Showing posts with label Psikologi. Show all posts
Showing posts with label Psikologi. Show all posts

Wednesday, April 17, 2024

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup Hedonis

 


Kotler (dalam Rianton, 2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi gaya hidup seseorang yang berorientasi pada kesenangan ada
dua faktor, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan
faktor yang berasal dari luar diri individu (eksternal) :
a. Faktor internal
1) Sikap
Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan
untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang di organisasi
melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada
perilaku. Keadaan jiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi,
kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya.
2) Pengalaman dan pengamatan
Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah
laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya di masa lalu
dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh
pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk
pandangan terhadap suatu objek.
3) Kepribadian
Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara
berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
4) Konsep diri
Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri.
Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk
menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan
image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan
mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti
dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam
menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan
frame of reference yang menjadi awal perilaku.
5) Motif
Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk
merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa
contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan
prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung
mengarah kepada gaya hidup hedonis. 6) Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang
berarti mengenai dunia.
b. Faktor Eksternal
1) Kelompok referensi
Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh
langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok
dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi,
sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah
kelompok dimana individu tidak menjadi anggota di dalam kelompok
tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu
pada perilaku dan gaya hidup tertentu.
2) Keluarga
Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam
pembentukan sikap dan perilaku individu. Hal ini karena pola asuh
orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung
mempengaruhi pola hidupnya.
3) Kelas sosial
Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan
bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah
urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki
nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam
sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan
(status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya tempat seseorang
dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya.
Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang
sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek
yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan
suatu peranan.
4) Kebudayaan
Kebudayaan meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu
yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri
pola pikir, merasakan dan bertindak.

Karakteristik Gaya Hidup Hedonis

 


Swastha (dalam Pontania, 2016) mengatakan bahwa karakteristik dari
individu yang memiliki gaya hidup hedonis adalah:
a. Suka mencari perhatian
b. Cenderung impulsif
c. Cenderung follower (ikut-ikutan)
d. Kurang rasional
e. Mudah dipengaruhi

Aspek-aspek Gaya Hidup Hedonis

 


Aspek gaya hidup menurut Engel dkk. (2008) dapat dicerminkan
melalui AIO (Activities, Interest, dan Opinion) yang berorientasi pada
kesenangan sehingga disebut gaya hidup hedonis. Aspek-aspek gaya hidup
hedonis adalah :
a. Minat (Interest)
Minat adalah suatu yang menarik dari lingkungan sehingga individu
merasa senang untuk memperhatikannya. Minat dapat muncul terhadap
suatu objek, peristiwa atau topik yang menekankan pada unsur
kesenangan hidup. Minat gaya hidup hedonis dapat berupa ketertarikan
individu terhadap barang-barang mahal dan mewah, perhatian khusus
pada nilai prestise yang dimiliki suatu barang atau aktivitas serta
keinginan individu untuk melakukan berbagai aktivitas atau perilaku yang
mewakili gaya hidup yang diinginkannya.
b. Aktivitas (Activities)
Aktivitas adalah sebagai cara individu mempergunakan waktunya yang
berwujud tindakan nyata dalam kegiatan yang bertujuan mencari
kesenangan semata dengan konsekuensi biaya cukup besar, aktivitas dapat
berupa berbelanja dengan harga mahal dan frekuensi yang cukup sering.
Menghabiskan malam di tempat hiburan khusus dengan biaya mahal serta
kegiatan rutin seperti makan, minum yang dilakukan di tempat-tempat
tertentu dengan biaya besar dan menimbulkan kesan mewah. c. Opini (Opinion)
Opini adalah tanggapan baik lisan maupun tulisan yang diberikan individu
tentang dirinya sendiri dan produk-produk yang berkaitan dengan
kesenangan hidupnya. Opini merupakan cara pandang individu untuk
membela dan mempertahankan gaya hidup tersebut, opini sekaligus
menjelaskan apa saja hal-hal yang diperlukan atau harus dilakukan untuk
menunjang gaya hidupnya.

Pengertian Gaya Hidup Hedonis

 


Engel dkk. (2008) mengatakan bahwa gaya hidup didefinisikan sebagai
pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Menurut
Setiadi (2008) gaya hidup merupakan cara hidup yang diidentifikasikan oleh
bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa yang mereka
anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka
pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga dunia disekitarnya (pendapat).
Lebih lanjut, Kotler dan Armstrong (2008) mengatakan bahwa gaya hidup
adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam kegiatan, minat, dan
pendapatnya.
Menurut Takariani (2013) hedonis adalah pandangan hidup yang
menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama
hidup. Hedonis adalah kebendaan yang diukur dengan harta yang dinilai
dengan uang, dengan uang tersebut individu dapat mencari kesenangan
(Nisak, 2014).

Jenis-jenis Gaya Hidup

 


Ada beberapa Jenis gaya hidup (dalam Manalu, 2017), antara lain:
a. Gaya Hidup Konsumtif
Perilaku konsumtif diartikan sebagai kecenderungan mengkonsumsi
barang secara berlebihan tanpa berbagai pertimbangan, remaja hanya
melihat dari sisi kesenangan dan mementingkan prioritas daripada
kebutuhan. Perilaku konsumtif yaitu mengkonsumsi barang-barang yang
sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai
kepuasan maksimal. Konsumtif bisa digunakan untuk penggunaan uang
dan waktu.
b. Gaya Hidup Hedonisme
Hedonisme adalah suatu pandangan hidup yang menganggap bahwa
kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bisa
dikatakan perilaku hedonisme lebih mementingkan kesenangannya, tidak
lagi peduli dengan orang yang disekitarnya. Hedonisme cenderung
konsumtif, karena menghabiskan uang untuk membeli barang-barang
yang hanya untuk kesenangan semata tanpa disadari kebutuhan.
Mengahmbur-hamburkan uang untuk membeli berbagai barang yang tidak
penting hanya untuk sekedar pamer merk/barang mahal.
c. Gaya Hidup dalam Pemanfaatan Waktu Luang
Waktu luang merupakan bagian yang terpenting bagi setiap orang.
Sebagaimana diketahui pada hakekatnya kehidupan manusia khususnya
remaja, selalu ditandai dengan aktivitas kegiatan belajar dan privat.
Waktu luang adalah relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri. Namun
banyak remaja memanfaatkan waktu untuk melakukan apapun yang
disenanginya sebagai cara untuk mencapai tujuan sesuai dengan
kebutuhan melalui kegiatan yang dipilih pada dasarnya akan mendapat
kepuasan.

Hubungan Motivasi dengan Kinerja Pegawai

 


Motivasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam suatu
organisasi. Dikatakan sebagai faktor yang penting karena motivasi akan
mempengaruhi kinerja pegawai dalam organisasi. Semakin tinggi motivasi
pegawai, maka akan semakin tinggi hasil kerja yang akan dicapai. Motivasi
yang dimiliki pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya sangat berpengaruh
terhadap kinerja yang dimiliki oleh pegawai.
Pengertian motivasi menurut Siagian dikutip oleh Sedarmayanti
(2007:233), menyebutkan pengertian motivasi :
“Motivasi: keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja
kepada bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau
bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi
dengan efisien dan ekonomis”.
Menurut Rivai dan Basri dikutip oleh Sinambela (2012:06)
menyebutkan, bahwa:
“Kinerja adalah hasil atu tingkat keberhasilan seseorang atau
kesluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan
tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang
telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama”.
Hubungan motivasi dan kinerja pegawai yang menurut Mitchell dikutip
oleh Sinambela (2012:9) menyebutkan, bahwa:
“Kinerja seseorang ditentukan oleh kemampuan dan
motivasi, kemampuan tanpa motivasi belum tentu dapat
menyelesaikan tugas dengan baik, demikian juga sebaliknya
motivasi tinggi yang dimiliki pegawai tanpa pengetahuan
yang memadai tidaklah mungkin mencapai kinerja yang
baik”.

Dimensi Kinerja

 


Aspek-aspek yang meliputi kinerja yang dapat dijadikan ukuran kinerja
seseorang menurut Sinambela (2012:196), menyebutkan ada 4 parameter
untuk mengukur kinerja, yaitu:

  1. Produktivitas, hubungan antara input dan ouput yang
    mendorong pegawai untuk mampu berbuat banyak dengan
    sumber-sumber yang terbatas bagi instansi publik.
  2. Responsivitas, kesediaan untuk membantu rekanan atas dasar
    asumsi dan kepercayaan untuk mencapai kinerja organisasi
    yang lebih tinggi.
  3. Responsibilitas, konsep yang berkenaan dengan standar dan
    kompetensi teknis yang dimiliki pegawai untuk menjalankan
    tugasnya.
  4. Akuntabilitas, kewenangan yang digunakan yang menekan
    pada formalisasi dan legalisasi berkaitan dengan masalah
    prosedur yang digunakan.

Faktor-Faktor Kinerja Pegawai

 


Menurut Mitchell dikutip oleh Sinambela (2012:9), kinerja dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu:

  1. Faktor tingkat kemampuan, yang terdiri dari pemahaman
    atas jenis pekerjaan dan keterampilan kerja.
  2. Faktor motivasi kerja, jika motivasi kerja rendah maka
    kinerja pegawai akan rendah, sebaliknya jika motivasi kerja
    tinggi maka kinerja pegawai akan maksimal.
    Menurut Mahmudi (2007:20) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
    mempengaruhi kinerja adalah:
  3. Faktor personal/Individual
  4. Faktor kepemimpinan,
  5. Faktor tim,
  6. Faktor sistem dan,
  7. Faktor kontekstual (situsional)

Penilaian Kinerja Pegawai

 


Kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh pegawai yang
biasanya dipergunakan sebagai dasar penelitian terhadap pegawai dan atau
suatu organisasi. Kinerja yang baik merupakan langkah menuju tercapainya
tujuan organisasi. Menurut Irawan (1997:188), penilaian kerja pegawai:
“Suatu cara dalam melakukan evaluasi terhadap prestasi
kerja pegawai dengan serangkaian tolak ukur tertentu yang
objektif dan berkaitan langsung dengan tugas seseorang serta
dilakukan secara berkala.”
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan kunci guna mengembangkan
suatu organisasi secara efektif dan efesien, karena adanya kebijakan atau
program yang lebih baik atas sumberdaya manusia yang ada dalam
organisasi. Penilaian kinerja sangat bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan
organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian tersebut maka dapat
diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja pegawai. Selain itu
Tulus (2006:127) menyebutkan, bahwa penilaian kerja adalah:
“Penilaian kinerja pegawai secara tradisional dipusatkan
pada karakteristik individual seseorang seperti intelegensia,
kemampuan mengambil keputusan, kreativitas dan
kemampuan bergaul dengan orang lain”.
Penilaian kinerja memungkinkan terjadinya komunikasi antara atasan
dengan bawahan untuk meningkatkan produktivitas serta untuk mengevaluasi
pengembangan apa saja yang dibutuhkan agar kinerja semakin meningkat.
Sinambela (2012:3) menyebutkan, bahwa penilain kinerja adalah:
“Penilaian kinerja adalah suatu metode untuk
membandingkan berbagai pekerjaan dengan menggunakan
prosedur-prosedur formal dan sistematis untuk menentukan
suatu urutan tingkat pekerjaan-pekerjaan itu melalui
penentuan kedudukan atau ratio satu pekerjaan
dibandingkan dengan pekerjaan yang lain”.

Tinjauan tentang Kinerja

 


Kinerja adalah suatu hal yang akan menjadi perhatian organisasi, baik di
sektor pemerintahan maupun sektor swasta setiap kegiatan yang dilakukan
organisasi akan bermuara pada pencapaian kinerja dan ini merupakan hal
yang sangat penting diperhatikan agar kinerja pegawai dan organisasi selalu
meningkat. Secara etimologis kinerja berasal dari Bahasa Inggris yaitu
performance yang berarti pertunjukan, daya guna, prestasi dan hasil. Menurut
Sinambela (2012:5), kinerja yaitu : “Kinerja adalah kemampuan pegawai
dalam melakukan sesuatu keahlian tertentu”.
Keberadaan dan eksistensi dalam suatu organisasi tergantung pada
kinerja pegawainya dalam melaksanakan tugasnya. Pencapaian tujuan
organisasi menjadi kurang berhasil manakala banyak pegawainya tidak
melaksanakan tugasnya dengan efektif sehingga kinerja tidak tercapai
sebagaimana mestinya dan hal ini akan menimbulkan pemborosan bagi
organisasi, oleh karena itu kinerja pegawai harus benar-benar diperhatikan.
Menurut Rivai dan Basri dikutip oleh Sinambela (2012:06),
menyebutkan, bahwa:
“Kinerja adalah hasil atu tingkat keberhasilan seseorang atau
kesluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan
tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti
standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang
telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama”.

Metode Motivasi

 


Metode-metode motivasi yang dikemukakan oleh para ahli menunjukkan
agar seorang pimpinan harus benar-benar memahami dan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi, seperti kebutuhan-kebutuhan
individu dan kebutuhan organisasi di lingkungan kerja. Seorang pimpinan
telah benar-benar memahami hal tersebut, maka pimpinan itu siap
memberikan motivasi yang sesuai dengan tuntunan keadaan dan orang-orang
yang ada di dalamnya.
Teknik atau metode motivasi yang disebutkan para ahli dapat digunakan
oleh para pimpinan di dalam memotivasi para pegawainya. Keberhasilan
suatu metode motivasi yang digunakan akan tergantung pada kemampuan
pimpinan sebagai motivator dalam menyesuaikan metode motivasi yang
digunakan dengan aspek emosi dan kesesuaian dengan motif dominan
pegawainya. Menurut Hasibuan (2013:149), ada 2 (dua) metode motivasi,
yaitu:
1) Motivasi langsung (direct motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan nonmaterial)
yang diberikan secara langsung kepada setiap individu
pegawai untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasan.
2) Motivasi tidak langsung (indirect motivation)
Motivasi tak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya
merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang
gairah/kelancaran tugas sehingga para pegawai betah dan
bersemangat melakukan pekerjaannya.

Dimensi Motivasi

 


Prinsip-prinsip motivasi merupakan hal-hal yang harus diterapkan oleh
pimpinan dalam memotivasi kerja pegawai agar dapat bekerja sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan. Mangkunegara (2001:100), menyebutkan
prinsip-prinsip dalam memotivasi kerja pegawai:

  1. Prinsip partisipasi, dalam upaya memotivasi kerja, pegawai
    perlu diberikan kesempatan ikut berpartisipasi dalam
    menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
  2. Prinsip komunikasi, Pemimpin mengkomunikasikan segala
    sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas,
    dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih mudah
    dimotivasi kerjanya.
  3. Prinsip mengakui andil bawahan, mempunyai andil di dalam
    usaha pencapaian tujuan. Pengakuan tersebut, pegawai akan
    lebih mudah dimotivasi kerjanya.
  4. Prinsip pendelegasian wewenang, Pemimpin yang
    memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai bawahan
    untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap
    pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat pegawai yang
    bersangkutan menjadi temotivasi untuk mencapai tujuan yang
    diharapkan oleh pemimpin.
  5. Prinsip memberikan perhatian, pemimpin memberikan
    perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai bawahan,
    akan memotivasi pegawai bekerja apa yang diharapkan oleh
    pemimpin.

Jenis-Jenis Motivasi

 


Seorang pemimpin dalam memotivasi bawahan menggunakan jenis
motivasi yang berbeda-beda sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang
dihadapi saat itu. Menurut Winardi (2004:5) menyebutkan, bahwa ada dua
jenis motivasi:
1) Motivasi Positif
Motivasi positif yang kadang-kadang dinamakan orang
motivasi yang mengurangi perasaan cemas” (anxiety reducing
motivation) atau “pendekatan wortel” (the carrot approach)
dimana orang ditawari sesuatu yang bernilai (misalnya imbalan
berupa uang, pujian, dan kemungkinan untuk menjadi pegawai
tetap) apabila kinerjanya memenuhi standar yang ditetapkan.
2) Motivasi Negatif
Motivasi negatif, yang seringkali dinamakan orang
“pendekatan tongkat pemukul” (the stick approach)
menggunakan ancaman hukuman (teguran-teguran, ancaman
akan di PHK, ancaman akan diturunkan pangkat, dan
sebagainya) andaikata kinerja orang yang bersangkutan
dibawah standar. Masing-masing tipe (motivasi) memiliki
tempatnya sendiri di dalam organisasi-organisasi, hal mana
tergantung dari situasi dan kondisi yang berkembang. 

Tujuan Motivasi

 


Tujuan motivasi menurut Hasibuan (2013:146) antara lain, sebagai
berikut :

  1. Meningkatkan moral dan kepuasaan kerja pegawai;
  2. Meningkatkan produktivitas kerja pegawai;
  3. Meningkatkan kestabilan pegawai organisasi;
  4. Meningkatkan kedisplinan pegawai;
  5. Mengeefektifkan pengadaan pegawai;
  6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik;
  7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi
    pegawai;
  8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan pegawai;
  9. Mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap
    tugas-tugasnya;
  10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan
    buku.

Pengertian Motivasi


Motivasi merupakan kegiatan yang penting yang mengakibatkan
menyalurkan dan memelihara perilaku pegawai. Motivasi merupakan subjek
yang penting bagi pimpinan karena pemimpin harus bekerja dengan melalui
orang lain.
Motivasi berasal dari kata motif seperti yang dikemukan oleh Effendy
(1986:23) “Motif adalah kondisi seseorang yang mendorong untuk
mencari suatu kepuasaan atau mencapai suatu tujuan”. Motif dapat juga
dikatakan daya gerak yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu.
Perasaan yang mendorong atau keinginan yang terkandung dalam diri
seseorang akan menimbulkan dorongan dan merangsang untuk melakukan
tindakan atau berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Sementara
menurut Moekijat (2001:09):
“Motif adalah suatu keadaan dari dalam yang member
kekuatan yang menggiatkan atau menggerakkan, karenanya
disebut “penggerakan atau “motivasi” dan yang
mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah tujuan”.
Motivasi menurut Barelson dan Stainer yang dikutip oleh Sinambela
(2012:123) menyebutkan, bahwa:
“Motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental
manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau
gerakan dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah
mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau
mengurangi ketidak seimbangan”.

Tinjauan Teori Administrasi Negara

 


Administrasi negara merupakan administrasi pada negara sebagai suatu
organisasi moderen. Organisasi modern adalah organisasi yang ada anggaran
dasarnya atau konsitusinya dengan maksud dan tujuan yang jelas, juga adanya
struktur dan mekanisme serta rasional agar menghasilkan sesuatu yang dapat
diambil manfaatnya.
Istilah administrasi negara ialah terjemahan dari “public
administrations”. Istilah ini lahir bersamaan dengan lahirnya Lembaga
Administrasi Negara (LAN) pada sekitar tahun 1956. Istilah public
administration itu diuraikan secara etimologis, maka “public” berasal dari
Bahasa Latin “poplicus”yang semula dari kata “populus”atau “people”
dalam Bahasa Inggris yang berarti rakyat. “Administration” juga berasal dari
Bahasa Latin, yang terdiri dari kata “ad”, artinya intensif dan “ministrare”,
artinya melayani, jadi secara etimologis administrasi berarti melayani secara
intensif.
Pengertian administrasi negara untuk lebih jelasnya akan peneliti
sebutkan menurut para ahli yaitu :
Menurut Siagian (2008:2), menyebutkan pengertian administrasi:
“Administrasi adalah keseluruhan proses kerja sama antara
dua orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya”.
Menurut Budiardjo (2008:17), menyebutkan pengertian negara:
“Negara adalah suatu organisasi dalam suatu wilayah yang
memiliki kekuasaan tertinggi yang sah dan di taati oleh
rakyatnya.”
Menurut Siagian (2008:7), menyebutkan pengertian administrasi negara
sebagai berikut:
“Administrasi Negara adalah keseluruhan kegiatan yang
dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintahan dari suatu
negara dalam usaha mencapai tujuan negara”.

Tinjauan Teori Administrasi

 


Administrasi muncul dan berkembang akibat adanya kebutuhan manusia
untuk bekerjasama guna mencapai tujuan yang tidak dapat dihasilkan secara
perorangan. Hal ini berkaitan dengan hakekat sifat manusia sehingga dengan
keterbatasannya mendorong manusia untuk bekerja demi mencapai tujuan
yang diinginkan. Menurut Silalahi (2012:5) administrasi secara sempit yaitu :
“Penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara
sistematis dengan maksud untuk menyediakan keterangan
serta memudahkan memperoleh kembali secara keseluruhan
dan dalam hubungan satu sama lain”.
Administrasi merupakan kegiatan-kegiatan sekelompok orang melalui
proses kerjasama baik dalam suatu organisasi maupun antara organisasi untuk
mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan bersama sebelumnya hal ini
sesuai dengan pengertian administarasi secara luas menurut Silalahi
(2012:11) adalah
“Kegiatan kerjasama yang dilakukan sekelompok orang
berdasarkan pembagian kerja sebagian ditentukan dalam
struktur dengan mendayagunakan sumberdaya-sumberdaya
untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien”.

Tuesday, April 16, 2024

Pengertian Manajemen

 


Manajemen dan organisasi bukan merupakan tujuan, melainkan hanya
alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Karena tujuan yang ingin dicapai
adalah hasil kerja yang efektif. Manajemen dan organisasi berjalan dengan
optimal, maka tujuan dapat diwujudkan, pemborosan akan terhindari dan
semua potensi yang dimiliki akan lebih bermanfaat.
Manajemen menurut Siagian dikutip oleh Silalahi (2011:137),
menyebutkan:
“Manajemen dapat didefinisikan sebagai kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka
pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain”.
Pengertian diatas, bahwa manajemen merupakan seni dan proses untuk
mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan dengan cara melakukan
perencanaan pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dengan
memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber lain yang tersedia.
Selain itu menurut Sutarto dikutip oleh Silalhi (2011:137) manajemen,
yaitu :
“Manajemen sebagai rangkaian kegiatan penataan yang
berupa penggerakkan orang-orang dan pengarahan fasilitas
kerja agar tujuan kerja sama benar-benar tercapai”.

Pengertian Organisasi

 


Ilmu Organisasi merupakan bagian dari ilmu administrasi karena
organisasi merupakan salah satu unsur administrasi, jadi pembahasan
terhadap organisasi akan menimbulkan ilmu organisasi sebagai cabang dari
ilmu administrasi.
Pengertian organisasi menurut Hasibuan (2013:24) adalah “suatu sistem
perserikatan formal, berstruktur dan terkooordinasi dari kelompok orang yang
bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu”. Menurut Waldo dalam
bukunya Silalahi (2011:124), menyebutkan :
“Organisasi adalah struktur hubungan-hubungan diantara
orang-orang berdasarkan wewenang dan bersifat tetapdalam
suatu sistem administrasi”.
Pengertian organisasi juga disebutkan Weber dikutip oleh Silalahi
(2011:124), menyebutkan:
“Organisasi merupakan tata hubungan sosial, dimana setiap
individu yang melakukan kerjasama melakukan proses
interaksi dengan individu lainnya”.

Hubungan Antara Budaya Organisasi Dengan Kinerja Organisasi

 


Robbins menggambarkan bahwa budaya organisasi merupakan variabel campur
tangan. Para anggota organisasi membentuk persepsi subyektif keseluruhan
mengenai organisasi. Persepsi keseluruhan ini menjadi budaya atau kebudayaan
organisasi itu. Persepsi yang mendukung dan persepsi yang tidak mendukung itu,
kemudian mempengaruhi kinerja dan kepuasan karyawan