Sunday, March 31, 2024

Keadilan Interaksional

 


Menurut (Colquitt, 2001) Keadilan interaksional adalah penilaian kewajaran atas
perlakuan yang dilakukan oleh atasan kepada karyawan. Keadilan interaksional
akan terpenuhi apabila atasan dapat mengkomunikasikan prosedur dari perusahaan
tersebut dengan cara yang baik dan tepat, serta menggunakan informasi yang jujur
dan benar.
Keadilan interaksional mengacu pada bagaimana seseorang memperlakukan orang
lain. Keadilan interaksional terkait dengan kombinasi antara kepercayaan seorang
bawahan terhadap atasannya dengan keadilan yang nampak dalam lingkungan kerja
sehari-hari.
Menurut (Colquitt, 2001) menjelaskan bahwa keadilan interaksional terdiri dari 9
indikator yaitu sebagai berikut:

  1. Kesopanan
    (Tyler dan Blader, 2003) mengemukakan bahwa kesopanan dalam keadilan
    organisasional merujuk pada bagaimana para karyawan diperlakukan dengan
    cara yang baik, sopan, dan menghargai dalam organisasi. Kesopanan terpenuhi
    apabila karyawan merasakan adanya kesopanan yang ditunjukan atasan kepada
    bawahan.
  2. Bermartabat
    Bermartabat merujuk pada perlakuan yang adil dan hormat yang diberikan
    kepada karyawan tanpa memandang latar belakang, status, atau karakteristik
    pribadi mereka (Brink, 2013). Bermartabat akan terpenuhi apabila karyawan
    merasa mendapatkan perlakuan atasan dengan penuh martabat.
  3. Hormat
    (John Rawls, 1971) menyatakan bahwa hormat dalam keadilan organisasional
    diartikan sebagai sikap menghargai dan menghormati hak asasi manusia,
    termasuk hak-hak karyawan dalam organisasi. Hormat sebagai indikator
    keadilan interaksional akan terpenuhi apabila seorang karyawan merasakan
    sikap hormat yang ditunjukan atasan kepada bawahan.
  4. Kepantasan kata-kata
    (Greenberg dan Cohen, 2012) mengemukakan pendapat bahwa kepantasan
    kata-kata dalam keadilan organisasional adalah tentang penggunaan bahasa
    yang pantas dan sopan dalam komunikasi di tempat kerja. Hal ini meliputi
    penghindaran kata-kata kasar, menyela saat orang lain berbicara, atau
    menggunakan bahasa yang tidak pantas seperti merendahkan atau mengejek
    orang lain. Kepantasan kata-kata akan terpenuhi apabila karyawan merasakan
    kepantasan kata-kata dalam berkomunikasi yang digunakan oleh atasan.
  5. Kejujuran
    Kejujuran dalam keadilan organisasional mengacu pada prinsip di mana
    perusahaan harus berkomunikasi secara jujur dan terbuka dengan karyawan
    dan menghormati hak mereka untuk mengetahui informasi yang relevan
    dengan pekerjaan mereka (Tyler, 2013). Kejujuran akan terpenuhi apabila
    karyawan merasa adanya kejujuran atasan dalam berkomunikasi.
  6. Pembenaran
    Greenberg (2010) menyatakan bahwa pembenaran pada keyakinan karyawan
    bahwa keputusan dan tindakan manajemen didasarkan pada prinsip-prinsip
    yang adil dan rasional, serta dapat diterima secara moral. Dalam konteks ini,
    pembenaran menunjukkan bahwa keputusan dan tindakan manajemen
    dianggap benar dan adil oleh karyawan. Pembenaran akan terpenuhi apabila
    karyawan merasa setiap peraturan/prosedur perusahaan maupun keputusan
    perusahaan dijelaskan secara menyeluruh oleh atasan.
  7. Masuk akal
    Masuk akal dalam keadilan organisasional merujuk pada keadilan proses yang
    adil dan obyektif dalam pengambilan keputusan oleh manajemen atau atasan
    terhadap karyawan (Greenberg, 2010). Masuk akal sebagai indikator keadilan
    interaksional akan terpenuhi apabila karyawan merasa penjelasan yang
    diberikan oleh atasan merupakan penjelasan yang wajar dan masuk akal.
  8. Tepat waktu
    (Blanchard, 1982) menyatakan bahwa tepat waktu mengacu pada pentingnya
    komunikasi yang tepat waktu antara atasan dan bawahan dalam konteks
    bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Tepat waktu akan terpenuhi apabila
    karyawan merasa kesiapan atasan untuk berkomunikasi setiap waktu.
  9. Spesifik
    (Mayer dan Davis, 2019) menyatakan bahwa spesifik merujuk pada keyakinan
    bawahan bahwa kebutuhan dan kontribusinya diakui dan diperhatikan secara
    individual oleh atasan. Artinya, atasan memahami bahwa setiap bawahan
    memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda, dan memberikan
    dukungan dan pengakuan yang spesifik untuk setiap individu. Spesifik
    terpenuhi apabila karyawan merasa atasan mereka dapat menyesuaikan
    kebutuhan khusus komunikasi bawahannya.

No comments:

Post a Comment