Tuesday, April 27, 2021

Teknik Manajemen Laba (skripsi dan tesis)

 Teknik manajemen laba menurut Setiawati & Na’im (2000) dilakukan melalui tiga cara, antara lain sebagai berikut: 1) Perubahan metode akuntansi Manajemen mengubah metode akuntansi yang berbeda dengan metode sebelumnya sehingga dapat menaikkan atau menurunkan angka laba. Metode akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda, seperti: a) Mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode jumlah angka tahun menjadi metode depresiasi garis lurus. b) Mengubah periode depresiasi. 2) Memainkan kebijakan perkiraan akuntansi Manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara memainkan kebijakan perkiraan akuntansi. Hal tersebut memberikan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subjektivitas dalam menyusun estimasi, misalnya: a) Kebijakan mengenai perkiraan jumlah piutang tidak tertagih b) Kebijakan mengenai perkiraan biaya garansi c) Kebijakan mengenai perkiraan terhadap proses pengadilan yang belum terputuskan.  3) Menggeser periode biaya atau pendapatan Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan atau seringkali disebut sebagai manipulasi keputusan operasional, misalnya: a) Mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya. b) Mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya. c) Kerjasama dengan vendor untuk mempercepat atau menunda pengiriman tagihan sampai periode akuntansi berikutnya. d) Menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba. e) Mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak terpakai. 2.1.3 Discretionary Accruals Manajemen laba dapat terjadi dengan cara penyusunan laporan keuangan menggunakan dasar akrual. Sistem akuntansi akrual yang terdapat pada prinsip akuntansi yang berterima umum memberikan peluang bagi manajer untuk membuat pertimbangan akuntansi yang akan memberi pengaruh kepada pendapatan yang dilaporkan. Akrual tidak hanya mencerminkan pilihan metode akuntansi tetapi juga pengaruh waktu pengakuan pendapatan dan beban, penurunan nilai, serta perubahan estimasi akuntansi (Islam, Ali, & Ahmad, 2011) . Jones (1991) membagi total akrual menjadi dua yaitu, discretionary accruals dan non discretionary. Lee & Vetter (2015) non discretionary accruals adalah pengakuan akrual laba yang wajar yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum, contoh: satu fakta yang sama dapat dilaporkan dengan cara yang berbeda, mesin yang sama dapat didepresiasikan dengan dua metode yang berbeda (metode depresiasi garis lurus atau saldo menurun) atau dengan dua estimasi umur ekonomis yang berbeda. Perbedaan umur atau perbedaan estimasi tersebut akan menghasilkan laba) yang sedikit berbeda. Non discretionary accruals merupakan akrual yang wajar, dan apabila dilanggar akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan (tidak wajar) maka non discretionary accruals tidak relevan dalam penelitian ini. Chen (2010), menyatakan untuk mendeteksi indikasi terdapat manajemen laba dalam suatu perusahaan dapat diketahui dari perhitungan total akrual yang diukur dengan total discretionary accruals. Menurut Friedlan (1994) discretionary accrual merupakan kebijakan akuntansi yang memberikan keleluasaan kepada manajemen untuk menentukan jumlah transaksi akrual secara fleksibel, atau dengan kata lain, metode discretionary accrual memberikan peluang kepada manajer untuk memperbaiki profit laba sesuai dengan keinginannya. Contohnya pada akhir tahun buku perusahaaan mengetahui bahwa suatu piutang tertentu tidak dapat ditagih. Perusahaan dapat melakukan pencatatan kapan piutang tersebut dihapuskan, pada periode buku sekarang atau pada tahun buku berikutnya. Discretionary accruals digunakan sebagai indikator adanya praktik manajemen laba karena merupakan intervensi manajerial dalam proses pelaporan keuangan dan lebih menekankan kepada keleluasaan atau kebijakan yang tersedia dalam memilih dan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi untuk mencapai hasil akhir (Islam et al., 2011). Discretionary accruals diantaranya penilaian piutang, pengakuan biaya garansi, dan aset modal. Manajer akan melakukan manajemen laba untuk  mencapai tingkat pendapatan yang diinginkan dengan manipulasi akrual-akrual tersebut. Alareeni & Aljuaidi (2014) menyatakan dalam melakukan manajemen laba, perusahaan yang menaikkan laba cenderung menggunakan untung dari penghentian aset, sedangkan perusahaan yang menurunkan laba cenderung menggunakan biaya kerugian piutang. Dengan menggunakan akrual yang menaikkan laba, maka akan didapatkan harga saham yang relatif tinggi pada waktu penerbitan saham. Penelitian ini memfokuskan pada discretionary accruals, karena discretionary accruals memungkinkan manajer memberikan informasi privat dan meningkatkan kemampuan laba untuk mencerminkan nilai ekonomis perusahaan. Pada saat yang sama, discretionary accruals memungkinkan manajer untuk terlibat dalam pelaporan yang oportunistik untuk memaksimalkan kemakmuran manajer. Perhitungan discretionary accruals dalam penelitian ini menggunakan Modified Jones Model yang merupakan modifikasi dari Model Jones (1991). Dechow et al. (1995) memodifikasi model Jones untuk menghilangkan dugaan kesalahan pengukuran discretionary accruals ketika kebijaksanaan diterapkan terhadap pendapatan. Perubahan pendapatan disesuaikan dengan perubahan piutang pada periode tersebut. Mereka menyimpulkan bahwa mengelola laba dengan menerapkan kebijaksanaan atas pengakuan pendapatan pada credit sales lebih mudah daripada mengelola pendapatan dengan menerapkan kebijaksanaan pengakuan pendapatan atas cash sales (Roodposhti, Banimahd, Rezaei, & Salehi, 2012). Modified Jones Model mengasumsikan bahwa semua perubahan dalam credit sales pada periode tersebut hasil dari manajemen laba (Bhuiyan, Roudaki, & Clark, 2013). Modified Jones Model  digunakan karena model ini dianggap paling baik untuk mengukur manajemen laba dibandingkan metode lain (T. Chen, 2010). Model ini merupakan model pendeteksi manajemen laba yang umum digunakan dalam riset-riset empiris mengenai manajemen laba di Indonesia (Erawan & Ulupui, 2013). 

No comments:

Post a Comment