Saturday, May 1, 2021

Jenis-jenis Laba (skripsi dan tesis)


Menurut Kasmir (2015: 303) dalam praktiknya, laba terdiri dari dua macam, yaitu: 1. laba kotor (gross profit); dan 2. laba bersih (net profit). Laba kotor artinya laba yang diperoleh sebelum dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya, laba keseluruhan yang pertama sekali perusahaan peroleh. Sementara itu, laba bersih merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam suatu periode tertentu, termasuk pajak.

Definisi Laba (skripsi dan tesis)

 

Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarna tampak di laporan keuangan, tepatnya laba rugi. Menurut Hery (2016: 15), laba adalah: “Kenaikan dalam ekuitas (aset bersih) entitas yang ditimbulkan oleh transaksi pheriperal (transaksi di luar operasi utama atau operasi sentral perusahaan) atau transaksi insidentil (transaksi yang keterjadiannya jarang) dan dari seluruh transaksi lainnya serta peritiwa menurut keadaan-keadaan lainnya yang mempengaruhi entitas, tidak termasuk yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik”. DPR = Dividen per Lembar πΈπ‘Žπ‘Ÿπ‘›π‘–π‘›π‘” per Lembar EPS = Pendapatan setelah pajak Jumlah saham yang beredar Menurut Kasmir (2015: 45), laba adalah: “Selisih dari jumlah pendapatan dan biaya, dengan hasil jumlah pendapatan perusahaan lebih besar dari jumlah biaya”. Menurut Yayah Pudin Shatu (2016: 68), laba adalah: “Kenaikan modal aktiva bersih yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama suatu periode kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemiliknya”. Menurut Dwi Martani, dkk (2012: 113), laba adalah: “…pendapatan yang diperoleh apabila jumlah financial (uang) dari aset neto pada akhir periode (di luar dari distribusi dan kontribusi pemilik perusahaan) melebihi aset neto pada awal periode”. Menurut Reeve, et. al. yang dialihbahasakan oleh Damayanti Dian (2009: 3), keuntungan atau laba adalah: : “…selisih antara uang yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan, dan biaya yang dikeluarkan untuk input yang digunakan dengan guna menghasilkan barang atau jasa.” Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011: 309): “Laba akuntansi adalah perbedaan antara revenue yang direalisasikan yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut.” Menurut Mamduh M. Hanafi (2016: 32), laba adalah: “…ukuran keseluruhan prestasi perusahaan, yang dudefinisikan sebagai berikut: Laba= Penjualan – Biaya” 49 Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa laba merupakan perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu

Jenis-jenis Kebijakan Dividen (skripsi dan tesis)


Menurut Bambang Riyanto (2010: 269): Ada macam-macam kebijakan dividen yang dilakukan oleh perusahaan antara lain sebagai berikut: 1. Kebijakan dividen yang stabil. 2. Kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu. 3. Kebijakan dividen dengan penetapan dividen payout ratio yang konstan, dan 4. Kebijakan dividen yang fleksibel. Adapun penjelasan berbagai macam kebijakan dividen yaitu: Kebijakan dividen yang pertama adalah kebijakan dividen yang stabil menurut menurut Bambang Riyanto (2010: 269): Banyak perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen yang stabil artinya jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif tetap selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan per lembar saham setiap tahunnya berfluktuasi. Dividen yang stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, dan kemudian apabila ternyata pendapatan perusahaan meningkat dan kenaikan pendapatan tersebut nampak mantap dan relatif permanen, barulah besarnya dividen perlembar saham dinaikkan. Dan dividen yang sudah dinaikkan ini akan dipertahankan untuk jangka waktu yang relatif panjan Cara penetapan dividen payout yang kedua adalah kebijakan dividen dengan penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra tertentu menurut Bambang Riyanto (2010: 271): Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham tiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi di lain pihak kalau keadaan keuangan perushaaan baikmaka pemodal akan menerima dividen minimal tersebut dengan dividen tambahan. Kalau keadaan keuangan memburuk lagi maka yang dibayarkan hanya dividen minimal saja. Cara penetapan dividend payout yang ketiga adalah penetapan dividen payout ratio yang konstan menurut Bambang Riyanto (2010: 271): Perusahaan yang menjalankan kebijakan ini menetapkan dividen payout ratio yang konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya. Menurut Bambang Riyanto (2010: 272) Cara penetapan dividend payout yang keempat adalah penetapan dividen payout ratio yang fleksibel, yang besarnya setiap tahun disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari perusahaan yang bersangkutan

Teori Kebijakan Deviden (skripsi dan tesis)


Sebuah teori akan memberikan petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti. Berikut ini terdapat beberapa teori kebijakan dividen menurut Agus Sartono (2012: 282), yaitu: 1. Teori Dividen Adalah Tidak Relevan 2. Bird-In-The Hand Theory 3. Tax Differencial Theory 4. Information Content Hypothesis 5. Clientele Effect Adapun penjelasan teori-teori tersebut adalah: Teori pertama yaitu teori dividen adalah tidak relevan menurut Agus Sartono (2012: 282): Modigliani-Miller (MM) berpendapat bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given, pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Lebih lanjut lagi MM berpendapat bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Dengan demikian perusahaan ditentukan oleh keputusan invesatsi. Sementara itu keputusan apakah laba yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau akan ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM membuktikan pendapatnya secara matematis dengan asumsi: a. Pasar modal yang sempurna dimana semua investor bersikap rasional. b. Tidak ada pajak perseorangan dan pajak penghasilan perusahaan. c. Tidak ada biaya emisi dan biaya transaksi. d. Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap biaya modal sendiri perusahaan. e. Informasi tidak tersedia untuk setiap individu terutama yang menyangkut tentang kesempatan invesatsi. Teori kedua yaitu Bird-In-The Hand Theory menurut Agus Sartono (2012: 284-285): Myron Gordon dan John Lintner berpendapat kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Investor lebih merasa aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen daripada menunggu capital gain. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor. Sementara itu MM berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gain di masa datang. Gordon-Lintner beranggapan bahwa investor memandang satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Teori ketiga yaitu Tax Differencial Theory menurut Agus Sartono (2012: 288): “…(a) Modigliani-Miler berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak relevan berarti bahwa tidak ada kebijakan dividen yang optimal karena kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan ataupun biaya modal; (b) Gordon-Lintner mempunyai pendapat lain bahwa dividen lebih kecil risikonya disbanding dengan capital-gain, sehingga GordonLintnermenyarankan perusahaan untuk menentukan dividend payout ratio atau bagian laba sete;ah pajak yang dibagikan dalam bentuk dividen yang tinggi dan menawarkan dividend yield yang tinggi untuk meminimumkan biaya modal-the-bird-hand fallacy; (c) Kelompok ketiga berpendapat bahwa karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividend yield yang tinggi. Kelompok terakhir 43 ini menyarankan bahwa perusahaan lebih baik menentukan dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen sama sekali untuk meminimumkan biaya modal dan memaksimalkan nilai perusahaan.” Teori keempat yaitu Information Content Hypothesis menurut Agus Sartono (2012: 289): Dalam kenyataannya manajer cenderung memiliki informasi yang lebih baik tentang prospek perusahaan dibanding dengan investor atau pemegang saham, akibatnya investor menilai bahwa capital gain lebih berisiko dibanding disbanding dengan dividen saham dalam bentuk kas. Dalam kenyataannya sering terjadi bahwa pembayaran dividen selalu diikuti dengan kenaikan harga saham sedangkan penurunan dividen akan diikuti dengan penurunan harga saham. Kenyataan ini menunjukkan bahwa investor secara keseluruhan lebih menyukai pembayaran dividen daripada capital gain. Tetapi Modigliani-Miller melihat kecenderungan ini dengan menyatakan bahwa karena perusahaan cenderung enggan untuk menurunkan prospek perusahaan di masa datang lebih baik atau paling tidak stabil. MM selanjutnya berpendapat bahwa kenaikan dividen ini oleh investor dilihat sebagai tanda atau signal bahwa prospek perusahaan di masa datang lebih baik. Sebaliknya penurunan dividen akan dilihat sebagai tanda bahwa prospek perusahaan menurun. MM berkesimpulan bahwa reaksi investor terhadap perubahan dividen tidak berarti sebagai indikasi bahwa investor lebih menyukai dividen dibanding dengan laba ditahan. Kenyataan bahwa harga saham berubah mengikuti perubahan dividen semata-mata karena adanya information content dalam pengumuman dividen. Teori kelima yaitu Clientele Effect menurut Agus Sartono (2012: 290): Ada investor yang lebih menyukai memperoleh pendapatan saat ini dalam bentuk dividen seperti halnya individu yang sudah pension sehingga investor ini menghendaki perusahaan untuk membayar dividen yang tinggi. Tetapi ada pula investor yang lebih menyukai untuk menginvestasikan kembali pendapatan mereka, karena kelompok investor ini berada dalam tarif pajak yang cukup tinggi. Jika perusahaan menahan laba setelah pajak yng diperoleh, maka investor yang menyukai pembayaran dividen akan kecewa. Mereka memang akan menerima capital gain, tetapi untuk memenuhi kebutuhan, mereka terpaksa harus menjual sebagian sahamnya. Sementara itu investor yang memilih untuk menginvestasikan kembali pendapatannya menghendaki perusahaan untuk membayar dividen yang rendah, karena bagi mereka pembayaran dividen yang besar berarti pajak yang harus dibayarkan juga semakin besar. 44 Ini terjadi karena mungkin kenaikan dividen mengakibatkan kenaikan tariff pajak pendapatan sehingga pembayaran dividen tidak begitu menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan pajak yang harus dibayarkan. Dengan demikian paling tidak terdapat dua kelompok investor dengan dua kepentingan yang bertentangan. Dengan adanya dua kelompok investor tersebut, perusahaan dapat kebijakan dividen yang oleh manajemen dianggap paling baik. Kemudian biarkan investor yang ridak menyukai kebijakan dividen perusahaan, menjual saham mereka; dengan kata lain biarkan investor melakukan pemindaham investasi dari satu perusahaan ke perusahaan lain.

Pengertian Kebijakan Dividen (skripsi dan tesis)


Seorang investor yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan tentu saja mengaharapkan return atau keuntungan yang akan diperoleh dari investasi yang telah dilakukannya. Keuntungan yang dapat diterima oleh investor atau pemegang saham dari pemilik perusahaan melalui pembelian saham terdiri dari diua macam yaitu, dividend dan capital gain. Sundjaja dan Barlian (2003: 390) dalam Mirna Amirya dan Sari Atmini (2008) pengertian kebijakan dividen adalah rencana tindakan dalam membuat keputusan dividen untuk dua tujuan dasar, yaitu maksimalisasi kekayaan pemilik dan pembiayaan yang cukup. Kedua tujuan tersebut saling berhubungan dan harus 40 memenuhi faktor hukum, perjanjian, pertumbuhan, hubungan dengan pemilik dan hubungan dengan pasar yang membatasi alternatif kebijakan. Menurut Agus Sartono (2012: 281), kebijakan dividen adalah: “…suatu keputusan untuk menentukan apakah laba perusahaan akan dibagikan kepada investor sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan untuk pembiayaan investasi di masa mendatang.” Menurut Bambang Riyanto (2010: 265), kebijakan dividen adalah: “…kebijakan yang bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara pengguna pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai dividen atau untuk digunakan dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditanam di dalam perusahaan.” Menurut Sutrisno (2012: 266), kebijakan dividen adalah: “… salah satu kebijakan yang harus diambil oleh manajemen untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh oleh perusahaan selama satu periode akan dibagi semua atau sebagian untuk dividend dan sebagian lagi tidak dibagi dalam bentuk laba ditahan.” Menurut Eugene F. Brigham & Joel F. Houston yang dialihbahasakan oleh Ali Akbar Yulianto (2011: 32), kebijakan dividen adalah: “…keputusan mengenai berapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen sebagai ganti dari dipertahankan untuk diinvestasikan kembali di dalam perusahaan”. Lease (2000: 29) dalam Tatang Gumanti (2013: 7), yang mengartikan kebijakan dividen sebagai: “…praktik yang dilakukan oleh manajemen dalam membuat keputusan pembayaran dividen, yang mencakup besaran rupiah, pola distribusi kas kepada pemegang saham. 41 Menurut Abdul Halim (2015: 135), kebijakan dividen adalah: “…penentuan tentang berapa besarnya laba yang diperoleh dalam suatu periode akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen, dan akan ditahan di perusahaan dalam bentuk laba ditahan.” Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen adalah keputusan yang dibuat oleh manajemen untuk menentukan berapa besarnya laba yang akan dibagikan kepada investor atau perusahaan lebih memilih untuk tidak membagikan dividen, karena akan digunakan sebagai laba ditahan untuk membiayai pendanaan perusahaan

Jenis-jenis Dividen (skripsi dan tesis)


Dividen yang dibagikan oleh perusahaan kepada para pemegang saham terdiri dari beberapa jenis dividen yang berbeda-beda. Menurut Tatang Gumanti (2013: 21), ada sejumlah cara untuk membedakan dividen. Pertama, dividen dapat dibayarkan bentuk tunai (cash dividen) atau dalam bentuk saham (stock dividen). Pembagian dividen umumnya didasarkan atas akumulasi laba (yaitu laba ditahan) atau atas beberapa pos modal lainnya seperti tambahan modal disetor. 38 Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2001: 127) dalam Mirna Amirya dan Sari Atmini (2008) dividen, dapat berbentuk dividen kas ataupun dividen saham, merupakan laba bersih perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham. Sedangkan menurut Wibowo dan Abubakar Arief (2009: 61) dividen dapat dibedakan menjadi lima jenis yaitu: 1. Dividen Tunai (Cash Dividend) 2. Dividen Properti (Property Dividend) 3. Dividen Surat Wesel (Scrip Dividend) 4. Dividen Likuidasi (Liquidating Dividend) 5. Dividen Saham (Stock Dividend). Adapun penjelasan mengenai jenis-jenis dividen tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, menurut Wibowo dan Abubakar Arief (2009: 61) dividen tunai (Cash Dividend) merupakan: “…distribusi laba kepada para pemegang saham yang berbentuk tunai atau kas.” Kedua, menurut Wibowo dan Abubakar Arief (2009: 62) dividen poperti (Property Dividend) merupakan: “…distribusi laba kepada para pemegang saham bukan dalam bentuk kas, melainkan properti (merchandise, real estate atau investment, dll). Besarnya dividen dicatat sebesar nilai pasar wajar dari properti pada saat pengumuman dividen, dan selisih antara nilai pasar wajar dengan biaya perolehan diakui sebagai laba atau rugi dari apresiasi terhadap properti tersebut.” Ketiga, menurut Wibowo dan Abubakar Arief (2009: 63) dividen surat wesel (Scrip Dividend) merupakan: “…distribusi laba kepada para pemegang 39 saham oleh perusahaan dengan cara menerbitkan surat wesel khusus kepada para pemegang saham yang akan dibayarkan pada waktu yang akan datang ditambah dengan bunga tertentu.” Keempat, menurut Wibowo dan Abubakar Arief (2009: 63) dividen likuidasi (Liquidating Dividend) merupakan: “…distribusi laba kepada para pemegang saham yang didasarkan kepada modal disetor (paid in capital) bukan didasarkan kepada laba ditahan. Oleh karena itu, dividen ini lebih tepat disebut sebagai pengembalian investasi kepada para pemegang saham.” Kelima, menurut Wibowo dan Abubakar Arief (2009: 64) dividen saham (Stock Dividend) merupakan: “…distribusi laba kepada para pemegang saham dalam bentuk saham atau stock bukan aktiva

Definisi Dividen (skripsi dan tesis)


 Menurut Sawidjo Widoatmodjo (2008: 58), dividen adalah: “…bagian laba yang diberikan emiten kepada para pemegang sahamnya.” 37 Menurut Dermawan Sjahrial (2009: 305), dividen adalah: “…seluruh laba yang diperoleh perusahaan, dan sebagian dari tersebut dibagikan kepada pemegang saham.” Menurut Abdul Halim (2015: 135), dividen adalah: “…dividen akan dipergunakan investor sebagai alat penduga mengenai prestasi perusahaan dimasa mendatang, dividen menyampaikan pengharapan-pengharapan manajemen menganai masa depan.” Menurut Ahmad Syafi’i Syakur (2015: 201), dividen merupakan: “…bagian dari laba ditahan perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai keuntungan invesatsi.” Menurut Mamduh M. Hanafi (2016: 361), dividen merupakan: “…kompensasi yang diterima oleh pemgang saham, di samping capital gain.” Berdasarkan beberapa definisi di atas menunjukkan bahwa dividen adalah laba yang dibagikan kepada pemegang saham atas modal yang mereka tanamkan diperusahaan