Faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang antara
lain:
a. Faktor Demografis
Beberapa faktor demografis yang mempengaruhi kesejahteraan
psikologis antara lain sebagai berikut:
1) Usia
Ryff dan Keyes (1995) mengemukakan bahwa perbedaan usia
mempengaruhi perbedaan dimensi-dimensi kesejahteraan psikologis.
Dalam penelitiannya ditemukan bahwa dimensi penguasaan lingkungan
dan dimensi otonomi mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia,
terutama dari dewasa muda hingga madya. Dimensi hubungan positif dengan orang lain juga mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia.
2) Jenis kelamin
Sejak kecil stereotipe gender telah tertanam dalam diri, anak lakilaki digambarkan sebagai sosok yang agresif dan mandiri, sementara itu
perempuan digambarkan sebagai sosok yang pasif dan tergantung, serta
sensitif terhadap perasaan orang lain (Papalia dkk., 1998). Tidaklah
mengherankan bahwa sifat-sifat stereotipe ini akhirnya terbawa oleh
individu sampai individu tersebut dewasa. Sebagai sosok yang
digambarkan tergantung dan sensitif terhadap perasaan sesamanya,
sepanjang hidupnya wanita terbiasa untuk membina keadaan harmoni
dengan orang-orang di sekitarnya.
Penelitian Ryff (1995) menemukan bahwa perempuan cenderung
lebih memiliki kesejahteraan psikologis dibandingkan laki-laki. Hal ini
dikaitkan dengan pola pikir yang berpengaruh pada strategi koping yang
dilakukan, serta aktifitas sosial yang dilakukan. Perempuan lebih mampu
mengekspresikan emosi dengan curhat kepada orang lain. Perempuan juga
lebih senang menjalani relasi sosial dibanding laki-laki. Hal ini terdapat
pada penjelasan Ryff yang menemukan bahwa dibandingkan laki-laki,
perempuan memiliki skor yang lebih tinggi pada dimensi hubungan positif
dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Selain itu dijelaskan
juga bahwa perempuan lebih memiliki integritas sosial dan memiliki skor
yang tinggi pada hubungan positif dengan orang lain daripada laki-laki
(Hidalgo, 2010).
3) Status sosial ekonomi
Ryff dan Singer (1996) juga menemukan bahwa perbedaan kelas
sosial juga mempengaruhi kesejahteraan psikologi seorang individu.
Bahwa pendidikan tinggi dan status pekerjaan meningkatkan kesejahteraan
psikologis, terutama pada dimensi penerimaan diri dan dimensi tujuan
hidup. Individu yang menempati kelas sosial yang tinggi memiliki
perasaan yang lebih positif terhadap diri sendiri dan masa lalu mereka,
serta lebih memiliki rasa keterarahan dalam hidup dibandingkan dengan
mereka yang berada di kelas sosial yang lebih rendah.
Penelitian Diener dan Diener menunjukkan bahwa perubahan
penghasilan seseorang penting untuk kesejahteraan psikologisnya daripada
orang yang berpenghasilan tetap. Diener dan Diener juga mengamati
bahwa orang-orang yang berpenghasilan tinggi berada pada level kepuasan
yang tinggi pula, sehingga mereka dapat merasakan kesejahteraan
psikologis (dalam Hidalgo, 2010).
4) Budaya
Budaya dan masyarakat terkait dengan norma, nilai dan kebiasaan
yang berada dalam masyarakat. Budaya individualistik dan kolektivistik
memberikan perbedaan dalam kesejahteraan psikologis. Penelitian
mengenai kesejahteraan psikologis yang dilakukan di Amerika dan Korea
Selatan menunjukkan bahwa responden di Korea Selatan memiliki skor
yang lebih tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan
skor yang rendah pada dimensi penerimaan diri. Hal tersebut disebabkan oleh orientasi budaya yang lebih bersifat kolektif dan saling
ketergantungan. Sebaliknya, responden Amerika memiliki skor yang
tinggi dalam dimensi pertumbuhan pribadi (untuk responden perempuan)
dan dimensi tujuan hidup (untuk responden pria), serta memiliki skor yang
rendah dalam dimensi otonomi, baik laki-laki maupun perempuan (Ryff
dan Singer, 1996).
b. Dukungan Sosial
Dukungan sosial sendiri diartikan sebagai rasa nyaman, perhatian,
penghargaan, atau pertolongan yang dipersepsikan oleh seorang individu
yang didapat dari orang lain atau kelompok. Dukungan ini berasal dari
berbagai sumber diantaranya pasangan, keluarga, teman, rekan kerja,
dokter, maupun organisasi sosial (Taylor, 2009).
c. Kesehatan Fisik
Ryan dan Frederick (1997) menemukan bahwa vitalitas subjektif
tidak hanya berkorelasi dengan faktor psikologis tetapi berkaitan juga
dengan gejala fisik. Simptom fisik memprediksi penurunan energi dan
kehidupan individu sehari-hari.
d. Pemberian Arti Terhadap Hidup
Kesejahteraan psikologis berkaitan erat dengan pemberian arti
terhadap pengalaman hidup sehari-hari yang dianggap penting. Menurut
Ryff (1989), pemberian arti terhadap pengalaman hidup memberi
kontribusi yang sangat besar terhadap pencapaian kesejahteraan
psikologis. Pengalaman tersebut mencakup berbagai hal dan berbagai periode kehidupan yang dialami oleh individu. Pengalaman hidup tersebut
dapat berupa pengalaman religius, pengalaman pernah abuse, dan lainlain. Pengalaman hidup yang dialaminya sebagai positif, negatif atau
netral. Jika individu mengevaluasi peristiwa yang dialaminya sebagai
sesuatu yang positif, maka diperkirakan individu tersebut akan
memandangnya sebagai pengalaman hidup yang positif sehingga
kesejateraan psikologisnya baik.
e. Religiusitas
Agama dan spiritualitas sangat penting bagi kesejahteraan
psikologis individu. Hal ini berkaitan dengan transendensi segala
persoalan hidup manusia kepada Tuhan. Individu yang memiliki tingkat
religiusitas yang tinggi lebih mampu memaknai kejadian hidupnya secara
positif sehingga hidupnya menjadi lebih bermakna (Bastaman, 2000).
No comments:
Post a Comment