Showing posts with label Konsultasi Skripsi Jogja. Show all posts
Showing posts with label Konsultasi Skripsi Jogja. Show all posts

Sunday, April 21, 2024

Pengertian Kepuasan Pelanggan


Kepuasan pelanggan dapat dirasakan setelah pelanggan membandingkan
pengalaman mereka dalam melakukan pembelian barang/jasa dari penjual atau
penyedia barang/jasa dengan harapan dari pembeli itu sendiri. Harapan tersebut
terbentuk melalui pengalaman pertama mereka dalam membeli suatu barang/jasa,
komentar teman dan kenalan, serta janji dan informasi pemasar dan pesaingnya.
Pemasar yang ingin unggul dalam persaingan tentu harus memperhatikan harapan
pelanggan serta kepuasan pelanggannya.
Menurut Tjiptono & Chandra (2016:204) “Kata kepuasan (Satisfaction)
berasal dari bahasa latin “satis” (artinya cukup baik, memadai dan “facio”
(melakukan atau membuat). Kepuasan bisa diartikan sebagai “upaya pemenuhan
sesuatu” atau “membuat sesuatu memadai”. Windasuri & Hyacintha (2016:64)
kepuasan pelanggan adalah “suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap
pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa”.
Sangadji dan Sopiah (2015:31) kepuasan pelanggan adalah “perasaan
senang atau kecewa seseorang dalam perbandingan antara kesannya konsumen
terhadap tingkatan kinerja produk dan jasa ril atau aktual dengan kinerja sesuai
harapan”.
Majid (2011) dalam Rohaeni (2018:9) menjelaskan bahwa “Kepuasan
pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja
yang dirasakan dengan harapannya”. Kotler dalam Windarti (2016:48)
menyatakan bahwa “Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana suatu tingkatan
produk dan jasa yang dipersepsikan sesuai dengan harapan pelanggan atau
pembeli”.
Giese dan Cote dalam Tjiptono & Diana (2015:25), mengidentifikasi tiga
komponen utama dalam definisi kepuasan pelanggan sebagai berikut.

  1. Tipe respon (baik respon emosional/afektif maupun kognitif) dan
    intensitas respon (kuat hingga lemah, biasanya dicerminkan lewat istilahistilah seperti “sangat puas”, “netral”, “sangat senang”, “frustasi”, dan
    sebagainya.
  2. Fokus respon, berupa produk, konsumsi, keputusan pembelian, wiraniaga,
    toko, dan sebagainya.
  3. Timing respon, yaitu setelah konsumsi, setelah pilihan pembelian,
    berdasarkan pengalaman akumulatif, dan seterusnya”.

Indikator Kualitas Produk


Apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan kompetitifnya
dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja yang digunakan
oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual perusahaan tersebut
dengan produk pesaing. Kualitas mencerminkan semua dimensi penawaran
produk yang menghasilkan manfaat (benefits) bagi pelanggan. Menurut Sopiah
dan Sangadji, (2016:80) kualitas produk terdiri dari beberapa indikator, yaitu:

  1. Performance (kinerja), merupakan elemen kualitas produk yang berkaitan
    langsung dengan bagaimana suatu produk dapat menjalankan fungsinya
    untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
  2. Reliabilitas (keandalan), merupakan daya tahan produk selama
    dikonsumsi.
  3. Feature (fitur), merupakan fungsi-fungsi sekunder yang ditambahkan pada
    suatu produk.
  4. Durability (daya tahan), menunjukkan suatu pengukuran terhadap siklus
    produk, baik secara teknis maupun waktu.
  5. Konsisten, menunjukkan seberapa jauh suatu produk dapat memenuhi
    standar atau spesifikasi tertentu.
  6. Desain, merupakan aspek emosional dalam memengaruhi kepuasan
    konsumen sehingga desain kemasan ataupun bentuk produk akan turut
    mempengaruhi persepsi kualitas produk tersebut.

Dimensi Kualitas Produk

 


Kualitas suatu produk baik berupa barang maupun jasa perlu ditentukan
dimensi-dimensinya. Apabila perusahaan ingin mempertahankan keunggulan
kompetitifnya dalam pasar, perusahaan harus mengerti aspek dimensi apa saja
yang digunakan oleh konsumen untuk membedakan produk yang dijual
perusahaan tersebut dengan produk pesaing. Menurut Riyono (2016:99) dimensi
kualitas produk yaitu:

  1. Performance (kinerja), berhubungan dengan karakteristik operasi dasar
    dari sebuah produk.
  2. Durability (daya tahan), yang berarti berapa lama atau umur produk yang
    bersangkutan bertahan sebelum produk tersebut harus diganti. Semakin
    besar frekuensi pemakaian konsumen terhadap produk maka semakin
    besar pula daya tahan produk.
  3. Conformance to Specifications (kesesuaian dengan spesifikasi), yaitu
    sejauh mana karakteristik operasi dasar dari sebuah produk memenuhi
    spesifikasi tertentu dari konsumen atau tidak ditemukannya cacat pada
    produk.
  4. Features (fitur), adalah karakteristik produk yang dirancang untuk
    menyempurnakan fungsi produk atau menambah ketertarikan konsumen
    terhadap produk.
  5. Reliabilty (reliabilitas), adalah probabilitas bahwa produk akan bekerja
    dengan memuaskan atau tidak dalam periode waktu tertentu. Semakin
    kecil kemungkinan terjadinya kerusakan maka produk tersebut dapat
    diandalkan.
  6. Aesthetics (estetika), berhubungan dengan bagaimana penampilan produk
    bisa dilihat dari tampak, rasa, bau, dan bentuk dari produk.
  7. Perceived Quality (kesan kualitas), sering dibilang merupakan hasil dari
    penggunaan pengukuran yang dilakukan secara tidak langsung karena
    terdapat kemungkinan bahwa konsumen tidak mengerti atau kekurangan
    informasi atas produk yang bersangkutan.

Pengertian Kualitas Produk

 


Kualitas produk merupakan suatu hal yang penting dalam menentukan
pemilihan suatu produk oleh konsumen. Produk yang ditawarkan haruslah suatu
produk yang benar-benar teruji dengan baik mengenai kualitasnya. Karena bagi
konsumen yang diutamakan adalah kualitas dari produk itu sendiri.
Kotler dan Amstrong (2016:97) kualitas prodok adalah “segala sesuatu
yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan pehatian, dieli, digunakan,
atau di konsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Saat ini
semua produsen memahami begitu pentingnya peranan arti kualitas produk yang
unggul untuk memenuhi harapan pelanggan pada semua aspek produk yang
dijual kepasar”.
Assauri (2015:211) kualitas adalah “pernyataan tingkat kemampuan dari
suatu merek atau produk tertentu dalam melaksanakan fungsi yang diharapkan”.
Sedangkan menurut Kotler dan Keller (2016:164) kualitas produk adalah
“kemampuan suatu barang untuk memberikan hasil atau kinerja yang sesuai
bahkan melebihi dari apa yang diinginkan pelanggan”.
Wijaya (2015:24) kualitas produk merupakan “keseluruhan gabungan
karakteristik produk yang dihasilkan dari pemasaran, rekayasa produksi dan
pemeliharaan yang membuat produk tersebut dapat digunakan memenuhi harapan
pelanggan atau konsumen”.
Maramis (2018:18) kualitas produk adalah “kemampuan sebuah produk
dalam memperagakan fungsinya, hal ini tersebut termasuk keseluruhan
durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian, dan reparasi produk
juga atribut produk lainnya”.
Kasmir (2015:63) produk atau jasa adalah “sesuatu yang ditawarkan
kepada konsumen nasabah untuk mendapatkan perhatian,untuk dimiliki,
digunakan atau dikonsumsi dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan”.

Atribut Produk

 


Kemampuan manajemen untuk meletakkan posisi produk melalui atribut
produk yang dimiliki secara tepat di pasar merupakan salah satu faktor penentu
kesuksesan suatu produk di pasaran. Produk adalah seperangkat atribut dan
manfaat yang dianggap penting hingga tidak penting oleh pemakainya. Menurut
Tjiptono dalam Sutrana (2015:4) atribut produk adalah “unsur-unsur produk
dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan
pembelian”.
Suharno dan dalam Firmansyah (2019:12) atribut produk adalah
“pengembangan suatu produk perlu dilakukan dengen mendefenisikan manfaat
yang akan ditawarkan, yang dikomunikasikan dan disampaikan melalui atribut
produk, seperti kualitas, fitur, gaya dan desain”.
Adapun atirbut-atribut yang menyertai produk menurut Kotler dan
Armstrong dalam Firmansyah (2019:12) meliputi beberapa hal, yaitu sebagai
berikut:

  1. Kualitas produk
    Kualitas produk merupakan salah satu sarana positioning utama untuk
    pemasar. Ini memiliki dampak langsung pda kinerja produk. Untuk itu,
    kualitas berhubungan erat dengan nilai dan kepuasan pelanggan
  2. Fitur produk
    Fitur produk adalah suatu produk bisa ditawarkan dalam beragam fitur,
    model dasar, model tanpa tambahan apapun, ini merupakan titik awal.
    Fitur yaitu sarana kompetitif untuk mendiferensiasikan produk pesaing
  3. Gaya dan Desain Produk
    Desain memiliki konsep yang lebih luas dibanding daya (style). Selain
    mempertimbangkan faktor penampilan, desain juga bertujuan untuk
    memperbaiki kinerja produk, mengurangi biaya produksi dan menambah
    keunggulan bersaing
  4. Merek
    Merek (brand) adalah nama, istilah, tanda, lambang atau desain. Atau
    kombinasi semuanya, yang menunjukkan identitas pembuat atau penjual
    produk jasa. Konsumen akan memandang sebagai bagian penting dari
    produk dan penetapan merek bisa menambah nilai bagi suatu produk
  5. Kemasan
    Kemasan (packaging) melibatkan perancangan dan produksi wadah atau
    pembungkus sebuah produk. Kemasan yang didesain buruk dapat
    menyebabkan konsumen enggan membelinya dan perusahaan akan
    kehilangan penjualan. Sebaliknya, jika kemasan inovatif akan bisa
    memberikan manfaat pada perusahaan melebihi pesaing dan mendorong
    penjualan
  6. Label
    Label bisa berupa penanda sederhana yang ditempelkan pada produk
    hingga rangkaian huruf rumit yang menjadi bagian kemasan. Label ini
    memiliki beberapa fungsi diantaranya menunjukkan produk atau merek
    dan mengambarkan beberapa hal tentang produk 

Pengertian Produk

 


Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk
merupakan hasil dari suatu kegiatan perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar
untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang tujuannya untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan konsumen, sedangkan bagi perusahaan produk
merupakan suatu alat perusahaan untuk mencapai tujuannya. Suatu produk harus
memiliki keunggulan dari produk-produk yang lain baik dari segi kualitas, desain,
bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan, garansi, dan rasa agar dapat menarik minat
konsumen untuk mencoba dan membeli produk tersebut.
Menurut Stantaon dalam Firmansyah (2019:3) produk secara dapat
diartikan “sebagai sekumpulan atribut fisik yang secara nyata terkait dalam
sebuah bentuk dapat diidentifikasikan. Sedangkan secara luas, produk merupakan
sekumpulan atribut yang nyata dan tidak nyata yang didalamnya mencakup
warna, kemasan, harga, presise pengencer, dan pelayanan dari pabrik dan
pengencer yang mungkin diterima oleh pembeli sebagai sebuah hal yang dapat
memberikan kepuasan atas keinginannya”.
Sabran dalam Riyono, (2016:98) produk adalah “segala sesuatu yang dapat
ditawarkan Kepada pasar untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan.
Produk yang dipasarkan meliputi barang fisik, jasa, pengalaman, acara, orang,
tempat, properti, organisasi,informasi, dan ide”.
Angipora (2015:75) produk merupakan “unsur pertama dalam bauran
pemasaran. Karena produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang
ditawarkan seseorang atau lembaga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
pasar”.
Tjiptono (2015:231) produk adalah “pemahaman subyektif produsen atas
sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi
melalui pemenuhan 25 kebutuhan dan keinginan konsumen, sesuai dengan
kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar”.

Faktor yang mempengaruhi

 


Menurut Rangkuti (2003:3), dalam Hidayat (2013), kepuasan
pelanggan didefinisikan sebagai respon pelanggan terhadap
tidak sesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan
kinerja aktual yang disarankan setelah pemakaian. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan sebagai
berikut :
a. Nilai pelanggan antara lain
1) Menerima atas keluhan pelanggan
2) Tanggap atas keluhan pelanggan
3) Memiliki banyak jenis palayanan
4) Memberikan informasi dengan baik terhadap
sesuatu yang dibutuhkan palanggan
b. Respon pelanggan antara lain
1) Tetap setia tahan lama
2) Membeli lebih banyak ketika perusahaan
memperkenalkan produk baru dan memperbarui
produk-produk yang ada
3) Membicarakan hal-hal yang baik tentang
perusahaan dengan produk-produknya
4) Memberi perhatian yang lebih sedikit kepada
merek-merek dan iklan-iklan pesaing serta
kurang peka terhadap harga
5) Menawarkan gagasan jasa atau produk kepada
perusahaan
c. Persepsi pelanggan antara lain
1) Pelanggan merasa puas dengan proses dan
pelayanan yang diberikan
2) Pelanggan merasa aman dan nyaman selama
berurusan dengan perusahaan tersebut
3) Memberikan saran untuk keluhan pelanggan
baik melalui kotak saran atau email.

Pengertian Kepuasan Pelanggan

 


Menurut J. Supranto (2006, p.233), dalam Irawan &
Japarianto (2013), kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dengan
harapannya. Harapan pelanggan dapat dibentuk dari
pengalaman masa lalu, komentar dari kerabatnya serta janji dan
informasi pemasar dan saingannya. Pelanggan yang puas akan
setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan
memberikan komentar yang baik terhadap perusahaan.
Menurut Kotler dan Keller (2009, p.138), dalam Irawan &
Japarianto (2013), kepuasan adalah perasaan senang atau
kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan
kinerja atau hasil dari sebuah produk yang di pikirkan terhadap
kinerja atau hasil yang diharapakan. Jika kinerja berada di
bawah harapan, konsumen tidak puas. Jika kinerja melebihi
harapan maka konsumen akan sangat senang atau puas.
Harapan-harapan konsumen ini dapat diketahui dari
pengalaman mereka sendiri saat menggunakan produk tersebut,
omongan-omongan orang lain, dan informasi iklan yang
dijanjikan oleh perusahaan yang menghasilkan produk tadi.
Menurut Kotler dan Keller (2009, p.140), dalam Irawan &
Japarianto (2013), konsumen yang sangat puas biasanya akan
tetap setia untuk jangka waktu yang lama, serta membeli lagi
ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan
memperbarui produk lama, selain itu ia akan membicarakan
hal-hal baik tentang perusahaan dan produknya kepada orang
lain, mereka tidak terlalu memperhatikan merek pesaing dan
tidak terlalu mementingkan harga, merekajuga menawarkan ide
produk dan jasa kepada perusahaan, dan biaya pelayanannya
lebih murah dari pada konsumen baru karena transaksi menjadi
suatu hal yang rutin.

Pengertian Harga

 


Menurut Augusty Ferdinand (2006), dalam Arumsari (2012),
harga merupakan salah satu variabel penting dalam pemasaran,
dimana harga dapat mempengaruhi konsumen dalam
mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, karena
berbagai alasan. Alasan ekonomis akan menunjukkan harga
yang rendah atau harga terlalu berkompetisi merupakan salah
satu pemicu penting untuk meningkatkan kinerja pemasaran,
tetapi alasan psikologis dapat menunjukkan bahwa harga justru
merupakan indikator kualitas dan karena itu dirancang sebagai
salah satu instrumen kompetisi yang menentukan.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001), dalam Arumsari (2012),
harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah
produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai
yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan
memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga
merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat melakukan
pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengidentifikasikan
harga dengan nilai.
Menurut Mowen dan Minor (2002), dalam Arumsari (2012),
harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi
oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar
memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap
konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga
merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti
berbeda bagi setiap konsumen, tergantung karakteristik
konsumen, situasi dan produk.

Faktor yang mempengaruhi Kualitas Produk

 


Menurut Feigenbaum (2000) dalam Arumsari (2012),
kualitas produk secara langsung dipengaruhi oleh 9 bidang
dasar atau 9M. Pada masa sekarang ini industri disetiap
bidang bergantung pada sejumlah besar kondisi yang
membebani produksi melalui suatu cara yang tidak pernah
dialami dalam periode sebelumnya.

  1. Market (Pasar)
    Jumlah produk baru dan baik yang ditawarkan di pasar
    terus bertumbuh pada laju yang eksplosif. Konsumen
    diarahkan untuk mempercayai bahwa ada sebuah
    produk yang dapat memenuhi hampir setiap kebutuhan.
    Pada masa sekarang konsumen meminta dan
    memperoleh produk yang lebih baik memenuhi ini.
    Pasar menjadi lebih besar ruang lingkupnya dan secara
    fungsional lebih terspesialisasi di dalam barang yang
    ditawarkan. Dengan bertambahnya perusahaan, pasar
    menjadi besifat internasional dan mendunia. Akhirnya
    bisnis harus lebih fleksibel dan mampu berubah arah
    dengan cepat.
  2. Money (Uang)
    Meningkatnya persaingan dalam banyak bidang
    bersamaan dengan fluktuasi ekonomi dunia telah
    menurunkan batas (marjin) laba. Pada waktu yang
    bersamaan, kebutuhan akan otomatis dan pemekanisan
    mendorong pengeluaran biaya yang besar untuk proses
    dan perlengkapan yang baru. Penambahan investasi
    pabrik, harus dibayar melalui naiknya produktivitas,
    menimbulkan kerugian yang besar dalam memproduksi
    disebabkan oleh barang afkiran dan pengulangkerjaan
    yang sangat serius. Kenyataan ini memfokuskan
    perhatian pada manajer pada bidang biaya kualitas
    sebagai salah satu dari “titik lunak” tempat biaya
    operasi dan kerugian dapat diturunkan untuk
    memperbaiki laba.
  3. Management (Manajemen)
    Tanggung jawab kualitas telah didistribusikan antara
    beberapa kelompok khusus. Sekarang bagian pemasaran
    melalui fungsi perencanaan produknya, harus membuat
    persyaratan produk. Bagian perancangan bertanggung
    jawab merancang produk yang akan memenuhi
    persyaratan itu. Bagian produksi mengembangkan dan
    memperbaiki kembali proses untuk memberikan
    kemampuan yang cukup dalam membuat produk sesuai
    dengan spesifikasi rancangan. Bagian pengendalian
    kualitas merencanakan pengukuran kualitas pada
    seluruh aliran proses yang menjamin bahwa hasil akhir
    memenuhi persyaratan kualitas dan kualitas pelayanan,
    setelah produk sampai pada konsumen menjadi bagian
    yang penting dari paket produk total. Hal ini telah
    menambah beban manajemen puncak khususnya
    bertambahnya kesulitan dalam mengalokasikan
    tanggung jawab yang tepat untuk mengoreksi
    penyimpangan dari standar kualitas.
  4. Men (Manusia)
    Pertumbuhan yang cepat dalam pengetahuan teknis dan
    penciptaan seluruh bidang baru seperti elektronika
    komputer menciptakan suatu permintaan yang besar
    akan pekerja dengan pengetahuan khusus. Pada waktu
    yang sama situasi ini menciptakan permintaan akan ahli
    teknik sistem yang akan mengajak semua bidang
    spesialisasi untuk bersama merencanakan, menciptakan
    dan mengoperasikan berbagai sistem yang akan
    menjamin suatu hasil yang diinginkan.
  5. Motivation (Motivasi)
    Penelitian tentang motivasi manusia menunjukkan
    bahwa sebagai hadiah tambahan uang para pekerja
    masa kini memerlukan sesuatu yang memperkuat rasa
    keberhasilan di dalam pekerjaan mereka dan pengakuan
    bahwa mereka secara pribadi memerlukan sumbangan
    atas tercapainya sumbangan atas tercapainya tujuan
    perusahaan. Hal ini membimbing ke arah kebutuhan
    yang tidak ada sebelumnya yaitu pendidikan kualitas
    dan komunikasi yang lebih baik tentang kesadaran
    kualitas
  6. Material (Bahan)
    Disebabkan oleh biaya produksi dan persyaratan
    kualitas, para ahli teknik memilih bahan dengan batasan
    yang lebih ketat dari pada sebelumnya. Akibatnya
    spesifikasi bahan menjadi lebih ketat dan
    keanekaragaman bahan menjadi lebih besar.
  7. Machine and Mecanization (Mesin dan Mekanik)
    Permintaan perusahaan untuk mencapai penurunan
    biaya dan volume produksi untuk memuaskan
    pelanggan telah terdorong penggunaan perlengkapan
    pabrik yang menjadi lebih rumit dan tergantung pada
    kualitas bahan yang dimasukkan ke dalam mesin
    tersebut. Kualitas yang baik menjadi faktor yang kritis
    dalam memelihara waktu kerja mesin agar fasilitasnya
    dapat digunakan sepenuhnya.
  8. Modern Information Metode (Metode Informasi
    Modern)
    Evolusi teknologi komputer membuka kemungkinan
    untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil
    kembali, memanipulasi informasi pada skala yang tidak
    terbayangkan sebelumnya. Teknologi informasi yang
    baru ini menyediakan cara ntuk mengendalikan mesin
    dan proses selama proses produksi dan mengendalikan
    produk bahkan setelah produk sampai ke konsumen.
    Metode pemrosesan data yang baru dan konstan
    memberikan kemampuan untuk memanajemeni
    informasi yang bermanfaat, akurat, tepat waktu dan
    bersifat ramalan mendasari keputusan yang
    membimbing masa depan bisnis
  9. Mounting Product Requirement (Persyaratan Proses
    Produksi)
    Kemajuan yang pesat dalam perancangan produk,
    memerlukan pengendalian yang lebih ketat pada seluruh
    proses pembuatan produk. Meningkatnya persyaratan
    prestasi yang lebih tinggi bagi produk menekankan
    pentingnya keamanan dan kehandalan produk.

Manfaat Kualitas Produk

 


Menurut Lasander (2013), kualitas produk yang berkualitas
berperan penting dalam membentuk kepuasan konsumen,
selain itu juga erat kaitannya dalam menciptakan
keuntungan bagi perusahaan. Semakin berkualitas produk
yang diberikan oleh perusahaan maka kepuasanyang
dirasakan oleh pelanggan akan semakin tinggi.
Menurut Arumsari (2012), kualitas produk yang baik
merupakan harapan konsumen yang harus dipenuhi oleh
perusahaan, karena kualitas produk yang baik merupakan
kunci perkembangan produktivitas perusahaan. Kualitas
produk merupakan hal penting yang harus diusahakan oleh
setiap perusahaan apabila menginginkan produk yang
dihasilkan dapat bersaing di pasar.

Dimensi Kualitas Produk

 


Menurut Gaspersz (2008, p.119) dalam (Irawan &
Japarianto, (2013) menjelaskan bahwa dimensi dari kualitas
produk ini meliputi 8 dimensi, yang terdiri dari :

  1. Performance, Kinerja (performance) yaitu karakteristik
    operasi pokok dari produk inti dan dapat didefinisikan
    sebagai tampilan dari sebuah produk sesungguhnya.
    Performance sebuah produk merupakan pencerminan
    bagaimana sebuah produk itu disajikan atau ditampilkan
    kepada pelanggan. Tingkat pengukuran performance
    pada dasarnya mengacu pada tingkat karakteristik dasar
    produk itu beroperasi. Sebuah produk dikatakan
    memiliki performance yang baik bilamana dapat
    memenuhi harapan. Bagi setiap produk/jasa, dimensi
    performance bisa berlainan, tergantung pada functional
    value yang dijanjikan oleh perusahaan. Untuk bisnis
    makanan, dimensi performance adalah rasa yang enak.
  2. Reliability, keandalan (reliability) yaitu tingkat
    keandalan suatu produk atau kosistensi keandalan
    sebuah produk didalam proses operasionalnya dimata
    konsumen. Reliability sebuah produk juga merupakan
    ukuran kemungkinan suatu produk tidak akan rusak
    atau gagal dalam suatu periode waktu tertentu. Sebuah
    produk dikatakan memiliki Reliability yang tinggi
    bilamana dapat menarik kepercayaan dari konsumen
    terkait kualitas keandalan sebuah produk. Dimensi
    performance dan reliability sekilas hampir sama tetapi
    mempunyai perbedaan yang jelas. Reliability lebih
    menunjukkan probabilitas produk menjalankan
    fungsinya.
  3. Features, keistimewaan tambahan (features) yaitu
    karakteristik sekunder atau pelengkap dan dapat
    didefinisikan sebagi tingkat kelengkapan atribut-atribut
    yang ada pada sebuah produk. Pada titik tertentu,
    performance dari setiap merek hampir sama tetapi
    justru perbedaannya terletak pada fiturnya. Ini juga
    mengakibatkan harapan pelanggan terhadap dimensi
    performance relatif homogen dan harapan terhadap fitur
    relatif heterogen.
  4. Conformance, kesesuaian dengan spesifikasi
    (conformance to spesificatin) yaitu sejauh mana
    karakteristik desain dan operasi memenuhi standarstandar yang telah ditetapkan sebelumnya dan dapat
    didefinisikan sebagai tingkat dimana semua unit yang
    diproduksi identik dan memenuhi spesifikasi sasaran
    yang dijanjikan. Definisi diatas dapat dijelaskan bahwa
    tingkat conformance sebuah produk dikatakan telah
    akurat bilamana produk-produk yang mayoritas
    diinginkan pelanggan.
  5. Durability, daya tahan (durability) berkatian dengan
    berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan dan
    dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran usia operasi
    produk yang diharapkan dalam kondisi normal dan/atau
    berat. Definisi diatas bilamana diterapkan pada
    pengukuran sebuah makanan dan minuman sebuah
    restoran, maka pengertian durability diatas adalah
    tingkat usia sebuah makanan masih dapat dikonsumsi
    oleh konsumen. Ukuran usia ini pada produk biasanya
    dicantumkan pada produk dengan tulisan masa
    kadaluarsa sebuah produk.
  6. Serviceability, (service ability) meliputi kecepatan,
    kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi, serta
    penanganan keluhan yang memuaskan dan dapat
    didefinisikan sebagai suatu ukuran kemudahan
    memperbaiki suatu produk yang rusak atau gagal.
    Disini artinya bilamana sebuah produk rusak atau gagal
    maka kesiapan perbaikan produk tersebut dapat
    diandalkan, sehingga konsumen tidak merasa dirugikan.
  7. Aesthethics yaitu keindahan produk terhadap panca
    indera dan dapat didefinisikan sebagai atribut-atribut
    yang melekat pada sebuah produk, seperti warna, model
    atau desain, bentuk, rasa, aroma dan lain-lain. Pada
    dasarnya Aesthethics merupakan elemen yang
    melengkapi fungsi dasar suatu produk sehingga
    performance sebuah produk akan menjadi lebih baik
    dihadapan pelanggan.
  8. Customer perceived quality, kualitas yang
    dipersepsikan (perceived quality) yaitu kualitas yang
    dirasakan. Bilamana diterapkan pada pengukuran
    kualitas makanan dan minuman maka Perceived Quality
    merupakan kualitas dasar yang dimiliki sebuah
    makanan dan minuman.

Pengertian Kualitas Produk

 


Pengertian kualitas produk menurut Kotler and Armstrong
(2008) dalam (Irawan & Japarianto, 2013) adalah “Sekumpulan
ciri-ciri karakteristik dari barang dan jasa yang mempunyai
suatu pengertian dari gabungan daya tahan, keandalan,
ketepatan, kemudahan pemeliharaan serta atribut-atribut
lainnya dari suatu produk.”
Menurut Tjiptono (2008) dalam Lenzun et al., 1237 (2014),
kualitas produk merupakan perpaduan antara sifat dan
karakteristik yang menentukan sejauh mana dapat memenuhi
prasyarat kebutuhan pelanggan atau menilai sampai seberapa
jauh sifat dan karakteristik itu memenuhi kebutuhannya.
Menurut Wijaya (2011) dalam Runtunuwu et al., (2014),
kualitas adalah sesuatu yang diputuskan oleh pelanggan,
artinya kualitas didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan
atau konsumen terhadap produk atau jasa yang diukur
berdasarkan persyaratan-persyaratan tersebut.

Definisi Keberlangsungan Usaha

 


Menurut Widayanto, et.al (2020) bahwa keberlangsungan usaha
(going concern) adalah kemampuan perusahaan untuk dapat
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Suatu perusahaan akan
terus berlangsung kecuali pemilik bermaksud untuk melikuidasi usaha
tersebut atau menghentikan operasinya, atau tidak memiliki atau alternatif
lain kecuali melakukan hal-hal tersebut, melalui konsep going concern ini,
suatu perusahaan diasumsikan akan mampu mempertahankan kegiatan
usahanya selama-lamanya.
Perusahaan yang dapat mempertahankan keberlangsungan usahanya
akan dapat mempertahankan pangsa pasar, kapasitas produksi, dan kondisi
keuangannya atau bahkan dapat ditingkatkan. Sementara itu perusahaan
yang kinerjanya kurang baikmempunyai beberapa ciri, Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) pada sekso 341 (Institusi Akuntan Publik
Indonesia, 2016) membahas berbagai macam faktor yang dapat
mempengaruhi kelangsungan usaha suatu unit usaha, sebagai berikut:
a. Kerugian usaha secara berulang-ulang atau kekurangan modal kerja.
b. Ketidakmampuan suatu unit usaha untuk membayar kewajiban pada
saatnya.
c. Kehilangan pelanggan utama.
d. Terjadi bencana yang tidak diasuransikan seperti gempa bumi atau
banjir yang merugikan asset perusahaan.
e. Masalah perburuhan seperti pemogokan kerja buruh.
f. Perkara pengadilan, atau masalah serupa yang telah terjadi yang
membahayakan kemampuan perusahaan untuk dapat beroperasi.

Karakteristik Jasa

 


Menurut Fandy Tjiptono (2011:136) bahwa karakteristik utama
yang membedakan barang dan jasa. Jasa memiliki empat karakteristik jasa
yaitu:

  1. Intagibility
    Jasa bersifat intangibility, yaitu tidak dapat melihat, diras, dicium,
    didengar,atau diraba sebelum dibeli sebelum dibeli dan dikonsumsi
    dan dipahami secara rohaniah. Sesorang tidak dapat menilai
    kualitas pelayanan sebelum mereka menggunakan/merasakannya
    sendiri. Konsumen hanya menggunakan, memanfaatkan atau
    menyewa layanan tersebut. Untuk mengurangi keraguan, setiap
    konsumen harus lebih memperhatikan kualitas yang dibeli. Mereka
    akan mengetahui kualitas pelayanan dari tempat, orang, peralatan,
    bahan-bahan komunikasi, symbol serta harga yang mereka amati.
  2. Inperability
    sebuah barang yang diproduksi, kemudia dijual setelah itu
    dikonsumsi. Sedangkan Jasa di lain pihak, pada umumnya dijual
    terlebih dahulu, setelah itu baru diproduksi dan digunakan secara
    bersamaan. Komunikasi antara penyedia jasa dan konsumen
    merupakan karakteristik khusu dalam pemasaran jasa. hasil dari
    jasa tersebut mempengaruhi hasil dari kedua pihak. Hubungan antar
    penyedia jasa dan konsumen, unsur penting dalam efektivitas
    individu yang menyampaikan jasa (contact-personel). Proses
    rektutmen, kompensasi, pelatihan dan pengembangan karyawam
    merupakan kunci keberhasilan bisnis jasa.
  3. Variability
    Non-standardized adalah jasa yang bersifat sangat variabel, yang
    berarti banyak variabel bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada
    siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Sebelum
    memutuskan untuk memilih mereka meminta pendapat orang lain
    karena setiap pembeli jasa sangat peduli dengan variabilitas yang
    22
    tinggi. Penyedia jasa dapat melakukan tiga tahap dalam
    pengendalian kualitasnya:
    a) Melakukan pelatihan personil yang baik dalam investasi
    b) Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa (serviceperformance process). Jasa yang menggambarkan peristiwa
    dan proses jasa dalam suatu diagram alur dapat dilakukan
    dengan menyiapkan cetak biru, dengan maksud untuk
    mengetahui apa saja faktor-faktor potensial yang dapat
    menyebabkan kegagalsn dalam jasa tersebut.
    c) Membantu memberi kepuasan konsumen melalui sistem
    masukan dan keluhan yang dirasakan oleh konsumen,
    mendatangi konsumen, dan comparison shopping, sehingga
    pelayanan yang kurang baik dapat diketahui.
  4. Perishability
    Jasa adalah barang tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan.
    Seperti kursi kereta api yang kosong, kamar hotel yang tidak ada
    penghuni atau jam tertentu tanpa pasien ditempat seorang dokter,
    maka akan hilang begitu jasa dan tidak bisa disimpan untuk
    digunakan diwaktu lain. Ketika permintaan berfluktuasi berbagai
    masalah muncul terkait dengan kapasitas menganggur (ketika
    permintaan rendah) dan konsumen tidak melayani dengan resiko
    kecewa atau beralih ke penyedia jasa (pada saatpermintaan naik).

Ciri-Ciri Pelayanan Yang Baik

 


Pelayanan yang baik memiliki karakteristik tersendiri dan hampir
semua perusahaan menggunakan kriteria yang sama untuk membentuk
kharakteristik pelayanan yang baik. Terdapat beberapa faktor pendukung
yang secara langsung mempengaruhi kualitas pelayanan yang diberikan.
Berikut ini beberapa ciri pelayanan yang baik yang harus diikuti oleh
karyawan dalam melayani konsumen yaitu: (Zulkarnain, et al:2020)

  1. Tersedia karyawan yang baik
  2. Tersedianya sarana dan prasaranan yang baik
  3. Bertanggung jawab kepada konsumen
  4. Mampu melayani konsumen dengan cepat tanggap
  5. Mampu berkomunikasi
  6. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi
  7. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik
  8. Berusaha memahami kebutuhan konsumen
  9. Mampu memberikan kepercayaan kepada konsumen

Dimensi Kualitas Pelayanan

 


Menurut Parasuraman dalam Jasfar (2012:51), terdapat lima dimensi
Kualitas pelayanan atau jasa sebagai berikut:

  1. Tangibles (Bukti Langsung)
    Tangiles merupakan bukti nyata kemampuan sebuah perusahaan
    dalam memberikan penyedia jasa yang terbaik bagi konsumen. Baik
    dilihat dari kualitas fisik, fasilitas pada perlengkapan teknologi yang
    mendukung hingga penampilan dari karyawan.
  2. Reliability (Kehandalan)
    Realiability merupakan kemampuan perusahaan dalam mewujudkan
    yang diharapkan sesuai dengan keinginan dari konsumen
    tersebut.terkait dengan kecepatan, ketepatan waktu, tidak ada kesalahan
    dan lain sebagainya. Karena jika perusahaan tidak dapat memberikan
    sesuai keinginan maka kepuasan konsumen akan menurun.
  3. Responsiveness (Daya Tanggap)
    Responsivenees adalah suatu kemampuan harus dimiliki
    perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk
    menyediakan pelayanan yang sesuai dengan keinginan konsumen dan
    melakukan pelayanan dengan cepat dan tanggap.
  4. Assurance (Jaminan)
    Assurance adalah kepastian yang harus diperoleh dari sikap sopan
    santun karyawan untuk membangun kepercayaan konsumen dengan
    memberikan jaminan atau kepastian kepada konsumen supaya mereka
    tidak merasa khawatir dengan jasa yang ditawarkan.
  5. Emphaty (Kepedulian)
    Emphaty adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan
    perhatian kepada konsumen baik secara individu, termasuk kepekaan
    akan kebutuhan konsumen.

Indikator Kualitas Pelayanan.

 


Menurut Tjiptono (2019:77) dalam mengevaluasi layanan yang
bersifat tangible, variable, inseparable,dan perishable, pelanggan umumnya
menggunakan beberapa atribut atau faktor:

  1. Bukti fisik (tangible), meliputi bukti fisik, perlengkapan, pegawai
    dan saranan komunikasi.
  2. Keandalan (reliability), merupakan kemampuan setiap pelaku usaha
    dan pegawai memberikan pelyanan yang dijanjikan dengan segera,
    akurat dan memuaskan.
  3. Daya Tanggap (responsiveness), yaitu keinginan setiap pelaku usaha
    dan karyawan memberikan pelayanan dengan tanggap untuk
    membantu setiap konsumen.
  4. Jaminan (assurance) mencakup pengetahuan, kemampuan,
    kesopanan, dan sifat yang dapat dipercaya yang dimiliki oleh para
    pelaku usaha dari keraguan .
  5. Empati (empathy), yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan
    kepada konsumen dengan komunikasi yang baik, perhatian pribadi
    dan memahami kebutuhan.

Pengertian Kualitas Pelayanan

 


Kata “Kualitas” banyak mengandung definisi dan makna karena
setiap orang akan mengartikan dengan berbeda, seperti kesesuaian dengan
persyaratan atau tuntutan, kecocokan dalam pemakaian berkelanjutan,
terbebas dari kerusakan , memenuhi kebutuhan konsumen, melakukan
segala hal yang bisa membahagiakan (Tjiptono dan Chandra (2012:2).
Menurut Gronroos dalam Jasfar (2012:15) bahwa Jasa adalah suatu
fenomena yang sulit. Arti jasa memiliki arti yang banyak dan ruang lingkup,
dari pengertian yang sederhana, yaitu hanya berupa pelayanan dari sesorang
terhadap orang lain, dapat diartikan sebgai yang diberikan dari mulai
pelayanan oleh manusia, baik yang bisa dilihat (eksplisit service)ataupun
yang tidak bisa dilihat, tetapi hanya bisa dirasakan (implisit service)
mencapai pada fasilitas-fasilitas pendukung yang masih tersedia dalam
berbagai penjualan jasa dan benda-benda lainnya.
Menurut Ratih Hurriyatih (2013:27) bahwa pelayanan merupakan
setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak
lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menyebabkan
perpindahan kepemilikan. Selanjutnya dalan buku Rambat Lupiyoadi
(2014:7) bahwa pelayanan merupakan suatu kegiatan yang ditawarkan oleh
satu pihak ke pihak lain pada dasarnya sulit dipahami dan tidak
menghasilkan pertukaran kepemilikan apapun.
Menurut Buchari alma (2011:243) layanan merupakan setiap tindakan
atau kegiatan yang dapat diketahui secara tidak berwujud, ditawarkan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen, jasa dapat dihasilkan dengan
menggunakan benda berwujud maupun tidak berwujud.
Menurut Kotler dalam Nasution (2015:6) bahwa pelayanan
merupakan suatu tindakan atau langkah yang dapat ditawarkan kepada satu
pihak ke pihak yang lain, dasarnya tidak berwujuduh fisik atau intagiable
dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun, mungkin produk jasa dapat
berkaitan atau tidak dengan produk fisik.
Menurut Martiana dan Apriani (2019) bahwa kualitas pelayanan
adalah upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginin konsumen sesuai dengan yang diharapkan konsumen
sehingga konsumen merasa puas dengan kualitas pelayanannya.
Selanjutnya menurut Sugita et al (2017) bahwa kualitas pelayanan
merupakan segala bentuk aktifitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk
memenuhi harapan konsumen, layanan dapat diartikan sebagai jasa yang
disampaikan oleh pemilik berupa hubungan, kecepatan dan
keramahatamahan dengan sifat ini dapat mmberikan pelayanan dan
kepuasan konsumen.

Perspektif Kualitas Produk

 


Menurut Tjiptono dan Chandra, (2016:117) bahwa perspektif
produk diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu: transcendental
approach, product-based approach, user based approach, manufacturingbased approach, dan value-based approach. Semua perspektif ini dapat
menjelaskan mengapa pelanggan menginterpretasikan kualitas secara
berbedan dalam konteks yang berlainan .

  1. Transcendental Approach
    Perspektif ini menjelaskan bahwa kualitas dapat dinilai dari apa
    yang dirasakan atau diketahui, namun sulit untuk dijelaskan,
    dirumuskan atau dioperasionalkan. Perspektif ini menegaskan
    bahwa setiap orang dapat memahami kualitas melalui berbagai
    macam pengalaman dari ekspor produk berkali-kali.
  2. Product-based Approach
    Perspektif ini mengasumsikan bahwa kualitas adalah objektif atribut
    yang saat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Unsur atau atribut yang
    dimiliki produk mencerminkan perbedaan kualitas. Sebab perspektif
    ini sangat objektif, maka kelemehannya tidak bisa menjelaskan
    perbedaan yang selera, kebutuhsn atau segmen pasar terntentu.
  3. User-Based Approach
    Rancangan ini didasarkan atas pemikiran bahwa penilaian kualitas
    tergantung orang lain, sehingga produk yang memiliki kualitas
    paling tinggi sangat memuaskan preferensi seseorang. Perspektif
    yang bersifat subjektif dan demand-oriented ini juga mengatakan
    bahwa setiap konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan masingmasing yang berbeda dengan yang lainnya, sehingga kualitas bagi
    seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakan.
    Apabila seseorang menilai produk tersebut baik belum tentu orang
    lain mengatakan kualitas itu baik.
  4. Manufacturing-based Approach
    Perspektif ini bersifat supply-based dan lebih berfokus pada praktikpraktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan
    kualitas sebagai kecocokan dengan persyaratan. Dalan konteks 
    bisnis kualitas memiliki sifat operations-drivren. Penyesuaian
    spesifikasi produk dan operasi yang disusun secara internal
    menekankan ancaman semacam ini, yang dipicu oleh keinginan
    untuk meningkatkan produktivitas dan menekankan biaya. Jadi,
    yang bisa menentukan kualitas yaitu standar-standar yang telah
    ditetapkan pelanggan, bukan kepada pelanggan yang membeli dan
    menggunakan produk tersebut.
  5. Value-based Approach
    Aspek nilai (value) dan harga (price) termasuk rancangan kualitas.
    Dengan mempertimbangkan Trade-off antara kinerja dan harga,
    kualitas diartikan sebagai affordable excellence. Kualitas dalam
    perspektif ini bersifat relative, sehingga produk yang memiliki
    kualitas tinggi belum tentu memiliki produk yang bernilai. Akan
    tetapi, apabila konsumen yang membeli baranf atau jasa yang paling
    tepat akan paling bernilai.