Friday, September 29, 2023

Dimensi Komitmen Organisasional

 


Menurut Allen & Meyer (1990), terdapat tiga dimensi komitmen
organisasional. Ketiga dimensi tersebut juga merangkum faktor pembentuk
komitmen organisasional yang terbagi menjadi faktor internal dan faktor
eksternal. Berikut ketiga komponen model komitmen Allen & Meyer (1990)
beserta dengan penjelasannya :
1. Komitmen Afektif
Komitmen afektif oleh Allen dan Meyer disebut sebagai Affective
Commitment merupakan bentuk komitmen yang berwujud rasa kasih
sayang terhadap organisasi. Anggota organisasi merasa senang menjadi
bagian organisasi dan senang hati dalam bekerja di dalamnya. Dalam
komitmen afektif, hubungan antara organisasi dan anggota organisasi
didasari oleh tiga hal. Ketiganya yaitu rasa emosional anggota organisasi
yang kuat terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan
keterlibatan dalam kegiatan organisasi.
a. Rasa emosional anggota merupakan perasaan memiliki pada
anggota terhadap organisasi. Keputusan anggota untuk bertahan dalam
organisasi dipengaruhi karena anggota merasa organisasi tersebut adalah
bagian dari dirinya dan dirinya bagian dari organisasi.
b. Identifikasi dengan organisasi. Hal ini merupakan kemampuan
anggota dalam mengenal secara utuh organisasi yang ditempatinya.
Pengetahuan yang lengkap mengenai organisasi akan membuat seseorang
memiliki alasan yang kuat untuk bertahan dalam organisasi.
c. Keterlibatan individu. Keterlibatan individu merupakan tingkat
partisipasi anggota terhadap seluruh kegiatan atau aktivitas organisasi.
2. Komitmen Normatif
Komitmen ini juga disebut sebagai Normative Commitment. Komitmen
normatif merupakan suatu bentuk kesetiaan sebagai tanggung jawab moral
(moralitas) dan juga perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus
diberikan kepada organisasinya (Allen & Meyer, 1990). Komponen
normatif berkembang sebagai hasil dari pengalaman sosialisasi, tergantung
dari sejauh apa perasaan sebuah kewajiban yang dimiliki karyawan.
a. Kesetiaan yang harus diberikan karena pengaruh orang lain.
Komitmen yang terjadi apabila karyawan terus bekerja untuk organisasi
disebabkan oleh tekanan dari pihak lain untuk terus bekerja dalam
organisasi tersebut. Karyawan yang mempunyai tahap komitmen normatif
yang tinggi sangat mementingkan pandangan orang lain terhadap dirinya
jika karyawan meninggalkan organisasi.
Kesetiaan ini merupakan hasil dari sosialisasi utama dalam suatu
kebudayaan organisasi. Hasilnya, anggota merasa berkewajiban untuk
tinggal di dalam organisasi meskipun memperoleh kesempatan untuk
berpindah ke organisasi lain yang lebih baik yaitu yang positif (Allen &
Meyer, 1997).
b. Kewajiban yang harus diberikan kepada organisasi. Komitmen
ini mengacu kepada refleksi perasaan akan kewajiban untuk menjadi
karyawan perusahaan. Karyawan dengan komitmen normatif yang tinggi
merasa bahwa karyawan tersebut memang seharusnya tetap bekerja pada
organisasi tempat ia bekerja sekarang. Degan kata lain komitmen yang ada
dalam diri karyawan disebabkan oleh kewajiban-kewajiban pekerjaan
karyawan terhadap oganisasi.
3. Komitmen Berkelanjutan
Komitmen berkelanjutan atau Continuance Commitment berkaitan
dengan kesadaran individu untuk tidak meninggalkan organisasi. Jika itu
dilakukan, individu sadar akan mengalami kerugian tertentu. Komitmen
berkelanjutan dapat berkembang karena adanya tindakan atau kejadian
yang dapat meningkatkan kerugian jika memutuskan pergi dari organisasi.
Tindakan tersebut dibagi menjadi dua, yaitu investasi dan alternatif (Allen
& Meyer, 1990).
a. Investasi yang dimaksud adalah sesuatu yang berharga harus
dibayarkan atau potensi hilangnya kesempatan untuk mendapatkannya,
contohnya uang, waktu, dan usaha. Sedangkan alternatif atau kadang
disebut taruhan sampingan individu merupakan opsi untuk berpindah ke
organisasi lain.
b. alternatif ini muncul karena kurangnya pengetahuan mengenai
pilihan organisasi lain. Akibatnya, individu akan merasa rugi jika tidak
mendapat sesuatu yang sama atau lebih baik di organisasi lain (Allen &
Meyer, 1990).
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa komitmen
organisasi merupakan keinginan individu untuk bertahan sebagai anggota
organisasi, menerima tujuan dan nilai-nilai yang dianut organisasi dan hal
itu diwujudkan dengan pengabdian serta loyalitas penuh sesuai tujuan dan
nilai organisasi yang diharapkan. Adanya komitmen organisasional yang
baik dari individu akan berdampak positif pada hasil yang baik bagi
organisasi serta menjadi berkurangnya intensitas anggota untuk keluar dari
organisasi.
Dalam penelitian ini yang akan dibahas adalah komitmen afektif karena
seorang karyawan yang memiliki komitmen afektif yang tinggi, dapat
menunjukkan rasa terikat secara emosional atas organisasi, meningkatnya
keterlibatan dalam aktivitas organisasi, keinginan untuk mengejar tujuan
dan keinginan untuk tetap bertahan dalam organisasi, Rhoades et al, (2001
dalam Sia et al, 2011). Karyawan dengan komitmen afektif yang tinggi
dapat menunjukkan kesetiaan yang besar terhadap organisasi (Harriso,
2001 dalam Sharma J., dan Dhar,R,L, 2016)

No comments:

Post a Comment