Friday, November 3, 2023

Penyebab Konflik Kerja

  Menurut Griff & Moorhead (2013) mengemukakan empat penyebab terjadinya konflik di suatu perusahaan yaitu: 1. Konflik Antarpribadi (Interpersonal Conflict) Konflik antara dua atau lebih individu hampir pasti akan terjadi di organisasi mana pun, mengingat adanya perbedaan dalam persepsi, tujuan, sikap, dan sebagainya di antara para karyawan 2. Konflik Antarkelompok (Intergroup Conflict) Konflik ini terjadi antara dua atau lebih kelompok organisasi 3. Konflik Antara Organisasi dan Lingkungan (Conflict between Organization and Environment) Konflik antara satu organisasi dengan yang lain ini timbul dikarenakan adanya persaingan yang sama-sama dihadapi oleh organisasi tersebut. 4. Ketergantungan Tugas 20 Saling ketergantungan tugas juga dapat mengakibatkan konflik di semua level yang disebutkan sebelumnya. Semakin besar saling ketergantungan antar departemen, semakin besar kemungkinan konflik akan terjadi. Ada tiga bentuk utama ketergantungan yaitu: a. Saling ketergantungan yang terkumpul b. Saling ketergantungan berurutan c. Saling ketergantungan timbal balik Kartono (1994) menyatakan sumber atau sebab-sebab konflik dalam organisasi dan manajemen bisa dibagi dalam 3 kategori pokok yaitu: a. Faktor Komunikasi Disebabkan oleh besarnya perusahaan atau organisasi yang secara implisit membawa kesulitan komunikasi yang dapat menimbulkan konflik antara lain: 1) Bermacam-macam unit kerja tidak dapat berkomunikasi dengan baik. 2) Konflik yang distimulir oleh salah paham dan tidak adanya usaha untuk memberikan informasi satu sama lain. 3) Ketidaklancaran komunikasi antara manajer dengan karyawan mengakibatkan timbulnya emosi-emosi yang ambisius, rasa tidak pasti, tidak aman, dan tidak memahami tujuan secara jelas. Semua hal tersebut memudahkan timbulnya konflik. 4) Relasi yang sangat formal dan non pribadi memudahkan timbulnya konflik dalam batin individu sendiri dan konflik antar unit. 5) Komunikasi yang tidak baik antara atasan dengan bawahan menimbulkan banyak prasangka, kecemasan dan ketegangan batin, karena buruh dan karyawan serta bawahan sangat bergantung pada penilaian atasan.   6) Ketidaklancaran komunikasi menyebabkan timbulnya rasa terisolasi dengan dunia kerja. Hal ini banyak menimbulkan ketegangan batin, kecemasan dan ketakutan sehingga orang terlalu peka dan mudah berkonflik dengan orang lain. 7) Komunikasi yang tidak lancar menyebabkan kesalahpahaman, yang tidak bisa didialogkan, atau dikomunikasikan dan dipecahkan bersama. b. Faktor Struktur Organisasi Konflik banyak terjadi diperusahaan dan lembaga-lembaga yang besar dalam struktur organisasi yang luas. Intensitas dan keseriusan konflik bisa diperkuat oleh variabel-variabel dibawah ini: 1) Sistem birokrasi dan overbirokrasi 2) Heterogenitas dalam staff pimpinan 3) Supervisi yang terlalu ketat 4) Sistem hadiah yang tidak merata 5) Limitasi sumber energi 6) Spesialisasi teknis kontra kekuasaan formal 7) Struktur organisasi yang piramida, semakin mengkrucut ke atas dengan manajer eselon atas semakin sedikit c. Faktor Tingkah Laku Pribadi Jika struktur organisasi merupakan suatu variabel yang bisa dikontrol, maka tingkah laku pribadi itu tidak mudah atau tidak bisa dikontrol. Faktor tingkah laku mencakup : 1) Pribadi pemimpin meliputi : a) Pemimpin yang otoriter adalah pemimpin yang selalu bertindak menurut dirinya dan tidak mempedulikan pendapat orang lain. b) Pemimpin yang neurotis adalah pemimipin yang selalu bimbang atau takut dalam pengambilan keputusan.  2) Kepuasan dan apresiasi terhadap status sendiri, jika seseorang tidak bisa mengandalkan apresiasi dan merasa tidak puas dengan status sendiri, dalam hal ini menjadi konflik yang terbuka dan konflik batin. 3) Tujuan yang ingin dicapai oleh beberapa individu dari kelompok sama, maka orang akan memperebutkan dengan sengit. Menurut Handoko (dalam Nawawi, 2010) juga menyimpulkan bahwa konflik dalam organisasi timbul dikarenakan adanya masalah-masalah dalam komunikasi, hubungan pribadi, dan struktur organisasi

No comments:

Post a Comment