Sunday, March 1, 2020

Penyebab Financial Distress (skripsi dan tesis)

Financial Distress bisa terjadi pada semua perusahaan, penyebab terjadinya financial distress juga bermacam-macam. Menurut Lizal, (2002) dalam Fachurdin, (2008) mengelompokkan penyebab kesulitan, yang disebut dengan Model Dasar Kebangkrutan atau Trinitas Penyebab Kesulitan Keuangan. Terdapat 3 alasan utama mengapa perusahaan bisa mengalami financial distress dan kemudian bangkrut, yaitu:
 1) Neoclassical model 
Financial distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya di dalam perusahaan tidak tepat. Manajemen yang kurang bisa mengalokasikan sumber daya (aset) yang ada di   perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan. Mengestimasi kesulitan dilakukan dengan data neraca dan laporan laba rugi. Misalnya profit/assets (untuk mengukur profitabilitas), dan liabilities/assets. 
2) Financial model 
Pencampuran aset benar tetapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints. Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek. Campuran aset benar tapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints (batasan likuiditas). Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek. Hubungan dengan pasar modal yang tidak sempurna dan struktur modal yang inherited menjadi pemicu utama kasus ini. Tidak dapat secara terang ditentukan apakah dalam kasus ini kebangkrutan baik atau buruk untuk direstrukturisasi. Model ini mengestimasi kesulitan dengan indikator keuangan atau indikator kinerja seperti turnover/total assets, revenues/turnover, ROA, ROE, profit margin, stock turnover, receivables turnover, cash flow/ total equity, debt ratio, cash flow/(liabilities-reserves), current ratio, acid test, current liquidity, short term assets/daily operating expenses, gearing ratio, turnover per employee, coverage of fixed assets, working capital, total equity per share, EPS ratio, dan sebagainya. 
3) Corporate governance model 
Menurut model ini, kebangkrutan mernpunyai campuran aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak terpecahkan. Model ini mengestimasi kesulitan dengan informasi kepemilikan. Kepemilikan berhubungan dengan struktur tata kelola perusahaan dan goodwill perusahaan. Brigham dan Gapenski (1997) mengatakan bahwa semakin besar pembiayaan dari hutang, dan semakin besar beban bunga tetap, semakin besar probabilitas bahwa penurunan earning akan mengarah kepada kesulitan keuangan, karena itu semakin tinggi probabilitas biaya kesulitan keuangan akan dikenakan. Jadi hutang dapat pula menyebabkan kesulitan keuangan. Liou dan Smith(2007 dalam Dwijayanti(2010) mengemukakan beberapa faktor makro ekonomi yangbisa menyebabkan financial distress antara lain fluktuasi dalam inflasi, sukubunga, Gross National Product, ketersediaan kredit, tingkat upah pegawai, dansebagainya Liou dan Smith (2007) dalam Dwijayanti(2010). 1 Dwijayanti (2010) dalam penelitiannya pun juga menyatakan bahwa financial distress bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: a) kesalahan dalam alokasi sumber daya, b) struktur keuangan yang salah. c) tata kelola yang buruk, dan d) kondisi makro ekonomi yang buruk.

No comments:

Post a Comment