Menurut Luthans (2006 : 210-211), penyebab terjadinya stres kerja
adalah dari faktor organisasi dan non organisasi. Penyebab yang bersifat
organisasi salah satunya adalah struktur dalam organisasi sehingga dapat
menimbulkan konflik dalam hubungan antar karyawan, spesialisasi, serta
lingkungan yang kurang mendukung. Hal lain dalam desain organisasi
yang juga dapat menyebabkan stres antara lain adalah, level diferensiasi
dalam perusahaan serta adanya sentralisasi yang menyebabkan karyawan
tidak mempunyai hak untuk berpatisipasi dalam pengambilan keputusan .
Sedangkan faktor yang bersifat non-organisasi, yaitu faktor individual,
antara lain adalah tipe kepribadian karyawan.
Karyawan dapat menanggapi kondisi-kondisi tekanan yang di
hadapinya di perusahaan secara positif maupun negatif. Stres dapat
dinyatakan positif dan merupakan suatu peluang apabila stres tersebut
dapat mempengaruhi mereka untuk meningkatkan usahanya agar
memperoleh hasil optimal. Stres dapat dikatakan negatif apabila stres
tersebut menyebabkan hasil yang menurun pada produktifitas karyawan.
Dalam model stres kerja yang dikembangkan oleh Ivansevich dan
Matteson, “Organizational Stressor and Heart Disease”, (dalam Kreitner
dan Kinicki, 2005 : 29) penyebab stres antara lain meliputi : Level
individual, level kelompok, level organisasional, dan level ekstra
organisasional. Stressor level individual yaitu yang secara langsung
dikaitkan dengan tugas pekerjaan seseorang (person-job interface). Contoh
yang paling umum stressors level individual ini adalah
a. Role overload
merupakan kondisi dimana pegawai memiliki terlalu
banyak pekerjaan yang harus dikerjakan atau di bawah tekanan jadwal
waktu yang ketat
b. Role conflict.
Terjadi ketika berbagai macam pegawai memiliki tugas
dan tanggung jawab yang saling bertentangan satu dengan yang
lainnya. Konflik ini juga terjadi ketika pegawai diperintahkan untuk
melakukan sesuatu tugas/pekerjaan yang berlawanan dengan hati
nurani atau moral yang mereka anut.
c. Role ambiguity.
Terjadi ketika pekerjaan itu sendiri tidak didefinisikan
secara jelas. Oleh karena pegawai tidak mampu untuk menentukan
secara tepat apa yang diminta organisasi dari mereka, maka mereka
terus menerus merasa cemas apakah kinerja mereka telah cukup atau
belum.
d. Responsibility for other people.
Hal ini berkaitan dengan kemajuan
karir pegawai. Kemajuan karir yang terlalu lambat, terlalu cepat, atau
pada arah yang tidak diinginkan akan menyebabkan para pegawai mengalami tingkat stres yang tinggi. Apalagi jika mereka harus
bertanggung jawab terhadap karir seseorang yang lain akan
menyebabkan level stres menjadi lebih tinggi.
Rivai & Mulyadi, (2005:313) menyebutkan bahwa penyebab
stress (stressor) terdiri atas empat hal utama, yakni:
a. Extra organizational stressors, yakni terdiri dari perubahan social
teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras
dan kelas dan keadaan komunitas/tempat tinggal.
b. Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi,
struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang
terjadi dalam organisasi.
c. Group stressors, yang terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam
grup, kurangnya dukungan social, serta adanya konflik intra
individu, interpersonal, dan intergroup.
d. Individual stressors, yang terdiri dari terjadinya konflik dan
ketidakjelasan peran, serta disposisi individu seperti pola
kepribadian tipe A, kontrol personal, learned helplessness, efikasi
diri dan daya tahan psikologis.
Sedangkan menurut Cooper dalam Rivai dan Mulyadi (2005 : 314)
menyatakan bahwa indikator stress kerja terdiri dari kondisi pekerjaan,
stress karena peran, faktor interpersonal, perkembangan karier, struktur
organiasi dan konflik pekerjaan keluarga.
No comments:
Post a Comment