Wednesday, August 30, 2023

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

 


Menurut Agus Sartono (2010: 248) terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan manajer mengenai struktur modal antara lain sebagai
berikut:
1. Tingkat Penjualan
Perusahaan dengan penjualan relatif stabil berarti memiliki aliran kas yang
relatif stabil pula, maka dapat menggunakan utang lebih besar daripada
perusahaan dengan penjualan tidak stabil.
2. Struktur Aset (Asset Tangibility)
Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan
utang dalam jumlah besar, hal ini disebabkan karena banyaknya aset yang
dapat dijadikan sebagai jaminan.
3. Tingkat Pertumbuhan (Growth Opportunity)
Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana
untuk pembiayaan ekspansi.. Semakin besar kebutuhan dana untuk
pembiayaan maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.
Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba
sebagai dividen tetapi lebih baik digunakan untuk pembiayaan investasi.
4. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal.
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana internal
yang lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas rendah.
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi akan berinvestasi
menggunakan utang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi
memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perusahaan dengan profitabilitas
tinggi akan lebih memilih menggunakan laba ditahan disbanding dengan
utang. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap
struktur modal perusahaan.
5. Pajak
Bunga utang dapat mengurangi pajak yang dibayar perusahaan, semakin
tinggi tarif pajak maka semakin besar kuntungan dari penggunaan utang, jadi.
Perlindungan pajak ini menjadi pertimbangan dalam penggunaan utang.
6. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Perusahaan besar akan lebih mudah memperoleh modal dari pasar modal
dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini dikarenakan ukuran perusahaan sering
dijadikan indikator bagi kemungkinan terjadinya kebangkrutan bagi suatu
perusahaan, di mana perusahaan dalam Ukuran perusahaan yang lebih besar
dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak
dari pada perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam
menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ketika kemungkinan
kegagalan bagi perusahaan kecil maka investor tertarik untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan tersebut.
7. Kondisi Intern Perusahaan dan Ekonomi Mikro
Perusahaan perlu menanti saat yang tepat untuk menjual obligasi dan saham.
Kondisi yang paling tepat saat menjual obligasi atau saham pada tingkat
bunga pasar sedang rendah dan pasar sedang bullish.

Struktur Modal yang Optimal

 


Struktur modal merupakan masalah yang penting bagi perusahaan karena
baik buruknya struktur modal akan memberikan dampak langsung terhadap posisi
finansial perusahaan. Struktur modal yang baik adalah struktur modal yang
optimal yaitu yang dapat memaksimalkan harga saham perusahaan.
Menurut Harmono (2011: 293), struktur modal optimal pada suatu
perusahaan adalah gabungan dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga
saham perusahaan.
Menurut I Made Sudana (2015: 165), struktur modal optimal adalah
struktur modal yang menghasilkan nilai perusahaan maksimal dan biaya modal
minimal.
Menurut Farah Margaretha (2011: 112), struktur modal optimal adalah
struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara risk dan return
sehingga memaksimalkan harga saham. Farah Margaretha (2011: 115) juga
berpendapat bahwa untuk memahami struktur modal yang optimal dapat dilihat
dari hubungan dasar keuangan. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa nilai
perusahaan akan maksimal jika biaya modal minimal, dengan kata lain struktur
modal optimal adalah keadaan dimana biaya modal rata-rata tertimbang
diminimalkan, karena akan memaksimalkan nilai perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan, struktur modal optimal adalah komposisi struktur
modal yang tepat dengan mempertimbangkan risk dan return sehingga dapat
memaksimalkan nilai perusahaan dan meminimalkan biaya modal.

Teori Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan jika Ada Pajak dan Biaya Kebangkrutan

 


Menurut I Made Sudana (2015: 172) teori pengaruh struktur modal
terhadap nilai perusahaan jika ada pajak dan biaya kebangkrutan adalah sebagai
berikut.
1. Signaling Theory
Berbeda dengan trade-off theory yang menyatakan keputusan perusahaan
menggunakan utang didasarkan pada keseimbangan antara penghematan
pajak dan biaya kesulitan keuangan. Signaling theory menyatakan bahwa
perusahaan yang mampu menghasilkan laba cenderung untuk meningkatkan
jumlah utangnya, karena tambahan pembayaran bunga akan diimbangi
dengan laba sebelum pajak.
2. Pecking-order Theory
Selain itu Pecking-order Theory menggambarkan sebuah hierarki dalam
pencarian dana perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan lebih
memilih menggunakan internal equity dalam membiayai investasi dan
mengimplementasikannya sebagai peluang pertumbuhan. Dalam Peckingorder Theory dinyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan
internal dibandingkan pendanaan eksternal, hutang yang aman dibandingkan
hutang yang berisiko dan convertible securities serta yang terakhir saham
biasa.
3. Modigliani-Miller Position (apabila ada pajak)
MM berpendapat apabila dalam keadaan ada pajak penggunaan utang akan
selalu lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan penggunaan modal
sendiri. Hal ini disebabkan oleh sifat tax deductibility of interest payment atau
pembayaran bunga utang dapat mengurangi pajak. Sehingga MM berpendapat
struktur modal yang terbaik adalah struktur modal yang menggunakan utang
sebanyak-banyaknya.
4. Trade off theory
Teori ini menjelaskan bahwa hutang tidak hanya memberikan manfaat, tetapi
juga ada pengorbanan biayanya. Dengan teori ini manajemen akan
memikirkan dan mempertimbangkan antara penghematan pajak dan resiko
kebangkrutan dalam penentuan struktur modal. Trade-off theory juga
menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal dibawah titik optimal maka
setiap penambahan utang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya,
jika struktur modal berada diatas titik optimal maka setiap penambahan utang
akan menurunkan nilai perusahaan.

Teori-teori Struktur Modal

 


Menurut I Made Sudana (2015: 164), teori struktur modal menjelaskan
apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat mempengaruhi nilai
perusahaan, biaya modal perusahaan dan harga pasar saham perusahaan. Jika
kebijakan pembelanjaan perusahaan dapat mempengaruhi ketiga faktor tersebut,
bagaimana kondisi utang jangka panjang dan modal sendiri yang dapat
memaksimumkan niai perusahaan atau meminimumkan biaya modal perusahaan
atau memaksimumkan harga pasar saham perusahaan. Harga pasar saham
perusahaan mencerminkan nilai perusahaan, dengan demikian jika nilai suatu
perusahan meningkat, maka harga pasar saham perusahaan tersebut juga akan
naik

Komponen Struktur Modal

 


Menurut Bambang Riyanto (2011: 238) struktur modal suatu perusahaan
secara umum terdiri atas modal asing dan modal sendiri, berikut penjelasan
mengenai kedua komponen tersebut.
1. Modal Asing/ Utang Jangka Panjang (Long-term Debt)
Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya
Sementara bekerja dalam perusahaan, dan bagi perusahaan tersebut
merupakan utang, yang pada saatnya harus dibayar kembali. Mengenai modal
asing atau hutang dapat dibagi dalam 3 (tiga) golongan yaitu:
a. Modal asing/utang jangka pendek (short-term debt) yaitu yang jangka
waktunya pendek, yaitu kurang dari satu tahun.
b. Modal asing/ utang jangka menengah (intermediate-term debt) yaitu
yang jangka waktunya antara 1 sampai 10 tahun.
c. Modal asing/utang jangka panjang (long-term debt) yaitu yang jangka
waktunya lebih dari 10 tahun.
Modal asing/utang jangka panjang adalah utang yang jangka waktunya
yang umumnya lebih dari sepuluh tahun. utang jangka panjang ini pada
umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan
(ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal
untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Adapun jenis utang
jangka panjang adalah pinjaman obligasi dan pinjaman hipotik.
1) Pinjaman Obligasi
Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang untuk jangka waktu yang
panjang dimana debitur mengeluarkan surat pengakuan utang yang
mempunyai nominal tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali
pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang
dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.
2) Pinjaman Hipotik
Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang di mana pemberi
uang (kreditur) diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak
bergerak, agar bila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya,
barang itu dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat
digunakan untuk menutup tagihannya.
2. Modal Sendiri (Shareholder’s Equity)
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang
tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal
sendiri berasal dari sumber intern dan sumber ekstern. Sumber intern berasal
dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan sumber ekstern
berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Modal sendiri dalam
suatu perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) terdiri dari:
a. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu
Perseroan Terbatas (PT), dimana modal saham terdiri dari:
1) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang
ditanamkan oleh investor, dimana pemilik saham ini, dengan memiliki
saham ini berarti ia membeli prospek dan siap menanggung segala
risiko sebesar dana yang ditanamkan.
2) Saham Preferen (Prefferend Stock)
Saham preferen adalah bentuk komponen jangka panjang yang
kompensasinya (dividen) dibayarkan lebih dahulu (utama) sebelum
membayar kompensasi saham biasa.
b. Laba Ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang dibayarkan sebagai
dividen. Komponen modal sendiri ini merupakan modal dalam
perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risio usaha
maupun risiko kerugian-kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak
memerlukan adanya jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali
dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka
waktu pembayaran kembali modal yang disetor. Oleh karena itu, tiap-tiap
perusahaan harus mempunyai sejumlah minimum modal yang diperlukan
untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan. Modal sendiri yang
bersifat permanen akan tertanam dalam perusahaan dan dapat
diperhitungkan pada setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup
serta melindungi perusahaan dari risiko kebangkrutan.
c. Cadangan
Cadangan merupakan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan
selama beberapa waktu/tahun atau dari tahun berjalan yang disisihkan
sebagai cadangan. Cadangan yang termasuk modal sendiri adalah
cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs,
cadangan untuk menampung hal-hal atau kejadian yang tidak terduga

Pengertian Struktur Modal

 


Menurut Irham Fahmi (2017: 179), yang dimaksud struktur modal adalah
sebagai berikut:
“Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi finansial
perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang
jangka panjang (long-term liabilities) dan modal sendiri (shareholders’
equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan.”
I Made Sudana (2015: 164) menyatakan struktur modal (capital structure)
berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur
dengan perbandingan utang jangka panjang dengan modal sendiri.
Struktur modal menurut Bambang Riyanto (2011: 22) adalah
pembelanjaan permanen didalam mencerminkan perimbangan antara hutang
jangka panjang dan modal sendiri.
Menurut Handono Mardiyanto (2009: 116), struktur modal didefinisikan
sebagai komposisi dan proposi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen
dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan.
Selain itu, Agus Harjito dan Martono (2010: 240) mengemukakan struktur
modal adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan
yang ditunjukkan oleh perbandingan utang jangka panjang terhadap modal
sendiri.
Sedangkan menurut Mustafa (2017: 85), yang dimaksud struktur modal
adalah sebagai berikut:
“Struktur modal merupakan perimbangan antara jumlah utang jangka
pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan
saham biasa. Struktur modal adalah perbandingan modal asing atau jumlah
utang dengan modal sendiri. Kebijaksanaan struktur modal merupakan
pemeliharaan antara risiko dan pengambilan yang diharapkan”.
Menurut Agnes Sawir (2003: 13) struktur modal didefinisikan sebagai
berikut:
“Struktur modal merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan
utang dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan
kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi seluruh
kewajibannya”.
Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan
struktur modal adalah perimbangan antara jumlah utang jangka pendek yang
bersifat permanen, utang jangka panjang dan modal sendiri yang berkaitan dengan
pembelanjaan jangka panjang perusahahaan.
Ketika perusahaan ingin tumbuh, maka perusahaan tersebut akan
membutuhkan modal. Secara umum sumber modal ada dua sumber alternatif,
yaitu modal yang bersumber dari modal sendiri (internal) atau dari eksternal
seperti pinjaman/utang dan pemilik perusahaan. Pendanaan dengan modal
sendiri/internal dapat dilakukan dengan menerbitkan saham (stock), sedangkan
pendanaan dengan utang (debt) dapat dilakukan dengan menerbitkan obligasi atau
berutang ke bank bahkan ke mitra bisnis. Apabila menggunakan pendanaan
dengan utang, ketika utang bertambah akan meningkatkan risiko, yaitu membayar
bunga pinjaman yang lebih besar. Sedangkan jika perusahaan menggunakan
modal sendiri ketergantungan terhadap pihak luar akan berkurang, tetapi
modalnya tidaklah pengurang pajak bisnis (Dessa Auliyaa Rezky, 2017: 26)
Maka dari itu manajemen keuangan memadukan sumber dana permanen
sehingga membentuk struktur modal optimal agar mampu menaikan harga saham
yang merupakan cerminan dari nilai perusahaan

Struktur Modal

 


Menurut I Made Sudana (2015: 180), financial laverage dibedakan
menjadi financial structure (struktur keuangan) dan capital structure (struktur
modal). Capital structure (struktur modal) merupakan bagian dari struktur
keuangan yang hanya menyangkut pembelanjaan yang sifatnya permanen atau
jangka panjang. Pernyataan bahwa struktur modal merupakan bagian dari struktur
keuangan perusahaan didasarkan pada cakupan struktur keuangan yang lebih luas
dibandingkan struktur modal. Struktur keuangan mengulas cara perusahaan
mendanai aktivanya, baik utang jangka pendek, utang jangka panjang ataupun
modal pemegang saham. Sedangkan struktur modal mengulas tentang cara
perusahaan mendanai aktivanya, baik dengan utang jangka panjang ataupun
modal pemegang saham