Menurut Ribgy (2002,
dalam Astuti 2008) tindakan bullying mempunyai tiga karakteristik terintegrasi,
yaitu:
a.
Adanya perilaku agresi yang menyenangkan
pelaku untuk menyakiti korban. Bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti.
Hasrat ini diperlihatkan kedalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini
dilakukan secara langsung oleh seseorang atau kelompok yang lebih kuat, tidak
bertanggung jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang
(Astuti, 2008).
b. Tindakan
dilakukan secara tidak seimbang sehingga korban merasa tertekan. Bullying juga
melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korbannya
berada dalam keadaan tidak mampu mempertahankan diri secara efektif untuk
melawan tindakan negatif yang diterima korban (Krahe, 2005).
c.
Perilaku ini dilakukan secara terus
menerus dan juga berulang-ulang Bullying merupakan perilaku agresif tipe
proaktif yang didalamnya terdapat aspek kesengajaan untuk mendominasi,
menyakiti, atau menyingkirkan, adanya ketidakseimbangan kekuatan baik secara
fisik, usia, kemampuan kognitif, keterampilan, maupun status sosial, serta
dilakukan secara berulang-ulang oleh satu atau beberapa anak terhadap anak lain
(Black dan Jackson 2007, dalam Margaretha 2010).
Ciri pelaku bullying
antara lain (Astuti, 2008) :
a.
Hidup berkelompok dan menguasai
kehidupan sosial siswa disekolah
b.
Menempatkan diri ditempat tertentu di
sekolah / sekitarnya
c.
Merupakan tokoh populer di sekolah
d.
Gerak - geriknya seringkali dapat
ditandai : sering berjalan didepan, sengaja menabrak, berkata kasar,
menyepelekan / melecehkan.
Pelaku bullying dapat
diartikan sesuai dengan pengertian bullying yaitu bahwa pelaku memiliki
kekuasaan yang lebih tinggi sehingga pelaku dapat mengatur orang lain yang
dianggap lebih rendah. Korban yang sudah merasa menjadi bagian dari kelompok
dan ketidakseimbangan pengaruh atau kekuatan lain akan mempengaruhi intensitas
perilaku bullying ini. Semakin subjek yang menjadi korban tidak bisa menghindar
atau melawan, semakin sering perilaku bullying terjadi. Selain itu, perilaku
bullying dapat juga dilakukan oleh teman sekelas baik yang dilakukan
perseorangan maupun oleh kelompok (Wiyani, 2012).
Ciri korban bullying
antara lain (Susanto, 2010) :
a. Secara
akademis, korban terlihat lebih tidak cerdas dari orang yang tidak menjadi
korban atau sebaliknya.
b. Secara
sosial, korban terlihat lebih memiliki hubungan yang erat dengan orang tua
mereka
c. Secara
mental atau perasaan, korban melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang
bodoh dan tidak berharga. Kepercayaan diri mereka rendah, dan tingkat kecemasan
sosial mereka tinggi.
d. Secara
fisik, korban adalah orang yang lemah, korban laki-laki lebih sering mendapat
siksaan secara langsung, misalnya bullying fisik. Dibandingkan korban
laki-laki, korban perempuan lebih sering mendapat siksaan secara tidak langsung
misalnya melalui kata-kata atau bullying verbal.
e. Secara
antar perorangan, walaupun korban sangat menginginkan penerimaan secara sosial,
mereka jarang sekali untuk memulai kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah
sosial. Anak korban bullying kurang diperhatikan oleh pembina, karena korban
tidak bersikap aktif dalam sebuah aktifitas.
2. Jenis
– jenis Bullying
Ada beberapa jenis
bullying menurut SEJIWA (2008) :
a.
Bullying fisik
Jenis bullying yang terlihat oleh mata, siapapun dapat
melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku bullying dan korbannya. Contoh
- contoh bullying fisik antara lain : memukul, menarik baju, menjewer,
menjambak, menendang, menyenggol dengan bahu, menghukum dengan membersihkan WC,
menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar
dengan barang, menghukum dengan berlari lapangan, menghukum dengan cara push
up.
b. Bullying
verbal
Jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa
terungkap indra pendengaran kita. Contoh - contoh bullying verbal antara lain :
membentak, meledek, mencela, memaki - maki, menghina, menjuluki, meneriaki,
mempermalukan didepan umum, menyoraki, menebar gosip, memfitnah.
c.
Bullying mental atau psikologis
Jenis bullying yang paling
berbahaya karena tidak tertangkap oleh mata atau telinga kita apabila tidak
cukup awas mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam - diam dan diluar
jangkauan pemantauan kita. Contoh - contohnya: mencibir, mengucilkan, memandang
sinis, memelototi, memandang penuh ancaman, mempermalukan di depan umum,
mendiamkan, meneror lewat pesan pendek, telepon genggem atau email, memandang
yang merendahkan.
Menurut Bauman (2008), tipe-tipe
bullying adalah sebagai berikut :
a. Overt
bullying, meliputi bullying secara fisik dan secara verbal, misalnya dengan
mendorong hingga jatuh, memukul, mendorong dengan kasar, memberi julukan nama,
mengancam dan mengejek dengan tujuan untuk menyakiti.
b. Indirect
bullying meliputi agresi relasional, dimana bahaya yang ditimbulkan oleh pelaku
bullying dengan cara menghancurkan hubungan - hubungan yang dimiliki oleh
korban, termasuk upaya pengucilan, menyebarkan gosip, dan meminta pujian atau
suatu tindakan tertentu dari kompensasi persahabatan. Bullying dengan cara
tidak langsung sering dianggap tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan
bullying secara fisik, dimaknakan sebagai cara bergurau antar teman saja.
Padahal relational bullying lebih kuat terkait dengan distress emosional
daripada bullying secara fisik. Bullying secara fisik akan semakin berkurang
ketika siswa menjadi lebih dewasa tetapi bullying yang sifatnya merusak hubungan
akan terus terjadi hingga usia dewasa.
c. Cyberbullying,
seiring dengan perkembangan di bidang teknologi, siswa memiliki media baru
untuk melakukan bullying, yaitu melalui sms, telepon maupun internet.
Cyberbullying melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti
e-mail, telepon seluler dan peger, sms, website pribadi yang menghancurkan
reputasi seseorang, survei di website pribadi yang merusak reputasi orang lain,
yang dimaksudkan adalah untuk mendukung perilaku menyerang seseorang atau
sekelompok orang, yang ditujukan untuk menyakiti orang lain, secara berulang –
ulang kali.