Monday, May 24, 2021

Psychological well being dan Subjective well-being (skripsi dan tesis)

 

 Konsep psychological well-being dikembangkan oleh Ryff pada tahun 1989. Kesejahteraan psikis (psychological wellbeing) dapat dilihat dari 6 dimensi, yaitu self acceptance, autonomy, interpersonal relation, environmental mastery, purpose in life, dan personal growth. Individu yang memiliki psychological well-being yang tinggi adalah individu yang merasa puas dengan hidupnya, kondisi emosional yang positif, mampu melalui pengalaman-pengalaman buruk yang dapat menghasilkan kondisi emosional negatif, memiliki hubungan yang positif dengan orang lain, mampu menentukan nasibnya sendiri tanpa bergantung dengan orang lain, mengontrol kondisi lingkungan sekitar, memiliki tujuan hidup yang jelas, dan mampu mengembangkan dirinya sendiri (Ryff, 1989). Pada Kesejahteraan subjektif ada dua pendekatan (Deci & Ryan, 2001) yaitu: 1) hedonic, fokusnya pada komponen feeling yang didefinisikan dalam bentuk pencapaian kenikmatan dan menghindari sakit. Konsep subjective well-being sesuai dengan perspektif atau pendekatan hedonic yang mendifinisikan sebagai hal yang fundamental tentang memaksimalkan kenikmatan dan menghindari atau meminimalkan sakit/pain; 2) eudaemonic, fokusnya pada komponen thinking, makna dan realisasi diri yang didefinisikan kesejahteraan dalam bentuk tingkatan fungsi penuh sebagai manusia. Pada perspektif ini fokus pada kebermaknaan dalam hidup, self realization dan fungsi penuh sebagai individu. Pada eudamonic memformulasikan pada aktualisasi potensi manusia. Pada Ryan and Deci menggunakan framework dari teori self-determination, pengalaman kesejahteraan yang timbul dari fulfilment dari tiga kebutuhan psikologis yang mendasar: autonomy, competence dan relatedness. S Subjective well-being dari Diener (2000) didefinisikan sebagai evaluasi kognitif dan afektif terhadap kehidupan seseorang. Adapun hasil evaluasi kognitif orang yang bahagia adalah adanya kepuasan hidup yang tinggi, sedangkan evaluasi afektifnya adalah banyaknya afeksi positif dan sedikitnya afeksi negatif yang dirasakan (Diener dkk, 1999). Menurut Diener & Oishi (2005) terdapat dua komponen dasar subjective well being yaitu kepuasan hidup (life satisfaction) sebagai komponen kognitif dan kebahagiaan (happiness) sebagai komponen afektif Kesejahteraan dalam konsep Psikologi Positif adalah memiliki perspektif multidisiplin pada promotif kesejahteraan yang memiliki implikasi seluruhnya, yaitu individu, sosial dan institusional (Seligman, 2003; Vázquez&Hervás, 2008). Kesejahteraan pada Psikologi Positif dikembangkan oleh Martin Seligman dikenal dengan PERMA, yaitu positive emotion, engagement, relationship, meaningfullnessdan accomplishment (Seligman, 2013). Kesejahteraan pada pendekatan Psikologi Positif meliputi pendekatan hedonic dan eudaemonic sebagai pendekatan kesejahteraan dan juga terkait secara tidak langsung dengan kesejahteraan objektif. Konsep kesejahteraan dalam Psikologi Positif dikenal dengan nama flourishing. Ada 4 konsep flourishing yang dikenal luas, yaitu konsep dari Seligman, Keyes, Huppert & So, dan Ed Diener

No comments:

Post a Comment