Friday, July 28, 2023

Harga

 


Definisi harga menurut (Kotler, 2003) adalah sejumlah uang yang
dibebankan untuk sebuah produk atau jasa. Secara lebih luas, harga
adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan konsumen untuk mendapatkan
keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah produk atau
jasa.Sedangkan Stanton mendefinisikan harga adalah sejumlah uang dan
atau barang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kombinasi dari barang 
yang lain yang disertai dengan pemberian jasa. Harga merupakan elemen
dari bauran pemasaran yang bersifat fleksibel, dimana suatu saat harga
akan stabil dalam waktu tertentu tetapi dalam seketika harga dapat juga
meningkat atau menurun dan juga merupakan satu-satunya elemen yang
menghasilkan pendapatan dari penjualan.
Perusahaan menetapkan suatu harga dengan melakukan pendekatan
penetapan harga secara umum yang meliputi satu atau lebih diantara tiga
perangkat perimbangan berikut ini yakni:
a. Cost-Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan biaya)
1) Cost-Plus-Pricing (Penetapan harga biaya plus): Suatu metode
penelitian harga yang paling sederhana, dimana metode ini
menambah standar mark-up terhadap biaya produk.
2) Break Even Analysis and Target Profit Pricing (Analisis peluang
pokok dan penetapan harga laba sasaran): Suatu metode yang
digunakan perusahaan untuk menetapkan harga apakah akan break
even atau membuat target laba yang akan dicari.
b. Value-Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan nilai)
Metode ini menggunakan satu persepsi nilai dari pembeli (bukan dari
biaya penjualan) untuk menetapkan suatu harga.
c. Competition-Based Pricing (Penetapan harga berdasarkan persaingan)
1) Going-rate Pricing (Penetapan harga berdasarkan harga yang
berlaku): Perusahaan mendasarkan harganya pada harga pesaing
dan kurang memperhatikan biaya dan permintaannya. Perusahaan 
dapat mengenakan harga yang sama, lebih tinggi atau lebih rendah
dan pesaing utamanya.
2) Scaled-Bid Pricing (Penetapan harga penawaran tertutup):
Perusahaan menetapkan pesaing dan bukan berdasarkan hubungan
yang kaku atas biaya atau permintaan perusahaan.

Keputusan Pembelian

 


Menurut Kotler (2003), keputusan pembelian adalah tindakan dari
konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk. Dari berbagai
faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu
produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas,
harga dan produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat. Sebelum
konsumen memutuskan untuk membeli, biasanya konsumen melalui
beberapa tahap terlebih dahulu yaitu pengenalan masalah, pencarian
informasi, evaluasi alternatif, keputusan membeli atau tidak, perilaku
pascapembelian.
Pengertian lain tentang Keputusan pembelian menurut Schiffman
dan Kanuk (2000) adalah keputusan pembelian adalah suatu keputusan
seseorang dimana dia memilih salah satu dari beberapa alternatif pilihan
yang ada.Berdasarkan definisi diatas disimpulkan bahwa keputusan
pembelian adalah tindakan yang dilakukan konsumen untuk melakukan
pembelian sebuah produk. Oleh karena itu, pengambilan keputusan
pembelian konsumen merupakan suatu proses pemilihan salah satu dari
beberapa alternatif penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang 
nyata.Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan dan
kemudian dapat menentukan sikap yang akan diambil selanjutnya.
Menurut Swastha dan Handoko (2011) berpendapat bahwa lima
peran individu dalam sebuah keputusan membeli, yaitu:
a) Pengambilan inisiatif (initiator): individu yang mempunyai inisiatif
pembelian barang tertentu atau mempunyai kebutuhan atau keinginan
tetapi tidak mempunyai wewenang untuk melakukan sendiri.
b) Orang yang mempengaruhi (influencer): individu yang mempengaruhi
keputusan untuk membeli baik secara sengaja maupun tidak sengaja.
c) Pembuat keputusan (decider): individu yang memutuskan apakah
akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana
membelinya, kapan dan dimana membelinya.
d) Pembeli (buyer): individu yang telah melakukan pembelian yang
sebenarnya.
e) Pemakai (user): individu yang menikmati atau memakai produk atau
jasa yang dibeli

Persepsi Kualitas 

 


Menurut Kotler & Keller (2009), persepsi adalah proses yang digunakan
oleh individu untuk memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan
informasi guna menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Nilai pelanggan
merupakan kombinasi kualitas, pelayanan, harga dari suatu penawaran produk.
Nilai terhantar pada pelanggan adalah selisih antara jumlah nilai bagi pelanggan
dan jumlah biaya dari pelanggan, dan jumlah nilai bagi pelanggan adalah
sekelompok keuntungan yang diharapkan pelanggan dari barang atau jasa tertentu.
Menurut Schiffman & Kanuk (2008) :“Consumer often judge the quality
of a product or service on basis of variety of informational cues that they
associate with the product” dari definisi tersebut dijelaskan bahwa kesan kualitas
adalah penilaian konsumen terhadap kualitas barang atau jasa yang berdasarkan
informasi yang diterima berdasarkan asosiasi terhadap produk tersebut.
Perceived quality menurut Aaker (2008)dapat didefinisikan sebagai
persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk
atau jasa layanan berkaitan dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan dengan
tujuan yang diinginkan, dibandingkan dengan alternatif-alternatif lain. Sedangkan
Menurut Keller (2008) persepsi kualitas telah didefinisikan sebagai persepsi
pelanggan terhadap kualitas keseluruhan atau keunggulan produk atau jasa relatif
terhadap alternatif yang relevan dan berkaitan dengan tujuan yang dimaksudkan.
Perceived quality mempunyai peran penting dalam membangun suatu merek, 
Perceived quality sebuah merek dapat menjadi sebuah alasan yang penting bagi
konsumen untuk memutuskan merek yang akan dibeli.
Dalam penelitian sebelumnya (Krisno dan Prof. Hatane Samuel S.E, 2013)
menurut Aaker (1997) kesan kualitas produk dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu, Konteks kualitas produk yang terbagi menjadi:
1. Kinerja yang melibatkan berbagai operasional produk yang utama.
2. Karakteristik produk, yaitu elemen sekunder dari produk atau bagian-
bagian tambahan dari produk sehingga pembeda penting ketika dua produk
tanpa identik, karakteristik produk akan menunjukan bahwa perusahaan
memahami kebutuhan para pengguna produk tersebut
3. Kesesuaian dengan spesifikasi, artinya tidak ada produk yang cacat
sehingga merupakan penilaian mengenai kegiatan proses manufaktur
4. Keandalan, adalah konsistensi kinerja suatu produk dari satu pembelian
hingga pembelian berikutnya dan presentasi waktu yang dimiliki produk
untuk befungsi sebagaimana mestinya.
5. Ketahanan yang mencerminkan kehidupan ekonomis dari produk tersebut
6. Pelayanan yang mencerminkan kemampuan perusahaan memberikan
pelayanan sehubungan dengan produk tersebut
7. Hasil akhir (Fit & Finish), yang menunjukkan saat munculnya atau
dirasakan kualitas produk. Asumsinya adalah jika perusahaan tidak bisa
menghasilkan produk dengan hasil akhir yang baik maka produk-produk
tersebut mungkin tidak akan mempunyai atribut kualitas lain yang lebih
penting.

Kepercayaan Merek


Kepercayaan dapat digunakan sebagai skala pengukuran rasa suka
terhadap merek, dimana rasa suka seorang pembeli terhadap merek termasuk ke
dalam tingkatan keempat loyalitas pada piramida loyalitas merek (Aaker D. A.,
2008). Menurut Aaker dan Lasser menyatakan pengertian brand trust yaitu:
“Brand trust as feeling of security held by the consumer in his/her interaction
with the brand, that it is based on the perceptions that the brand is reliable and
responsible for the interests and welfare of the consumer”. Artinya, brand trust
(kepercayaan merek) adalah rasa aman yang dimiliki oleh seorang konsumen
melalui interaksinya dengan merek, yang didasarkan pada persepsi konsumen
bahwa merek tersebut dapat dipercaya dan bertanggung jawab untuk kepentingan
dan kesejahteraan konsumen. 
Kepercayaan pelanggan pada merek (brand trust) didefinisikan sebagai
keinginan pelanggan untuk bersandar pada sebuah merek dengan risiko-risiko
yang dihadapi karena ekspetasi terhadap merek itu akan menyebabkan hasil yang
positif (Lau & Lee, 1999). Dari pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan merek adalah kemauan konsumen mempercayai dan merasa aman
pada suatu merek dengan segala resikonya, karena adanya harapan merek tersebut
dapat memberikan hasil yang positif dan dapat diandalkan bagi mereka

Pengertian keputusanpembelian ulang

 


Menurut (Schiffman & Kanuk, 2008) perilaku pembelian ulang itu
berhubungan erat dengan konsep dari brand loyalty, yang diusahakan oleh
kebanyakan perusahaan karena menyumbang kepada stabilitas yang lebih besar di
pasar. Keputusan pembelian ulang sendiri adalah ketika konsumen memutuskan
untuk membeli kembali sebuah produk yang bisa saja didasarkan pada persetujuan
konsumen bahwa produk tersebut memenuhi apa yang diinginkan mereka
(Schiffman dan kanuk dalam Long-Yi Lin and Yeun-Wen Chen(2009)).
Pengukuran keputusan pembelian ulang terdiri dari 2 indikator pengukuran yaitu
pembelian kembali produk yang sama di masa datang, dan jumlah pembelian.
Keputusan pembelian ulang (repurchase) mempunyai definisi menurut
Peter dan Olson(2002), yaitu kegiatan pembelian yang dilakukan lebih dari satu
kali atau beberapa kali. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa adanya niat
dari pelanggan untuk kembali membeli produk atau jasa yang sama. Hal tersebut
diperoleh dari pelanggan yang puas akan pelayanan yang diberikan sehingga
dapat mendorong untuk melakukan pembelian ulang (repurchase), menjadi loyal
terhadap produk tersebut ataupun loyal terhadap toko tempat pelanggan tersebut
membeli barang, serta dapat menceritakan hal – hal baik kepada orang lain
(Noviantiano dan Kosahasi, 2007).
Menurut Hawkins et al. (2007) keputusan pembelian ulang sebagai suatu
kegiatan membeli kembali yang dilakukan oleh konsumen terhadap suatu produk
dengan merek yang sama tanpa diikuti oleh perasaan yang berarti terhadap produk
tersebut. Terdapat dua kemungkinan yang dapat menyebabkan seseorang 
melakukan pembelian ulang suatu produk. Pertama, konsumen merasa puas
dengan pembelian yang mereka lakukan. Kedua, pelanggan merasa tidak puas,
tetapi mereka tetap melakukan pembelian ulang. Untuk kemungkinan kedua ini
biasanya disebabkan mereka menganggap biaya yang harus mereka keluarkan
untuk mencari, mengevaluasi, dan mengadopsi produk dengan merek lain
(switching cost) terlalu tingg

Pengertian Perilaku konsumen

 pada hakikatnya untuk memahami “Mengapa

konsumen melakukan dan apa yang mereka lakukan”. Schiffman dan Kanuk
(2008) mengemukakan bahwa studi perilaku konsumen adalah suatu studi
mengenai bagaimana seorang individu membuat keputusan untuk mengalokasikan
sumber daya yang tersedia (waktu, uang, usaha, dan energi). Konsumen memiliki
keragaman yang menarik untuk dipelajari karena ia meliputi seluruh individu dari 
berbagai usia, latar belakang budaya, pendidikan, dan keadaan sosial ekonomi
lainnya. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mempelajari bagaimana
konsumen berperilaku dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku
tersebut.
Definisi perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2008):
Perilaku konsumen adalah studi bagaimana individu, kelompok dan
organisasi memilih, membeli, menggunakan dan menempatkan barang, jasa, ide
atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.
Definisi perilaku konsumen menurut (Schiffman & Kanuk, 2008):
Perilaku konsumen menggambarkan cara individu mengambil keputusan
untuk memanfaatkan sumber daya mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha)
guna membeli barang-barang yang berhubungan dengan konsumsi

Saturday, July 15, 2023

Informasi

 


Menurut Jogiyanto HM. (1999:692), “Informasi dapat didefin dari pengolahan
data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya
yang menggambarkan suatu kejadian –kejadian (event) yang nyata (fact) yang
digunakan untuk pengambilan keputusan” [5].
Menurut Anton M. Meliono. (1990: 331), “Informasi adalah data untuk suatu
tujuan tertentu. Tujuan tersebut adalah untuk menghasilkan sebuah keputusan”
[5].
Menurut Gordon B. Davis (1991:28), “Informasi adalah data menjadi sebuah
bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan
keputusan saat ini atau mendatang” [5].
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa informasi adalah data yang
telah diolah menjadi data yang berguna untuk suatu tujuan tertentu, yang dapat
bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau mendatang.