Sarafino (dalam Smet, 1994) menyatakan bahwa dukungan sosial adalah suatu
kesenangan yang dirasakan sebagai perhatian, kepeduliaan, penghargaan dan
pertolongan yang diterima dari orang lain atau suatu kelompok. Dukungan sosial
terbagi ke dalam beberapa aspek di antaranya adalah dukungan emosional,
dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan informasi.
Dukungan emosional merupakan dukungan yang diterima dari orang-orang
terdekat seperti suami. Dukungan diberikan dalam bentuk perhatian atau
pengertian dan kasih sayang (Sarafino dalam Purba, 2007). Pada wanita yang
bekerja sebagai perawat biasanya mengalami permasalahan yang berkaitan
dengan jadwal pekerjaan yang tidak fleksibel sehingga akan membuat waku
dengan keluarga menjadi berkurang. Pernyataan tersebut sependapat dengan Kim dan Ling (2001) bahwa jadwal pekerjaan yang tidak fleksibel membuat wanita
tidak dapat mengatur waktu dengan keluarga, seperti mengerjakan hobi bersama.
Dukungan emosional yang diterima dari suami penting bagi istri dalam
mengelola konflik pekerjaan-keluarga yang berbentuk time-based conflict yaitu
konflik yang terjadi karena tuntutan waktu dari peran yang satu mempengaruhi
partisipasi dalam peran lain (Greenhaus & Beutell 1985). Misalnya suami
memberikan kepercayaan pada istri atas kegiatan yang dilakukan di luar rumah,
seperti ketika harus tugas siaga on call di rumah sakit (Aycan & Eskin, 2005).
Lebih lanjut menurut Aycan dan Eskin (2005) bahwa dengan adanya dukungan
emosional dari suami dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada saat istri
melakukan kegiatan di rumah maupun di luar rumah. Namun, ketika suami tidak
dapat memberikan dukungan emosional kepada istri maka istri akan merasa tidak
mendapatkan perlindungan dan perhatian dari suami, sehingga akan meningkatkan
konflik pekerjaan-keluarga dalam segi time-based conflict, hal tersebut akan
mempengaruhi kualitas hubungan anggota keluarga (Apollo & Cahyadi, 2012).
Dukungan instrumental merupakan bantuan secara langsung dan nyata
seperti mengambil alih pekerjaan istri ketika di rumah. Dukungan diberikan untuk
meringankan beban tuntutan keluarga serta dapat mempermudah individu dalam
berperilaku yang bertujuan positif (Sarafino dalam Purba, 2007). Wanita yang
bekerja sebagai perawat biasanya dihadapkan pada permasalahan jam kerja yang
berlebihan. Banyaknya waktu yang digunakan wanita untuk bekerja akan
meningkatkan time-based conflict, karena waktu yang dihabiskan untuk keluarga
menjadi berkurang, akibatnya wanita tidak dapat mengurus tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga secara optimal.
Dukungan instrumental meliputi
bantuan dalam mengurus rumah tangga dan pengasuhan anak. Misalnya suami
menggantikan posisi istri dalam mengasuh anak pada saat istri harus tugas siaga
on call di rumah sakit (Aycan & Eskin, 2005). Sehingga dengan adanya dukungan
ini akan memudahkan istri untuk dapat memenuhi tanggung jawab dalam
menjalankan perannya sehari-hari (Purba, 2007) dan dapat mengurangi tekanan
sebagai orang tua yang akan menyebabkan konflik pekerjaan-keluarga (Soeharto,
2013). Namun ketika suami tidak ikut serta dalam membantu mengurus rumah
seperti mengasuh anak akan menghambat aktivitas kerja istri. Misalkan istri harus
absen tidak dapat memenuhi tugas siaga on call rumah sakit karena di rumah anak
tidak ada yang menemani. Tidak adanya dukungan instrumental ini akan
meningkatkan konflik pekerjaan-keluarga dalam segi time-based conflict
(Soeharto, 2013).
Dukungan informasi merupakan bentuk dukungan berupa nasehat,
petunjuk-petunjuk, saran atau umpan balik dan pemberian informasi bagaimana
cara memecahkan persoalan sehingga individu mendapatkan jalan keluar
(Sarafino dalam Purba, 2007). Tugas perawat ketika di rumah sakit yang begitu
banyak serta monoton meningkatkan konflik pekerjaan keluarga dari segi strainsbased conflict (Almasitoh, 2011). Dengan keadaan yang seperti itu, akan
berpengaruh pada wanita saat menjalankan perannya di dalam keluarga.
Dukungan informasi ini dapat membantu menurunkan ketegangan (Strains-based
conflict) yang dialami oleh wanita. Adanya dukungan informasi yang diberikan
oleh suami terhadap istri, yang pernah mengalami keadaan serupa akan membantu
26
istri memahami situasi dan mencari alternatif pemecahan masalah atau tindakan
yang akan diambil (Moertono dalam Purba, 2007). Ketika istri mempunyai
masalah tetapi suami tidak membantu menyelesaikannya maka akan
menyebabkan distres, seperti kelelahan fisik, timbul sikap keragu-raguan dalam
menjalankan perannya, menurunnya motivasi, gangguan tidur, karena istri merasa
tidak ada yang membantu menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi.
Hal ini dapat meningkatkan konflik pekerjaan-keluarga dalam segi strains-based
conflict (Apollo dan Cahyadi, 2012).
Bentuk lain dari dukungan sosial yaitu dukungan penghargaan, dukungan
ini terjadi melalui ungkapan positif atau penghargaan yang positif atas apa yang
telah dicapai (Sarafino dalam Purba, 2007). Bantuan penghargaan yang diterima
dan dirasakan oleh wanita sangatlah diperlukan untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya sehingga wanita dapat terhindar dari konflik pekerjaan. Menurut
Sarafino (dalam Purba, 2007) seseorang yang menerima dukungan penghargaan
ini akan membangun perasaan berharga, kompeten dan bernilai, sehingga individu
tersebut akan terus meningkatkan performa dalam bekerjanya. Misalnya suami
memberikan pujian atas prestasi istri di rumah sakit. Namun ketika wanita tidak
mendapatkan penghargaan dari suami atas apa yang telah di kerjakan, hal tersebut
akan mengakibatkan kepuasan kerja pada wanita menjadi rendah, karena wanita
merasa apa yang telah dikerjakan tidak dihargai oleh suami, sehingga enggan
untuk meningkatkan performanya dalam bekerja. Hal ini dapat meningkatkan
konflik pekerjaan-keluarga dalam segi behavior-based conflict (Frone, Russel &
Cooper dalam Apollo & Cahyadi, 2012).
Penelitian yang berhubungan dengan konflik pekerjaan keluarga yang
sejenis dan pernah dilakukan sebelumnya antara lain penelitian yang dilakukan
oleh Soeharto (2013) dengan judul “Konflik Pekerjaan-Keluarga Yang Bekerja
Ditinjau dari Dukungan Suami”. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan negatif antara dukungan suami dengan konflik pekerjaankeluarga pada ibu yang bekerja. Artinya, semakin tinggi dukungan suami maka
semakin rendah pula konflik pekerjaan-keluarga pada ibu yang bekerja,
sebaliknya semakin rendah dukungan suami maka konflik pekerjaan-keluarga
pada ibu yang bekerja juga semakin tinggi. Selain itu penelitian yang yang
dilakukan oleh Apollo dan Cahyadi (2012) dengan judul “Konflik Peran Ganda
Perempuan Menikah yang Bekerja Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan
Penyesuaian Diri”. Dari penelitian tersebut membuktikan bahwa dukungan sosial
keluarga dan penyesuaian diri mempunyai hubungan negatif yang sangat
signifikan dengan tingkat konflik peran ganda perempuan menikah yang bekerja.
Besarnya dukungan sosial keluarga dan tingginya penyesuaian diri dapat menekan
munculnya konflik peran ganda perempuan menikah yang bekerja