Studi dalam isu hubungan kompensasi pada pergantian CEO telah dilakukan oleh
Conyon and Nicolitsas di tahun 1997, terkait dengan pembayaran CEO dan pergantian CEO.
Pertanyaan penting penelitian mereka adalah apakah pasar tenaga kerja untuk eksekutif
puncak bekerja? Pada studi ini, Conyon and Nicolitsas menemukan pembayaran yang
diterima oleh para eksekutif di perusahaan kecil dan menengah lebih rendah jika
dibandingkan dengan perusahaan besar dan hal ini menjadi pemicu tingginya pergantian
CEO pada perusahaan-perusahaan tersebut.
Banyak studi selanjutnya yang menguji hubungan antara kompensasi pada pergantian.
Studi Chakraborty and Sheikh (2009) memberikan suatu temuan bahwa insentif dan
pergantian CEO adalah dua hal yang berhubungan. Namun, hal ini sangat bervariasi,
tergantung pada seberapa besar kepemilikan CEO terhadap ekuitas perusahaan. Hasil studi
ini sekaligus menyarankan bahwa kekuatan insentif yang besar mungkin merupakan
meningkatkan sinyal kekuatan ukuran kinerja dan selanjutnya mendorong pada pergantian
CEO.
Selanjutnya, studi Eriksson (2005), menemukan bahwa kinerja perusahaan
++
Kepribadian:
Openness
Conscientiousnes
s
Extraversion
Agreeableness
Neuroticism
+ - 0 - +
Persepsi terhadap
Kompensasi
Persepsi Keinginan
untuk Pindah
12
mempengaruhi pertumbuhan insentif untuk top manajer. Pada perusahaan yang berkinerja
buruk, ditemukan pergantian CEO yang semakin besar. Temuan ini seolah
mengindikasikan bahwa pergantian CEO itu terjadi karena kinerja perusahaan yang
memburuk berdampak pada kompensasi yang diterima eksekutif dan selanjutnya
kompensasi-lah yang menjadi penentu pergantian CEO. Studi awal yang dilakukan oleh
Fich and White (2003), juga menunjukkan bahwa kompensasi CEO yang cenderung lebih
tinggi akan mengakibatkan pergantian CEO yang lebih rendah. Interpretasi yang tepat
untuk hasil ini adalah bahwa mutual interlock merupakan suatu entrachment bagi CEO, dan
kompensasi tinggi dan rendahnya pergantian CEO merupakan bentuk entrachment ini.
Takahashi (2006) belum menemukan adanya literatur yang menginvestigasi hubungan
antara kompensasi dengan kemungkinan terjadinya pergantian CEO. Takahashi menilai,
studi terdahulu hanya terfokus pada hubungan yang parsial antara kinerja perusahaan dan
kompensasi, atau kinerja perusahaan pada pergantian CEO saja. Studi Takahashi ini
mengestimasi adanya hubungan negatif antara bentuk dan jumlah kompensasi dengan
kemungkinan pergantian CEO. Dan mereka menemukan bahwa jumlah dan bentuk
kompensasi memiliki dampak signifikan terhadap kemungkinan pergantian CEO.
Artikel yang ditulis oleh Hadlock and Lumer (1997) menemukan perubahan
manajemen puncak sangat kurang sensitif terhadap kinerja perusahaan dari perkiraan
mereka pada perusahaan modern. Temuan ini kuat bahkan setelah potensi perubahan
tersebut dari waktu ke waktu dikendalikan dengan komposisi pengurus, struktur
kepemilikan, ukuran perusahaan, umur perusahaan, frekuensi pendiri perusahaan terlibat
diperusahaan, dan variabilitas pendapatan saham.
Studi Hadlock and Lumer ini sekaligus
menekankan bahwa keputusan pergantian CEO tidak langsung ditentukan oleh kinerja
perusahaan. Ada satu nilai yang memang akan sangat menentukan CEO untuk memutuskan
keluar dari perusahaan dan itu bukan kinerja perusahaan. Terkadang perusahaan tidak
berkeinginkan secara langsung memecat manajer perusahaan ketika kinerja perusahaan
semakin menurun. Pembayaran kepada manajer yang menjadi konsekuensi dari
ketidakmampuan manajer meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Pembayaran inilah
yang akhirnya menjadi pertimbangkan manajer untuk memutuskan keberadaannya di
perusahaan.
13
Sinyal adanya hubungan antara kompensasi dan pergantian CEO juga secara implisit
ada di dalam studi Jensen and Murphy (1990) yang menyatakan bahwa seperti yang
diprediksi di dalam teori agensi bahwa kebijakan kompensasi akan tergantung pada
perubahan kekayaan pemegang saham. Bukti empiris yang mereka temukan adalah
pembayaran kepada CEO berhubungan secara positif dan signifikan dengan kekayaan
pemegang sahamnya, dan selanjutnya probabilitas pergantian CEO akan berhubungan
secara negatif dan signifikan terhadap perubahan kekayaan pemegang saham. Pada
kenyataannya penelitian Jensen and Murphy tidak menghubungkan secara langsung
kompensasi dengan pergantian CEO, namun dua pengujian yang dilakukan mereka secara
implisit menjelaskan bahwa peningkatan ekuitas perusahaan berdampak pada kompensasi
yang diterima CEO, dan selanjutnya (seperti yang dijelaskan Hadlock and Lumer, 1997),
kompensasi-lah yang akan menjadi pertimbangan CEO untuk keluar secara sukarela
No comments:
Post a Comment