kepercayaan konsumen akan nilai dan kualitas suatu produk
atau jasa sangat penting dicermati para produsen. Banyaknya pesaing dari suatu
produk membuat konsumen lebih mudah untuk membandingkan kesesuaian harga
dengan manfaat yang diterima. Kondisi ini sesuai dengan pendapat dari Kotler
dan Armstong (2008:345), yang mengemukakan bahwa dalam memenuhi
kebutuhannya akan suatu barang atau jasa, konsumen melakukan suatu sistem
penukaran dengan membayarkan sejumlah nilai yang telah ditentukan kemudian
ditukarkan dengan barang/ jasa yang sesuai. Nilai merupakan sejumlah harga
yang harus dibayarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang diinginkan.
Perusahaan harus menyadari dan teliti dalam mencermati tiap keinginan
konsumen dan tren yang ada saat ini. Hal tersebut berpengaruh besar dalam
penentuan harga yang wajar. Agar konsumen mencapai tingkat kepuasan dalam
membeli, dimana banyaknya biaya yang telah ia keluarkan sebanding dengan
manfaat yang ia dapatkan.
Pilihan harga yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan konsumen
diharapkan dapat menimbulkan minat beli konsumen agar segera membeli atau
menggunakan produk tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dari Norfiyanti
(2012). Hasil penelitian Oosthuizen dan Spowart (2015) menyatakan bahwa
konsumen menggunakan persepsi mereka terhadap kerelatifan harga sebagai jalan
untuk merasakan nilai dari produk tersebut sehingga konsumen dapat menetukan
minat mereka untuk membeli produk. Bachriansyah (2011) yang melakukan
penelitian di Kota Semarang terhadap produk ponsel Nokia mengemukakan
bahwa niat beli konsumen secara simultan dipengaruhi oleh persepsi harga. Hasil
yang serupa juga dikemukakan oleh Kusuma dan Purnami (2015), Swistiani
(2014), Fure (2013), Annafik (2012), dan Munnukka (2008) yang menyatakan
bahwa niat beli calon pelanggan secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh
persepsi harga . Hal ini berarti bahwa niat beli calon pelanggan akan meningkat
jika persepsi harga semakin baik.

Hubungan Antara Persepsi Kualitas Produk Dengan Minat Beli

 


Penelitian terdahulu Krisyatmoko (2016) mengatakan bahwa persepsi
kualitas menjadi faktor penting dalam kepuasan konsumen. Semakin tinggi
persepsi kualitas konsumen maka semakin tinggi minat beli mereka. Ningsih
(2017) menunjukkan adanya model hubungan kausal dimana minat beli
konsumen tergantung pada nilai yang dirasakan, dan nilai yang dirasakan berasal
dari persepsi kualitas, sehingga peningkatan kualitas yang dirasakan
meningkatkan minat beli konsumen. Pujasara (2013) menemukan bahwa persepsi
kualitas secara positif mempengaruhi nilai yang dirasakan, dan nilai yang
dirasakan berpengaruh secara positif terhadap minat beli. Luthfiani (2016)
menemukan bahwa ketika kualitas yang dirasakan dari produk tinggi, nilai yang
dirasakan akan tinggi, dan minat beli juga akan meningkat. Selanjutnya Alfred
(2013) membuktikan bahwa persepsi kualitas dan minat beli secara langsung
berkorelasi positif, sehingga persepsi kualitas dapat digunakan dalam
memprediksi minat beli.
Berdasarkan pengamatan dilapangan menunjukkan hasil bahwa persepsi
kualitas mempunyai pengaruh terhadap minat beli lebih dominan dari variabel
harga. Alasan persepsi kualitas memiliki pengaruh yang lebih dominan dalam
penelitian ini karena responden mencari kualitas produk yang disesuaikan dengan
kebutuhan, hal ini ditambah dengan responden kurang mengetahui perbandingan
harga. Produk yang dipersepsikan memiliki kualitas yang baik oleh konsumen
dapat mempengaruhi minat beli terhadap produk tersebut.
Suatu produk dikatakan telah dikonsumsi oleh konsumen apabila produk
tersebut telah diputuskan oleh konsumen untuk dibeli. Minat konsumen untuk
membeli dipengaruhi oleh nilai produk yang dievaluasi. Bila manfaat yang
dirasakan lebih besar dibanding pengorbanan untuk mendapatkannya, maka
dorongan untuk membelinya semakin tinggi. Sebaliknya bila manfaatnya lebih
kecil dibanding pengorbanannya maka biasanya pembeli akan menolak untuk
membeli dan umumnya beralih mengevaluasi produk lain yang sejenis.
Schiffman dan Kanuk (2007) dalam Pamangsah (2008) mengatakan
bahwa persepsi seseorang tentang kualitas produk akan berpengaruh terhadap
minat membeli yang terdapat pada individu. Persepsi yang positif tentang kualitas
produk akan merangsang timbulnya minat konsumen untuk membeli yang diikuti
oleh perilaku pembelian. Vlaev, et al. (2009) menyebutkan bahwa banyak model
perilaku konsumen berasumsi evaluasi harga dan kualitas memiliki korelasi
hubungan yang positif. Persepsi kualitas dapat diukur melalui indikator: kinerja,
fitur, kesesuaian dengan spesifikasi, keandalan, ketahanan, hasil akhir.
Yaseen, et al. (2011), dimana persepsi kualitas mempunyai pengaruh
paling besar dari semua variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat
Setyawan (2010) yang mengatakan bahwa persepsi kualitas yang baik di mata
konsumen akan meningkatkan minat beli karena memberikan alasan yang kuat
dibenak konsumen untuk memilih merek tersebut. Hal ini juga didukung oleh
Setyawan (2010) tentang kaitan antara persepsi kualitas produk dan minat beli.

Tahapan Terjadinya Minat Beli

 


Menurut Albari (2003) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan
dorongan dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan
tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek
tertentu, maka dia akan terdorong untuk berperilaku menguasai produk tersebut.
Sebaliknya jika motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari
obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah untuk
kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli produk atau merek yang
ditawarkan. Keinginan untuk membeli timbul setelah konsumen merasa tertarik
dan ingin memakai produk yang dilihatnya, menurut Howard dan Shay bahwa
proses membeli (buying intention) akan melalui lima tahapan, yaitu :
1) Pemenuhan kebutuhan
2) Pemahaman kebutuhan
3) proses mencari barang
4) Proses evaluasi
5) Terjadinya Minat Beli
Informasi mengenai produk mendasari proses membeli sehingga akhirnya
muncul suatu kebutuhan, di sini konsumen akan mempertimbangkan dan
memahami kebutuhan tersebut, apabila penilaian pada produk sudah jelas maka
konsumen akan mencari produk yang dimaksud, yang kemudian akan berlanjut
pada evaluasi produk dan akhirnya konsumen akan mengambil keputusan untuk
membeli atau memutuskan untuk tidak membeli yang disebabkan produk tidak
sesuai dan mempertimbangkan atau menunda pembelian pada masa yang akan
datang

Pengertian Minat Beli

 


Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu
merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian dan diukur
dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Ujianto dan
Abdurachman (2004).
Pengertian minat beli menurut (Durianto dan Liana, 2004:44) adalah minat
beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk
membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan pada
periode tertentu.
Dapat dikatakan bahwa minat beli merupakan pernyataan mental dari
konsumen yang merefleksikan rencana pembelian sejumlah produk dengan merek
tertentu. Hal ini sangat diperlukan oleh para pemasar untuk mengetahui minat beli
konsumen terhadap suatu produk, baik para pemasar maupun ahli ekonomi
menggunakan variabel minat untuk memprediksi perilaku konsumen dimasa yang
akan datang.
Definisi minat beli adalah merupakan bagian dari komponen perilaku
konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak
sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan (Kuniawan, santoso dan
dwiyanto bambang., 2008).
Menurut Kotler dan Amstrong (2012) minat beli adalah sesuatu yang
timbul setelah menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, lalu muncul
keinginan untuk membeli dan memilikinya.

Indikator Persepsi Harga

 


Menurut Kotler dan Armstrong (2008:278) ada dua indikator yang
mencirikan persepsi harga yaitu:
1. Keterjangkauan harga. Harga yang diberikan oleh perusahaan terhadap
produk mereka dapat dijangkau oleh para konsumennya. Harga yang
terjangkau tentunya akan menjadi pertimbangan konsumen untuk membeli
produk mereka.
2. Kesesuaian harga dengan manfaat, manfaat yang diterima oleh konsumen
harus sesuai dan mencapai ekspetasi konsumen.
Sedangkan menurut Tjiptono (2008) Indikator persepsi harga meliputi:
1. Harga Bersaing, Harga bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan
cepat. Harga adalah elemen yang paling mudah diubah dan diadaptasikan
dengan dinamika pasar.
2. Kesesuaian harga dengan kualitas, Konsumen cenderung mengasosiasikan
harga dengan tingkat kualitas produk.

Pengertian Persepsi Harga

 


Valerie Zeithaml (2000) mengatakan bahwa menurut sudut pandang
konsumen, harga adalah sesuatu diberikan atau dikorbankan untuk memperoleh
suatu produk. Menurut Agusty Ferdinand (2000), keterjangkauan harga
merupakan salah satu variabel penting dalam pemasaran, di mana harga dapat
mempengaruhi konsumen dalam mengambil keputusan untuk membeli suatu
produk.
Alasan ekonomis akan menunjukkan bahwa harga yang rendah atau harga
yang selalu berkompetisi merupakan salah satu pemicu penting untuk
meningkatkan kinerja pemasaran. Menurut Kurniawan I, Santoso S.B, dan
Dwiyanto (2008) harga adalah “service as a signal of quality”. Faktor terpenting
dari harga sebenarnya bukan harga itu sendiri (objective price), akan tetapi harga
subyektif, yaitu harga yang dipersepsikan oleh konsumen. Apabila konsumen
mempersepsikan produk A harganya lebih mahal/tinggi, maka hal ini akan
berpengaruh positif terhadap “perceived quality dan perceived sacrifice”. Artinya,
konsumen mungkin memandang produk adalah produk berkualitas, oleh karena
itu wajar bila memerlukan pengorbanan uang yang lebih mahal.
Keterjangkauan harga dari sudut pandang pemasaran merupakan satuan
moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan
agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang dan jasa. Dari
sudut pandang konsumen, harga seringkali digunakan sebagai indikator value
bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu
barang dan jasa. Value dapat didefinisikan antara manfaat yang dirasakan
terhadap harga (Verma dan Gupta., 2004). Kesan konsumen terhadap harga baik
itu mahal, murah ataupun standar akan berpengaruh terhadap aktivitas pembelian
selanjutnya dan kepuasan konsumen setelah pembelian. Kesan ini akan
menciptakan nilai persepsian konsumen terhadap suatu barang. Kesan konsumen
terhadap harga dipengaruhi oleh harga barang lain yang dijadikan referensi
(reference price). Reference price menurut Shiffman dan Kanuk (2000)\
diterjemahkan sebagai apapun bentuk harga yang dijadikan konsumen sebagai
dasar perbandingan untuk menilai harga barang lain.