Showing posts with label Konsultasi Skripsi Jogja. Show all posts
Showing posts with label Konsultasi Skripsi Jogja. Show all posts

Sunday, April 21, 2024

Implikasi Kualitas Produk

 


Menurut Heizer dan Render (2012:223) menyatakan bahwa kualitas
adalah suatu hal yang sangat penting bagi operasional perusahaan. Selain
operasional perusaan kualitas juga memiliki implikasi yang lain yaitu:

  1. Reputasi Perusahaan
    Untuk brand yang baru, ketika konsumen merasa puas dengan produk
    yang baik maka reputasi perusahaan akan naik. Jika reputasi
    perusahaan terbangun dengan baik, konsumen akan percaya dengan
    produk baru yang dikerluarkan karena perusahaan tersebut sudah
    memiliki kualitas yang baik.
  2. Pertanggungjawaban Produk
    Semakin banyak meningkatnya suatu produk, maka perusahaan akan
    dituntut untuk mempertanggungjawabkan segala produk yang dijual
    supaya dapat memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan sekaligus
    memberikan kepuasan kepada pelanggan.
  3. Penurunan Biaya
    Kualitas produk yang semakin baik, maka semakin efektif dan efisien
    juga proses produk. Karena dengan memberikan proses produk yang
    baik perusahaan akan semakin jarang menghasilkan produk yang gagal
    atau cacat. Quality control yang ketat akan mengurangi biaya sehingga
    perusahaan focus memproduksi produk sesuai dengan yang diharapkan
    oleh pelanggan.
  4. Peningkatan Pangsa Pasar
    Penurunan biaya akan mempengaruhi harga jual produk juga semakin
    murah, namu jika perusahaan tetep memiliki kualitas yang baik. Karena
    kualitas produk yang baik dan harga murah maka semakin jauh produk
    dalam menjangkau pasar. Hal ini akan memperluas pangsa pasar
    perusahaan.
  5. Dampak Internasional
    Kualitas produk yang semakin bagus, maka pangsa pasar yang dimiliki
    oleh perusahaan akan semakin besar, bahkan bisa memperoleh tahap
    internasional. Sebab itu, perusahan tidak hanya memenuhi standar
    kualitas local, akan tetapi standar kualitas internasional supaya produk
    dapat bersaing secara internasional.

Pengembangan Produk

 


Menurut Oentoro (2012:134) mengungkapkan bahwa barang yang
diterima di pasar dapat memberikan nilai tambah pada setiap perusahaan
atau dapat memimpin pasar dengan segmen tertentu. Berikut dalam
pengembangan produk untuk tercapainya hal tersebut terdiri dari beberapa
tahap sebagai berikut:

  1. Pencarian Ide Produk
    Mecari ide produk sesuai dengan tujuan perusahaan
  2. Menyaring Ide Produk
    Ketika memperoleh banyak ide produk, maka sebaiknya dipikirkan
    lebih matang lagi produk mana yang terbaik untuk direkomendasikan
    serta sesuai dengan tujuan dan kondisi perusahaan.
  3. Analisis Bisnis
    Perusahaan harus melakukan perkiraan pada produk tersebut seperti
    berapa besar perkiraan biaya produksi serta investasinya, seberapa
    besar peluang pasarnya. Seberapa perkiraan laba yang akan didapatkan,
    seberapa besar tingkat kepuasaan pelanggan dan lain sebagainya.
  4. Pengembangan produk
    Apabila ide yang dipilih sudah layak maju ke tahan selanjutnya, maka
    dilakukan percobaan untuk dilakukan uji kelayakan bisnis, produk diuji
    coca secara internal melalui perusahaan sendirimaupun perusahaan lain
    yang berkompeten dibidang tersebut.
  5. Uji Coba Pemasaran
    Ketika sudah menguji beberapa sampel segmentasi pasar yang
    memungkinkan akan dituju oleh perusahaan
  6. Komersialisasi Produk
    Tahap akhir yaitu memasarkan dengan menawarkan produk tersebut ke
    pelanggan yang telah dipilih perusahaan . produk baru harus selalu
    dilakukan pengecekan sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan produk
    berikutnya supaya mampu menghasilkan laba yang maksimal.

Alasan Memproduksi Produk Berkualitas

 


Menurut Suyadi Prawirosentono (2012:2-3) bahwa produk yang
berkualitas prima akan lebih atraktif untuk pelanggan sehingga dapat
meningkatkan volume penjualan. Akan tetapi terlebih dari itu produk
mempunyai kualitas yang penting sebagai berikut:
a. Pelanggan yang membeli produk dengan berdasarkan taraf. Pada
umumnya produk memiliki loyalitas produk yang lebih besar
dibandingkan dengan pelanggan yang hanya membeli berdasarkan
harga. Pelanggan akan membeli produk sesuai dengan mutu sampai
pelanggan tersebut sudah merasa tidak puas sebab ada produk yang
lebih bermutu. Akan tetapi jika produk selalu memperbaiki mutu
pelanggan akan selalu setia dan tetap membelinya. Berbeda dengan
pelanggan yang hanya mencari produk dengan harga yang lebih
murah apapun mereknya. Maka konsumen tersebut tidak memiliki
loyalitas produk.
b. Bersifat kontradiktif dengan cara berpikir bisnis tradisional, selain
memproduksi barang yang bermutu, secara otomatis akan lebih
mahal dibandingkan produk yang bermutu rendah. Banyak
perusahaan yang menemukan bahwa memproduksi suatu barang
yang bermutu tidak harus memiliki harga yag lebih mahal. Produk
yang menghasilkan mutu tinggi secara simultan meningkatkan
produktivitas, sebagai berikut mengurangi penggunaan bahan dan
mengurangi biaya.
c. Menjual barang yang tidak bermutu, kemungkinan banyak yang
akan menerima keluhan dan pengembalian barang dari konsumen
atau biaya yang untuk perbaikan menjadi lebih besar, selain
memperoleh citra yang tidak baik. Belum lagi kecelakaan yang
dialami konsumen pada produk tersebut yang mengakibatkan
pemakaian produk tersebut bernilai rendah. Mungkin pelanggan
akan meminta ganti rugi melalui pengadilan. Jadi berdasarkan dari
ketiga alas an tersebut bahwa memproduksi sebuah barang yang
memiliki mutu lebih tinggi lebih banyak memberikan keuntungan
untuk konsumen berbeda dibandingkan dengan produsen yang
menghasilkan produk bermutu rendah.

Tingkatan Produk

 


Menurut Sangadji (2013:15) terdapat lima tingkatan produk antara lain:

  1. Manfaat inti, adalah sebuah produk yang memiliki manfaat dasar dapat
    dikonsumsi oleh pelanggan. Seperti perusahaan perhotelan dengan
    menawarkan produk yang memiliki manfaat utamanya yaitu untuk
    istirahan dan tidur.
  2. Produk dasar, adalah suatu produk dalam bentuk dasar yang dapat
    dikonsumsi pelanggan. Seperti kain.
  3. Produk yang diharapkan merupakan serangkaian atribut produk serta
    suatu kondisi-kondisi yang biasa diinginkan dan diterima pelanggan
    saat mereka membeli suatu barang. Seperti baju, celana, sepatu, sandal,
    tas dan lain sebagainya.
  4. Produk yang ditingkatkan merupakan produk yang sudah dalam
    perubahan sedemikian rupa sehinggan barang yang ditawarkan berbeda
    dengan barang pesaing. Seperti sepatu merek Adidas, baju merek
    Gucci, celanan merek Levi’s, dan lain sebagainya.
  5. Produk potensial, adalah sebuah produk yang dialami perubahan
    bentuk di masa sekarang. Seperti, mobil klasik, emas, saham dan lain
    sebagainya.
    Menurut Kotler dalam Arumsari (2012:44), kebanyakan produk disediakan
    terdiri dari empat tingkatan kualitas sebagai berikut:
  6. Kualitas rendah
  7. Kualitas rata-rata sedang
  8. Kualitas baik
  9. Dan kualitas sangat baik

Dimensi Kualitas Produk

 


Menurut Tjiptono (2015:315) menjelaskan bahwa dimensi kualitas
produk ini meliputi 8 dimensi yang terdiri dari :

  1. Hasil kinerja (Performance)
    Merupakan karakteristik operasi pokok dari produk inti (core
    product) yang dibeli kinerja dari produk yang memberikan manfaat
    bagi konsumen yang mengkonsumsi sehingga konsumen dapat
    memperoleh manfaat dari produk yang telah dikonsumsi. Untuk setiap
    produk atau jasa, dimensi performance bisa berlainan tergantung pada
    functional value yang telah dijanjikan oleh perusahaan. Dalam bisnis
    makan, dimensi kinerja dapat dilihat dari rasa yang enak.
  2. Ciri-Ciri atau Keistimewaan Tambahan (Features)
    Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap dari produk ini
    keistimewaan tambahan produk juga dapat dijadikan ciri khas yang
    membedakan dengan produk pesaing yang sejenis. Ciri khas yang
    ditawarkan juga dapat mempengaruhi tingkat kepuasan konsumen
    terhada suatu produk.
  3. Keandalan (Raliability)
    Yaitu keandalan sebuah produk merupakan ukuran kemungkinan
    kecil terhadap suatu produk tidak akan rusak atau gagal. kerusakan
    tingkat risiko kerusakan produk, menentukan tingkat kepuasan
    konsumen yang diperoleh dari suatu produk. Semakin besar risiko yang
    diterima oleh konsumen terhadap produk, semakin kecil tingkat
    kepuasan yang diperoleh konsumen.
  4. Kesesuaian dengan Spesifikasi (Conformance to Specfication)
    Yaitu kesesuaian kinerja dan kualitas produk dengan standar yang
    dinginkan oleh produsen yang sesuai dengan perencanaan perusahaan
    yang berarti produk-produk yang mayoritas sesuai dengan keinginan
    pelanggan. Pada dasarnya, setiap produk memiliki standar ataupun
    spesifikasi yang telah ditentukan. Karakteristik desain operasi
    memenuhi standar-sandar yang telah ditetapkan sebelumnya.
  5. Daya Tahan (Durability)
    Yaitu berkaitan dengan berapa lama produk tersebut bisa dapat
    digunakan dan dapat didefinisikan sebagai ukuran usia operasi produk
    yang diharapkan dalam kondisi normal
  6. Kemampuan melayani (Serviceability)
    Yaitu meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah
    direparasi serta penanganan keluhan yang memuaskan. Dapat
    didefinisikan apabila terjadi kerusakan atau gagal pada produk, maka
    dapat diartikan jika ada produk yang mengalami gagal atau rusak maka
    kesiapan dalam perbaikan produk tersebut diandalan sehingga
    konsumen tidak ada yang merasa dirugikan
  7. Estetika (Asthetics)
    Yaitu daya tarik produk terhadap panca indera dapat dilihat dari
    bentuk fisik, warna, model atau desain, rasa, aroma dan lain-lain. Maka
    konsumen akan tertarik terhadap suatu produk ketika melihat tampilan
    awal.
  8. Kualitas yang Dirasakan (perceived quality)
    Yaitu persepsi konsumen terhadap kualitas produk atau
    keunggulan dari produk tersebut. Bilamana kurang memahami ciri-ciri
    produk yang dibeli maka konsumen akan mempersepsikan baik dari
    segi harga, merek dan negara pembuat.

Indikator Kualitas Produk

 


Terdapat beberapa tolak ukur kualitas produk menurut Kotler dan
Keller (2012:8), terdiri dari

  1. Bentuk yaitu sebuah produk dapat meliputi ukuran, atau struktur.
  2. Fitur yaitu melengkapi fungsi dasar produk.
  3. Penyesuaian yaitu menyesuaikan dengan keinginan konsumen.
  4. Kualitas kerja yaitu dimensi yang paling penting ketika perusahaan
    menerpkan sebuah model dam memberikan kualitas yang tinggi.
  5. Kualitas kesesuaian yaitu produkdi yang memenuhi spesifikasi yang
    dijanjikan
  6. Ketahanan yaitu ukuran atau umur suatu produk dalam kondisi biasa
    atau penuh tekanan
  7. Keandalan yaitu memngkinkan tidak mengalami kegagalan pada
    produk
  8. Kemudahan perbaikan yaitu kemudahan ketika produk tidak
    berfungsi
  9. Gaya yaitu penampilan dan rasa produk tersebut
  10. Desain yaitu mempengaruhi tampilan atau fungsi produk
    berdasarkan kebutuhan

Tujuan Produk

 


Menurut Oentoro (2012:111), tujuan produk yang diproduksi untuk
mencapai persaingan sebagai berikut:

  1. Fitur produk merupakan sebuah produk yang memiliki karakteristik
    sifat yang berbeda.
  2. Manfaat produk merupakan manfaat fitur produk bagi pelanggan.
  3. Desain produk merupakan fungsi produk yang mempunyai manfaat
    sesuai dengan kebutuhan, keinginan, serta harapan pelanggan.
  4. Kualitas produk merupakan spesifikasi produk yang sesuai dengan
    kinerja produk dan sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan harapan

Pengertian Kualitas Produk

 


Menurut Kotler dan Keller (2016:37) bahwa kualitas produk
merupakan suatu kemampuan produk dalam melakukan fungsi-fungsinya,
kemampuan itu meliputi daya tahan, kehandalan, ketelitian, yang diperoleh
produk dengan secara keseluran. Perusahaan harus selalu meningkatkan
kualitas produk atau jasanya karena peningkatan kualitas produk bisa
membuat pelanggan merasa puas dengan produk atau jasa yang diberikan
dan akan mempengaruhi pelanggan untuk membeli kembali produk
tersebut.
Menurut Tjiptono (2015:105) bahwa definisi konvensional dari kualitas
merupakan performasi sebagai gambaran langsung dari suatu produk,
keandalan, mudah untuk digunakan, estetika dan sebagainya. Dalam arti
strategi, kualitas adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kebutuhan
konsumen sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen.
Menurut Arumsari (2012:45) bahwa kualitas produk adalah faktorfaktor yang terkandum dalam sebuah barang atau hasil yang meyebabkan
barang atau hasil yang cocok dengan tujuan barang yang diproduksi.
Menurut Ernawati (2019) bahwa kualitas produk adalah suatu faktor
penting yang mempengaruhi keputusan setiap pelanggan dalam membeli
sebuah produk. Semakin baik kualitas produk tersebut, maka akan semakin
meningkat minat konsumen yang ingin membeli produk tersebut.
Menurut Lesmana dan Ayu (2019) bahwa kualitas produk merupakan
suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia atau
tenaga kerja serta lingkungan untuk memenuhi setiap konsumen.
Menurut Windarti dan Ibrahim (2017) bahwa kualitas produk
merupakan kesesuain kebutuhan dan keinginan pada setiap produk ke
dalam spesifikasi produk, kualitas produk adalah suatu kondisi yang
berhubungan dengan produk, jasa manusia dan lingkungan untuk memenuhi
harapan konsumen.
Agar mencapai kualitas produk yang diinginkan maka harus diperlukan
suatu standarisasi kualias. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar produk
yang dihasilkan bisa memenuhi sandar yang sudah ditetapkan sehingga
konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang
bersangkutan. Pengalaman pelanggan dalam membeli produk yang baik
atau buruk akan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian
Kembali atau tidak. Oleh karena itu, pemain usaha harus mampu
menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen.
kebutuhan yan tidak dapat memenuhi harapan konsumen, haruslah cepat
ditanggapi oleh perusahaan, yaitu dengan upaya pengembangan produk
sesuai dengan harapan konsumen tersebut (Assauri, 2012:167)

Proses Keputusan Pembelian

 


Menurut Kotler dan Armstrong dalam Sangadji dan Sopiah (2013:36),
proses yang digunakan konsumen untuk mengambil keputusan pembelian
adalah sebagai berikut:

  1. Pengenalan Masalah (Problem Recognition)
    Pengenalan masalah merupakan tahap pertama dari proses pengambilan
    keputusan pembeli dimana konsumen mengenali suatu masalah atau
    kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan
    keadaan yang diinginkan.
  2. Pencarian informasi (Information Search)
    Pencarian informasi merupakan tahap dalam proses pengambilan
    keputusan pembelian di mana konsumen telah tertarik untuk mencari
    lebih banyak informasi. Dalam hal ini, konsumen mungkin hanya
    meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi. Konsumen dapat
    memperoleh informasi dari sumber mana pun, misalnya:
    a. Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.
    b. Sumber komersial: iklan, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan.
    c. Sumber publik: media massa, organisasi penilai pelanggan.
    d. Sumber pengalaman: menangani, memeriksa dan menggunakan
    produk.
  3. Evaluasi Berbagai Alternatif (Alternative Evaluation)
    Evaluasi berbagai alternatif yaitu suatu tahap dalam proses pengambilan
    keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk
    mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan.
  4. Keputusan Pembelian (Purchase Desicion)
    Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan
    keputusan pembelian sampai konsumen benar-benar membeli produk.
    Biasanya keputusan pembelian konsumen (purchase decision) adalah
    pembelian merek yang paling disukai.
  5. Perilaku Pasca Pembelian (Post-Purchase Behaviour)
    Perilaku pasca pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan
    keputusan pembelian dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut
    setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka
    rasakan. Hubungan antara harapan konsumen dengan kinerja yang
    dirasakan dari produk merupakan faktor yang menentukan apakah
    pembeli puas atau tidak. Jika harapan terpenuhi konsumen akan puas,
    jika harapan terlampaui konsumen akan sangat puas.

Pengertian Keputusan Pembelian

 


Menurut Peter dan Olson (2013:163), “keputusan pembelian adalah
proses integrasi yang digunakan untuk mengkombinasikan pengetahuan
untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih satu
diantaranya”.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2008:485), “keputusan pembelian
adalah seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih konsumen dalam
pembelian”.

Dimensi Brand Image

 


Menurut Keller dalam Randi (2016:3), brand image dapat diukur
menggunakan 3 (tiga) dimensi yaitu:
a. Kekuatan Asosiasi Merek (Strength of Brand Asssociation)
Kekuatan asosiasi merek merupakan gambaran tentang bagaimana
informasi masuk dalam ingatan konsumen.
b. Keunggulan Asosiasi Merek (Favorability of Brand Asssociation)
Keunggulan asosiasi merek merupakan gambaran tentang bagaimana
atribut dan manfaat yang diberikan oleh perusahaan, yang dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen, sehingga menciptakan
sikap yang positif terhadap merek produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
c. Keunikan Asosiasi Merek (Uniqueness of Brand Asssociation)
Keunikan asosiasi merek adalah gambaran tentang keunikan atau ciri
khas yang dimiliki, sehingga sulit ditiru oleh para pesaing.

Manfaat Brand Image

 


Menurut Hasan (2013:215), manfaat brand image terbagi dua, yaitu:

  1. Manfaat bagi pelanggan
    Ada tiga alasan sekaligus manfaat penting bagi pelanggan dari sebuah
    merek yang memiliki citra positif:
    a. Sebuah merek yang kuat akan memudahkan konsumen untuk
    mengevaluasi, menimbang dan membuat keputusan membeli dari
    semua rincian nilai-nilai yang terkait dengan kinerja produk, harga,
    pengiriman, garansi dan lain-lain.
    b. Sebuah merek yang kuat membuat pelanggan merasa percaya diri
    dalam pilihan mereka, menyederhanakan pilihan sehari-hari (untuk
    kebutuhan dasar).
    c. Sebuah merek yang kuat membuat pelanggan merasa lebih puas
    dengan pembelian mereka, memberikan manfaat dan ikatan
    emosional (untuk produk perawatan pribadi).
  2. Manfaat bagi produsen atau perusahaan
    a. Harga premium, sebuah merek dengan citra positif akan
    menciptakan margin yang lebih besar dan walaupun ada tekanan
    untuk menjual dengan harga rendah atau menawarkan diskon, akan
    tetapi relatif tidak atau kurang rentan terhadap kekuatan kompetitif.
    b. Klaim produk, sebuah merek dengan citra yang kuat akan
    menciptakan orang-orang melakukan permintaan secara khusus,
    orang akan mencari merek yang mereka inginkan.
    c. Kompetitif partier, sebuah merek yang kuat mampu bertindak
    sebagai penghalang untuk beralih ke produk lain.
    d. Komunikasi pemasaran lebih diterima, perasaan positif tentang suatu
    merek akan mengakibatkan orang mampu menerima klaim baru
    terhadap kinerja produk dan mereka akan welcome, sehingga lebih
    mudah dibujuk untuk membeli lebih banyak.
    e. Pengembangan merek, sebuah merek yang terkenal menjadi platform
    untuk pengembangan/menambah produk baru kerena beberapa aspek
    dari citra positif yang berpengaruh dan membantu dalam peluncuran
    produk baru.
    f. Kepuasan pelanggan, sebuah citra positif akan memberikan tingkat
    kepuasan pelanggan ketika mereka menggunakan produk. Mereka
    akan merasa lebih yakin membelinya. Pelanggan tidak menemukan
    alasan untuk membeli merek lain atau dari pemasok lain.
    g. Jaringan distribusi, sebuah merek yang kuat lebih mudah dijual ke
    pedagang grosir dan distributor yang sangat responsif terhadap apa
    yang diinginkan oleh pelanggan mereka.
    h. Perizinan dan peluang, sebuah merek yang kuat dapat mendukung
    transaksi usaha patungan atau mengizinkan merek dilisensikan untuk
    digunakan dalam aplikasi baru atau di negara lain (terbuka bagi
    semua orang atau negara manapun).
    i. Nilai harga jual yang lebih tinggi, sebuah perusahaan dengan nama
    merek-goodwill yang baik akan mendapatkan premi yang lebih
    tinggi jika akan dijual.

Pengertian Brand Image

 


Menurut Kotler dan Amstrong dalam Firmansyah (2019:61), “citra
merek (brand image) adalah seperangkat keyakinan konsumen mengenai
merek tertentu”.
Menurut Aeker dan Biel dalam Firmansyah (2019:79), “citra merek
(brand image) adalah penilaian konsumen terhadap merek tersebut dalam
sebuah pasar”. Penciptaan tersebut dapat tercipta berdasarkan pegalaman
pribadi maupun mendengar reputasinya dari orang lain atau media.
Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Firmansyah (2019:79), “citra
merek (brand image) adalah sekumpulan asosiasi mengenai suatu merek
yang tersimpan dalam benak atau ingatan konsumen”.

Pengertian Brand (merek)

 


Menurut Alma (2018:148), “merek adalah suatu tanda atau simbol yang
memberikan identitas suatu barang/jasa tertentu yang dapat berupa kata-kata,
gambar atau kombinasi keduanya”.
Menurut American Marketing Association dalam Alma (2018:149), a
brand is a name, term, sign, symbol or design or a combination of them,
intended to identify the goods or service of one seller or group of seller and
to differentiate them from those of competitors. Artinya merek adalah nama,
istilah, tanda, simbol atau desain atau kombinasi dari mereka, yang
dimaksudkan, untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau
kelompok penjual dan untuk membedakan mereka dari pesaing.

Dimensi Kualitas Produk

 


Menurut Mullins, dkk dalam Firmansyah (2019:15), dimensi kualitas
produk terdiri dari:
a. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar
dari sebuah produk.
b. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang
bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti.
c. Conformance to specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu
sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi
spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukan cacat pada
produk.
d. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
terhadap produk.
e. Reliability (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja
dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu. Semakin kecil
kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat
diandalkan.
f. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk
bisa dilihat dari tampak, rasa, bau dan bentuk dari produk.
g. Perceived quality (kesan kualitas), merupakan hasil dari penggunaan
pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena terdapat
kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan
informasi atas produk yang bersangkutan. Jadi persepsi konsumen
terhadap produk didapat dari harga, merek, periklanan, reputasi dan
negara asal.

Pengertian Kualitas Produk

 


Menurut Cannon, dkk dalam Valianti dan Damayanti (2016:7),
“kualitas produk adalah kemampuan produk untuk memuaskan kebutuhan
atau keinginan pelanggan”.
Menurut Abdullah dan Tantri (2013:159), “kualitas produk adalah
kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya”.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan
kualitas produk adalah kemampuan produk dalam melaksanakan fungsinya
sesuai dengan yang diharapkan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.

Pengertian Produk

 


Menurut Kotler dalam Alma (2018:140), a product is anything that can
be offered to a market to satisfy a want or need. Product that are marketed
include physical goods, services, experiences, events, persons, places,
properties, organizations, informations, information and ideas. Artinya
produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan di pasar, untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk terdiri atas barang,
jasa, pengalaman, event, orang, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi
dan ide.
Menurut Firmansyah (2019:2), “produk adalah segala sesuatu yang
dapat ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan, dipakai, dimiliki atau
dikonsumsikan sehingga dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan”.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa produk adalah segala sesuatu yang dapat tawarkan kepada konsumen
baik barang, jasa, infomasi, ide, tempat dan lain-lain yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen

Hubungan Kualitas Produk dan Brand Image Terhadap Keputusan Pembelian

 Menurut Kotler (2013), kualitas produk adalah kemampuan suatu produk

untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan, keandalan, ketepatan,
kemudahan operasi dan perbaikan serta atribut bernilai lainnya. Upaya yang
dilakukan untuk mencapai mutu dan memberikan pelayanan yang unggul tidak
akan ada artinya jika pelanggan tidak merasa puas dengan kualitas produk. Dari
sini dapat dilihat bahwa kualitas produk yang dihasilkan sangat berpengaruh
terhadap keputusan pembelian konsumen. Citra merek mengacu pada skema
memori akan sebuah merek, yang berisikan interpretasi konsumen atas atribut,
kelebihan, penggunaan, situasi, para pengguna, dan karakteristik pemasar dan/atau
karakteristik pembuat dari produk/merek tersebut. Citra merek adalah apa yang
konsumen pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu merek.
Citra yang baik dari suatu organisasi akan mempunyai dampak yang
menguntungkan, sedangkan citra yang jelek akan merugikan organisasi.

Hubungan Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian

 


Tjiptono (2016) menyatakan bahwa kualitas produk adalah kemampuan
suatu produk untuk melaksanakan fungsinya, meliputi daya tahan, keandalan,
ketepatan, kemudahan operasi dan perbaikan serta atribut bernilai lainnya.
Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau
tidak terhadap produk. Oleh karena itu, pengambilan keputusan pembelian
konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah satu dari beberapa alternatif
penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyataKualitas produk
menggambarkan produk tersebut dapat memberikan sesuatu yang dapat
memuaskan konsumen. Kualitas produk merupakan hal penting yang harus
diusahakan oleh setiap perusahaan jika ingin yang dihasilkan dapat bersaing di
pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keininan konsumen. Jika pelanggan sudah
tidak mempercayai kualitas suatu produk, maka mereka akan menghentikan
pembeliannya dengan perusahaan yang memiliki produk yang sejenis. Upaya
yang dilakukan untuk mencapai mutu dan memberikan pelayanan yang unggul
tidak akan ada artinya jika pelanggan tidak merasa puas dengan kualitas produk.
Dari sini dapat dilihat bahwa kualitas produk yang dihasilkan sangat berpengaruh
terhadap keputusan pembelian konsumen.

Hubungan Kualitas Produk Terhadap Brand Image

 


Menurut Kotler (2013), variabel kualitas produk yang ada pada suatu
produk memberikan tingkat brand image value yang sangat tinggi dalam diri
pelanggan. Kualitas Produk (Product Quality) adalah kemampuan suatu produk
untuk melaksanakan fungsinya meliputi, daya tahan keandalan, ketepatan
kemudahan operasi dan perbaikan, serta atribut bernilai lainnya. Tingkat nilai
brand image yang tinggi konsumen juga akan memberikan manfaat bagi pihak
perusahaan. Manfaat yang muncul adalah hasil positif yang diberikan konsumen
terhadap apa yang telah konsumen rasakan setelah melakukan pembelian.