Berdasarkan
pernyataan Sopiah (2008) mengatakan bahwa teori ini dikembangkan oleh Maslow
pada tahun 1954. Menurut Maslow, kebutuhan manusia berjenjang atau bertingkat,
mulai dari tingkatan yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Tingkatan
yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Kebutuhan fisiologis (physiological
needs) yaitu kebutuhan dasar manusia agar dapat tetap bertahan hidup, seperti
makanan, pakaian, perumahan, (2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety
needs) yaitu meliputi kebutuhan rasa aman dalam bekerja, keamanan untuk merdeka
atau bebas dari ancaman, (3) Kebutuhan akan rasa memiliki, sosial dan kasih
sayang (social needs), meliputi kebutuhan manusia untuk berinteraksi,
berinterrelasi, dan berafiliasi dengan orang lain, (4) Kebutuhan untuk dihargai
yaitu kebutuhan manusia untuk merasa dihargai, diakui keberadannya, diakui
eksistensinya, prestise, kekuasaan, dan penghargaan dari orang lain, (5)
Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) yaitu kebutuhan yang
dirasakan oleh seseorang dengan menggunakan kemampuan, keahlian, dan potensi
dirinya secara maksimal.
Thursday, March 14, 2019
Pengertian Motivasi Kerja (skripsi dan tesis)
Kata dasar motivasi
(motivation) adalah motif yang berarti dorongan sebab atau alasan seseorang
melakukan sesuatu. Oleh karena itu, motivasi dapat berarti suatu kondisi yang
mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan atau
kegiatan, yang berlangsung secara sadar.(Suratman, 2003).
Menurut Rivai
(2004), motivasi adalah serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi
individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai dengan tujuan individu. Sikap
dan nilai tersebut merupakan suatu yang invisible yang memberikan kekuatan
untuk mendorong individu bertingkah laku dalam mencapai tujuan. Apabila
individu termotivasi, maka individu akan membuat pilihan yang positif untuk
melakukan sesuatu karena dapat memuaskan keinginannya. Sedangkan menurut
Robbins (1996), motivasi diartikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat
upaya yang tinggi ke arah tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh
kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual. Kebutuhan dalam
hal ini berasrti suatu keadaan internal yang menyebabkan hasil-hasil tertentu
tampak menarik. Suatu kebutuhan yang tak terpuaskan menciptakan tegangan yang
merangsang dorongan-dorongan dalam diri individu. Dorongan ini menimbulkan
suatu perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan tertentui yang jika
tercapai akan memenuhi kebutuhan itu dan mendorong ke pengurangan
tegangan.(Robbins, 1996)
Menurut Luthans,
dkk (dikutip Rivai, 2001), sumber motivasi berasal dari dalam diri (intrinsic).
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan dari dalam diri seseorang yang harus
terpenuhi. Menurut Wursanto (2003) kebutuhan (needs) merupakan pembangkit dan
penggerak perilaku. Ini berarti bahwa apabila terdapat kekurangan akan kebutuhan,
maka orang akan lebih peka terhadap motivasi. Dengan demikian, kebutuhan
berhubungan erat dengan kekurangan yang dialami seseorang. Kekurangan ini dapat
bersifat fisiologis (makanan, pakaian, dan tempat tinggal), psikologis
(pengakuan atau penghargaan) dan sosial
Dimensi Dalam Komitmen Organisasi (skripsi dan tesis)
Luthans (1992)
menyatakan komitmen terhadap organisasi sebagai sikap sering didefinisikan
menjadi (a) keinginan untuk tetap menjadi anggota dalam organisasi, (b) kemauan
untuk mempertinggi tingkat usaha demi kepentingan organisasi, (c) meyakini
secara pasti dan menerima nilai-nilai serta tujuan dari organisasi. Dengan kata
lain, komitmen terhadap organisasi merupakan sikap yang menggambarkan kesetiaan
karyawan terhadap organisasi, melalui proses terus menerus yakni anggota
organisasi mengekspresikan perhatian mereka terhadap organisasi dan berlanjut
hingga memperoleh kesuksesan.
Mowday, Porter &
Steers (dalam Northcraft, et al., 1994) mendefinisikan komitmen terhadap
organisasi sebagai (a) keyakinan (belief) dan penerimaan yang kuat terhadap
tujuan organisasi dan nilai-nilai organisasi, (b) Kemauan (willingness)
berusaha dengan sungguh-sungguh untuk membantu organisasi dalam mencapai
tujuan, dan (c) keinginan (desire) yang kuat untuk tetap menjadi anggota
organisasi.
Definisi Komitmen Organisasi (skripsi dan tesis)
Menurut Greenberg
dan Baron (2003), komitmen terhadap organisasi merupakan suatu sikap yang
menggambarkan tingkat individu memihak dan terlibat dengan organisasi tempat
mereka berada serta tidak berniat untuk meninggalkannya. Komitmen terhadap organisasi didefinisikan
oleh Robbins (1998) sebagai suatu sikap kerja karyawan yang ditunjukkan dengan
sikap memihak pada suatu organisasi tertentu dengan tujuan-tujuannya serta
berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi tersebut.
Komitmen bisa juga
didefinisikan sebagai derajat seorang individu memihak pada organisasi yang
mempekerjakannya dan menunjukkan kesediaannya untuk menggunakan usaha demi
kepentingan organisasi dan bermaksud tinggal di organisasi untuk jangka waktu
yang lama (Wagner III & Hollenbeck, 1992)
Dimensi Dalam Budaya Organisasi (skripsi dan tesis)
Adler et al. (1996)
menyatakan bahwa ada beberapa dimensi budaya yang membedakan antara organisasi
yang satu dengan lainnya meskipun memiliki bidang usaha yang sama.
Dimensi-dimensi tersebut antara lain adalah
a.
Dimensi budaya sosialisasi dalam organisasi adalah
kondisi tingkat hubungan antara karyawan yang satu dengan yang lainnya.
Hubungan tersebut bisa terbatas pada interaksi akan hal-hal yang berhubungan
dengan pekerjaan ataupun sampai pada hubungan yang bersifat lebih pribadi.
b.
Dimensi budaya distribusi kekuasaan dan otonomi
pekerjaan merupakan kondisi rentang kekuasaan antara karyawan pada level yang
berbeda dalam organisasi, serta kebebasan yang diberikan pihak manajemen kepada
para karyawannya. Kekuasaan yang tersebar pada setiap level dalam organisasi
menunjukkan distribusi kekuasaan dalam organisasi. Sedangkan organisasi yang
memiliki otonomi pekerjaan akan memberikan kebebasan kepada karyawannya untuk
membuat keputusan sendiri.
c.
Dimensi budaya derajat struktur merupakan kondisi
kejelasan peran karyawan dalam pekerjaan. Karyawan dalam organisasi dituntut
bekerja dalam area tanggung jawab masing-masing. Karakteristik derajat struktur
juga dilihat dari kejelasan kebijaksanaan dan prosedur yang dimiliki organisasi
dalam penanganan terhadap suatu topik dalam organisasi.
d.
Dimensi budaya penghargaan terhadap kesuksesan adalah
kondisi suatu organisasi dalam mengakui dan menghargai kesuksesan yang telah
dicapai karyawannya, dilihat dari sering atau tidaknya karyawan diberikan
pujian oleh organisasi. Karakteristik ini juga diketahui melalui adanya
pengakuan atau pengenalan organisasi terhadap karyawan yang didasari oleh
kemampuan aktual yang dimiliki.
Penghargaan terhadap kesuksesan dapat berupa materi maupun non-materi.
e.
Dimensi budaya kesempatan untuk berkembang yang
diberikan organisasi merupakan kondisi organisasi dalam memberikan dukungan
terhadap karyawan untuk mengembangkan keahlian dan mengambil tanggung jawab
baru. Organisasi mengaplikasikannya dengan memberikan pendidikan serta
pelatihan.
f.
Dimensi budaya toleransi terhadap resiko dan perubahan
adalah kondisi pihak manajemen memberikan dukungan terhadap karyawan untuk
mengambil kesempatan dengan resiko, dan bila terjadi suatu perubahan maka
organisasi telah memikirkan sebelumnya tolransi yang akan dilakukan. Organisasi
yang bertoleransi terhadap resiko dan perubahan cenderung berani untuk
mengambil keputusan dalam waktu cepat dan tanpa banyak pertimbangan.
g.
Dimensi budaya toleransi terhadap konflik adalah
kondisi pihak manajemen organisasi yang memiliki keyakinan bahwa perbedaan
pendapat bukan tanda penting dari ketidaksetiaan karyawan. Karyawan dapat
mengungkapkan ketidaksetujuan terhadap ide yang telah dikemukakan oleh pihak
manajeman. Hal ini tidak menjadi suatu tolak ukur karyawan akan meninggalkan
organisasi. Organisasi yang memiliki budaya tersebut akan berusaha memahami
konflik yang ada serta berusaha untuk menyelesaikan konflik tersebut.
h.
Dimensi budaya yang terakhir, yakni dukungan emosional.
Dimensi ini adalah kondisi organisasi dalam menunjukkan minatnya secara
sungguh-sungguh terhadap kesejahteraan karyawan dengan mengetahui dan merespon
terhadap masalah karyawannya. Dimensi ini dapat diukur dengan menilai tingkat
kepuasan karyawan dalam menerima dukungan emosional yang diinginkan.
Pengertian Budaya Organisasi (skripsi dan tesis)
Menurut Schein
(1992), budaya organisasi merupakan suatu pola asumsi dasar yang dianut bersama
oleh anggota organisasi dalam menyelesaikan masalah adaptasi eksternal dan
integrasi internal. Asumsi dasar yang dimaksud memiliki pengertian serupa
dengan yang dikemukakan oleh Argyris (dalam Schein, derajat seorang individu
memihak pada organisasi yang mempekerjakannya dan menunjukkan kesediaannya
untuk menggunakan usaha demi kepentingan organisasi dan bermaksud tinggal di
organisasi untuk jangka waktu yang lama (Wagner III & Hollenbeck, 1992).
Greenberg et al.
(2003), yakni budaya organisasi merupakan suatu kerangka kerja kognitif yang
terdiri dari sikap, nilai, norma
prilaku, dan pengharapan yang dianut oleh setiap anggota organisasi. Kerangka
kerja kognitif tersebut berakar dari sekumpulan karakteristik inti yang dinilai
bersama oleh seluruh anggota organisasi. Budaya organisasi juga dianggap
sebagai suatu sistem yang dianut bersama oleh semua anggota organisasi yang
dapat membedakan suatu organisasi dengan organisasi lainnya (Robbin, 2001).
Budaya organisasi
sendiri adalah asumsi dasar, kerangka kerja kognitif, kepribadian organisasi
dan system yang dianut serta diyakini bersama oleh setiap anggota organisasi
yang bertujuan memandu tingkah laku yang dilakukan oleh anggota dan
mencerminkan perbedaan antara suatu organisasi dengan organisasi yang lain
Aspek-Aspek Disiplin (skripsi dan tesis)
Berdasarkan teori Lateiner dan Levinne (dalam
Amriany dkk, 2004, h.182) diketahui bahwa aspek – aspek kedisiplinan kerja
mencakup hal-hal berikut :
a.
Kehadiran
Seseorang
yang dijadwalkan untuk bekerja harus datang atau hadir pada waktunya tanpa
alasan apapun.
b.
Waktu
Kerja
Waktu
kerja didefinisikan waktu kerja sebagai jangka waktu saat pekerja yang
bersangkutan harus hadir untuk memulai pekerjaan dan ia dapat meninggalkan
pekerjaan, dikurangi waktu istirahat antara permulaan dan akhir kerja. Mencetak
jam kerja pada kartu hadir (check clock) merupakan sumber data untuk mengetahui
tingkat disiplin waktu kerja karyawan.
c.
Kepatuhan
terhadap Perintah
Kepatuhan
terjadi jika seorang melakukan apa yang dinyatakan kepadanya.
d.
Produktivitas
Kerja
Produktivitas
kerja diartikan sebagai suatu layanan atasan terhadap kesesuaian antara layanan
yang diberikan secara keseluruhan.
e.
Kepatuhan
terhadap Peraturan
Serangkaian
aturan – aturan yang dimiliki kelompok dalam organsasi boleh jadi merupakan
tekanan bagi seseorang atau karyawan agar patuh dan itu akan membentuk
keyakinan, sikap dan perilaku individu tersebut menurut standar kelompok yang
ada dalam suatu organisasi.
f.
Menyelesaikan
Pekerjaan dengan Semangat Kerja yang Baik
Artinya
menyelesaikan pekerjaan dengan sungguh – sungguh sehingga dapat selesai sesuai
dengan kebijakan organisasi tersebut.
Pendapat
lain dikemukakan oleh Hasibuan ( 2002, h.196 ) yang
berpendapat bahwa aspek yang mendukung kedisiplinan
kerja yang baik adalah :
a.
Ketepatan
waktu.
b.
Penyelesaian
tugas.
2.
Mematuhi
semua peraturan perusahaan dan norma – norma social yang berlaku.
Santoso dan Soepomo (dalam Atmadji, dkk, 2005,
h.172) menambahkan
aspek – aspek kedisiplinan kerja yang terdapat dalam
perusahaan adalah :
1. Kepatuhan terhadap atasan.
2. Ketepatan waktu ( kehadiran dan jangka waktu
kerja )
3. Ketertiban mengikuti aturan.
Subscribe to:
Posts (Atom)