Monday, May 24, 2021

Pengertian Resiliensi (skripsi dan tesis)

 


Seorang individu yang mampu menyelesaikan masalah yang
diahadapinya dengan pola perilaku yang adaptif, atau mampu keluar dari
masalah yang menghampirinya, dalam psikologi disebutnya sebagai
individu yang resiliensi.
Secara bahasa,resiliensi merupakan istilah bahasa Inggris dari kata
resilience yang artinya daya pegas, daya kenyal atau kegembiraan (Echols
dan Syadili) .
Resiliensi merupakan konstruk psikologi yang diajukan oleh para
ahli behavioral dalam rangka usaha untuk mengetahui, mendefinisikan,
dan mengukur kapasitas individu untuk tetap bertahan dan berkembang
pada kondisi yang menekan (adverse conditions) dan untuk mengetahui
kemampuan individu untuk kembali pulih (recovery)dari kondisi tekanan
(McCubbin, 2001).
Senada dengan penjelasan di atas, Deswita (2006), menulis dalam
bukunya bahwa daya lentur (resilience) merupakan kemampuan atau
kapasitas insani yang dimiliki seseorang, kelompok masyarakat yang
memungkinkan untuk menghadapi, mencegah, meminimalkan dan
16
bahkan merubah kondisi yang menyesengsarakan menjadi suatu hal yang
wajar untuk diatasi. Perumapaan tersebut dapat disublimasikan untuk
membedakan individu yang memiliki daya tahan, dan sebaliknya, saat
dihadapkan pada situasi yang menekan dan pengalaman negatif.
Definisi resiliensi dan pengertian darinya diformulasikan pertama
kali oleh Block dengan istilah ego-resilience, yang diartikan sebagai
kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang
tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal.
Block, secara lugas memahami ego-resilience sebagai:
A personality resource that allows individual to modivy their
characteristic level and habitual mode of expression of ego-control as
the most adaptively encounter, function in and shape their immediate
and long term environmental context .
Dari penjabaran yang diuraikan Block di atas, dapat dimengerti
bahwa resiliensimerupakan satu sumber kepribadian yang berfungsi
membentuk konteks lingkungan, dalam jangka waktu yang pendek
maupun sebaliknya, jangka waktu yang tidak pendek. Kita akan lebih
memahami hal tersebut dalam sebuah asumsi bahwa sumber daya tersebut
memberikan peluang kepada individu untuk memodifikasi tingkat
karakter dan cara mengekspresikan pengendalian ego yang biasa mereka
lakukan( dalamManara, 2008).
17
Secara istilah banyak definisi diajukan oleh para peneliti yang
bergelut di bidang ini. Riley dan Masten mendefinisikan resiliensisebagai
pola adaptasi yang positif pada konteks keadaan yang menekan baik masa
lalu maupun saat ini. Ada dua kondisi yang dibutuhkan dalam rangka
menjelaskan resiliensipada kehidupan individu yaitu: a) terjadinya
adaptasi dan perkembangan pada significant adversity (kesengsaraan
yang signifikan) atau ancaman; dan b) fungsi dan perkembangan tetap
berjalan dengan baik meskipun terdapat significant adversity
(kesengsaraan yang signifikan).
Resiliensitidak serta-merta hinggap pada keberadaan dan
kehidupan tiap individu.Kemampuan tersebut tidak dapat diamati ketika
individu sedang menikmati situasi yang damai, tidak menekan, dan
menguntungkan.Oleh karena itu, resiliensitidak dapat dimengerti jika
tidak didukung oleh selembar cerita dan situasi tertentu.Masten dan
Coatswert melakukan pengamatan mendalam tentang hal itu. Dalam
sebuah konklusi akhirnya, mereka menyebutkan setidaknya upaya untuk
mengidentifikasi resiliensidiperlukan dua syarat, yaitu adanya ancaman
yang signifikan pada individu (ancaman berupa status high risk atau
ditimpa kemalangan dan trauma kronis) dan kualitas adaptasi atau
perkembangan individu tergolong baik (individu berperilaku dalam
component manner)( dalamHawabi, 2011). Dari kedua syarat pendukung
inilah kita dapat dengan mudah mengenali resiliensi.
18
Luasnya konstruk resiliensiini membuat perbedaan konsep yang
diajukan terkait resiliensi. McCubbin menyebutkan beberapa konsep yang
diajukan dari para peneliti di bidang ini yang ditemukannya dari
menelaah literatur-literatur resiliensi. Usaha-usaha yang mengkaji
resiliensitelah mengkonsepkan resiliensisetidaknya dalam empat
perspektif yang berbeda namun tetap saling berhubungan, yaitu:
resiliensi: a) sebagai good outcomes (hasil yang baik) meskipun
mengalami kesengsaraan, b) sebagai kompetensi yang menopang
(sustained competence) dalam situasi sulit, c) sebagai recovery dari
pengalaman trauma, dan d) sebagai interaksi antara protective factor dan
risk factor (McCubbin 2001).
Konsep pertama yang menyatakan resiliensisebagai good
outcomes walaupun dalam kesengsaran memfokuskan pada konsep
resiliensisebagai sebuah hasil (outcomes). Konsep ini seperti halnya
defenisi resiliensiyang dipaparkan Rutter (dalam McCubbin 2001) yang
menyatakan resiliensisebagai hasil yang positif (positive outcomes) dalam
penanggulangan kesengsaraan seperti kemiskinan.
Konsep kedua dan ketiga yaitu sebagai kompetensi yang
menopang (sustained competence) dalam situasi sulit dan sebagai
recovery dari pengalaman trauma itu menekankan resiliensisebagai
kompetensi yang dimiliki individu untuk beradaptasi atau kemampuan
recovery (bounce back) ketika berhadapan dengan situasi sulit. Konsep
19
ini menekankan kajian resiliensipada kualitas-kualitas individu yang
resilien. Konsep ini seperti halnya pengertian yang diajukan Grotberg
(dalam Kurniawan & Ristinawati, 2008) yang mendefinisikan
resiliensisebagai kapasitas manusia untuk menghadapi dan mengatasi
tekanan hidup. Konsep ini juga memiliki kesamaan dengan Garmezy dkk
(dalam McCubbin, 2001) yang memaparkan resiliensisebagai kapasitas
untuk menghasilkan adaptasi yang sukses dalam menghadapi penderitaan
atau kesulitan. Penelitian-penelitian awal seperti yang dilakukan Werner
(2005) lebih memfokuskan pada konsep ini yang mengkaji kualitaskualitas
individu yang resiliensi.
Konsep keempat yang menyatakan resiliensi sebagai interaksi
antara protectice factor dan risk factor mengkonsepkan dan mencoba
untuk mengukur resiliensisebagai sebuah proses. Definisi yang diajukan
Luthar pada bahasan sebelumnya mewakili konsep ini yang mana
menjelaskan resiliensisebagai proses dinamis dimana terdapat adaptasi
yang positif dalam kondisi yang menekan (significant adversity)
(McCubbin 2001).
Kesimpulan dari beberapa tokoh mengenai definisi resiliensiyaitu
kemampuan atau kapasitas insani yang dimiliki seseorang atau kelompok
yang memungkinkannya untuk menghadapi, mencegah dampak-dampak
yang merugikan dari situasi yang tidak menyenangkan dan bahkan
mengubahnya menjadi kondisi kehidupan yang lebih baik.

No comments:

Post a Comment