Saturday, February 29, 2020

Persepsi Terhadap Makna Cost (skripsi dan tesis)

 Dalam dunia akademis maupun praktisi, orang sering mengartikan bahwa cost memiliki arti yang sama dengan biaya, harga pokok maupun sebagai harga perolehan. Kerancuan dalam mengartikan makna cost disebabkan karena orang tidak memandang cost sebagai sesuatu yang netral atau generic. Kerancuan ini dipicu karena orang memandang cost sebagai objek, wadah, atau elemen (misalnya expense, loss, asset) dan bukan sebagai pengukur (monetary measurement) elemen itu sendiri, cost bukanlah suatu informasi tapi bila cost dilekati oleh objek atau elemen maka cost tersebut yang bisa dikatakan sebagai suatu informasi (Suwardjono, 2006). Cost bisa dikatakan sebagai sesuatu yang netral atau generic karena cost tidak memiliki konotasi sebagai sesuatu hal yang negative atau mengurangi dan tidak tersangkut dengan waktu terjadinya. Cost dapat diletakan pada berbagai macam objek atau wadah tergantung dari transaksi yang terjadi dalam organisasi, misalnya terjadi pembelian peralatan kantor, maka dalam kasus ini cost melekat pada wadah yang namanya asset (peralatan kantor), cost tersebut dapat berguna sebagai pengukur dalam unit moneter (rupiah) supaya menjadi suatu informasi yang berguna sarana pelaporannya adalah neraca. 
 Berdasarkan konsep kesatuan usaha, pada mulanya cost diperlakukan sebagai asset baru kemudian diperlakukan sebagai biaya atau sebagai beban pendapatan, tergantung apakah cost yang melekat pada suatu wadah tersebut dikonsumsi atau tidak dalam menghasilkan pendapatan. Bila sumber ekonomik telah dikonsumsi untuk memproduksi suatu barang dan jasa, dan produk atau jasa tersebut belum diakui atau belum diserahkan kepada pihak ketiga maka sumber ekonomi yang dikorbankan tersebut belum bisa diakui sebagai biaya (expense) tetapi masih dikategorikan sebagai asset. Harga pokok sering digunakan oleh para praktisi maupun akademisi untuk mengartikan makna dari cost of good sold. Padahal kedudukan cost dalam menghasilkan pendapatan adalah sama pentingnya sebab bila dua faktor atau lebih sama-sama diperlukan dalam mencapai suatu tujuan maka tidak logis bila mengatakan faktor yang satunya lebih penting dari faktor yang lain sehingga pengaruh faktor tersebut akan hilang atau berkurang. Setiap faktor memberikan kontribusi yang sama dalam menimbulkan pendapatan berapapun kecilnya, dalam hal ini cost tidak dirangking (Suwardjono, 2006). Oleh karena cost sering terjadi salah presepsi dan sering tertukar oleh expense, maka sebaliknya akan dijelaskan makna expense tersebut, sehingga kerancauan yang terjadi dapat diminimalkan. Sampai saat ini pun orang sering mengartikan expense sebagai beban dan cost sebagai biaya yang dapat kita lihat pada SAK, 2007: Beban (expense) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar berkurangnya asset atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. 
Beban mencakupi baik kerugian maupun  beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaaan yang biasa meliputi, misalnya: beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk arus keluar atau berkurangnya asset seperti kas (dan setara kas), persediaan, asset tetap. Dari beberapa definisi cost yang diuraikan di atas, tidak sesuai bila cost disamakan dengan biaya karena cost merupakan sesuatu yang netral dimana cost dapat dilekatkan pada berbagai wadah atau objek yang masih dikonsumsi, disimpan, serta memiliki manfaat dimasa yang akan datang. Sebagai pengukur dalam unit moneter, sebagai bahan olah akuntansi dan yang terpenting cost bukan merupakan wadah layaknya biaya, rugi dan aktiva, sedangkan biaya merupakan sesuatu yang bersifat pengurang atau merupakan suatu pengorbanan dalam menciptakan pendapatan. Cost yang telah menjadi biaya tidak dapat lagi dikonsumsi. Biaya merupakan objek yang harus diukur dengan cost dan bukan sebagai pengukur itu sendiri. Hal ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh FASB, Cost is the sacrifice incurred in economic activities-that whice is given up or forgone to consume, to save, to exchange, to produce, etc. Expense are outflows or other using up of asset or incurrences of liabilities (or combination of both) juring a period frome delivering or producing goods, rendering service, or carrying out other activities that constitute the entity’s ongoing major or central operation. Sebagai contoh jika biaya menjadi padanan kata cost, maka cost of goods sold dan cost of product tidak diterjemahkan sebagai harga pokok penjualan, harga pokok produk, tetapi sebagai biaya barang terjual dan biaya produk. Ketidak konsistenan dalam penggunaan istilah tersebut yang bisa membingungkan dunia akademisi maupun praktisi, hal ini disebabkan karena biaya tidak memiliki makna 20 luas seperti halnya cost. Jadi dapat disimpulkan bahwa expense sangat tepat jika diterjemahkan sebagai biaya, dan cost diserap dengan kata lain yang memiliki makna yang general atau netral. Biaya mempunyai makna sebagai sesuatu yang dikorbankan untuk mencapai tujuan akhir, yaitu berupa penyerahan-penyerahan produk atau jasa untuk memperoleh pendapatan. Pemahaman ini berbeda dengan pemahaman kebanyakan orang yang memandang biaya hanya sekedar pengorbanan. Menurut literatur akuntansi berbahasa Inggris menerangkan bahwa perusahaan mempunyai tujuan khusus selain tujuan akhir. Pengorbanan sumber ekonomik untuk memperoleh potensi jasa berupa mesin, bahan baku dan jasa lainnya yang memproduksi barang, bukan merupakan tujuan akhir suatu unit usaha tetapi lebih merupakan tujuan khusus

No comments:

Post a Comment