Menurut Tjiptono dan Chandra, (2016:117) bahwa perspektif
produk diklasifikasikan dalam lima kelompok yaitu: transcendental
approach, product-based approach, user based approach, manufacturingbased approach, dan value-based approach. Semua perspektif ini dapat
menjelaskan mengapa pelanggan menginterpretasikan kualitas secara
berbedan dalam konteks yang berlainan .
- Transcendental Approach
Perspektif ini menjelaskan bahwa kualitas dapat dinilai dari apa
yang dirasakan atau diketahui, namun sulit untuk dijelaskan,
dirumuskan atau dioperasionalkan. Perspektif ini menegaskan
bahwa setiap orang dapat memahami kualitas melalui berbagai
macam pengalaman dari ekspor produk berkali-kali. - Product-based Approach
Perspektif ini mengasumsikan bahwa kualitas adalah objektif atribut
yang saat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Unsur atau atribut yang
dimiliki produk mencerminkan perbedaan kualitas. Sebab perspektif
ini sangat objektif, maka kelemehannya tidak bisa menjelaskan
perbedaan yang selera, kebutuhsn atau segmen pasar terntentu. - User-Based Approach
Rancangan ini didasarkan atas pemikiran bahwa penilaian kualitas
tergantung orang lain, sehingga produk yang memiliki kualitas
paling tinggi sangat memuaskan preferensi seseorang. Perspektif
yang bersifat subjektif dan demand-oriented ini juga mengatakan
bahwa setiap konsumen memiliki kebutuhan dan keinginan masingmasing yang berbeda dengan yang lainnya, sehingga kualitas bagi
seseorang adalah sama dengan kepuasan maksimum yang dirasakan.
Apabila seseorang menilai produk tersebut baik belum tentu orang
lain mengatakan kualitas itu baik. - Manufacturing-based Approach
Perspektif ini bersifat supply-based dan lebih berfokus pada praktikpraktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan
kualitas sebagai kecocokan dengan persyaratan. Dalan konteks
bisnis kualitas memiliki sifat operations-drivren. Penyesuaian
spesifikasi produk dan operasi yang disusun secara internal
menekankan ancaman semacam ini, yang dipicu oleh keinginan
untuk meningkatkan produktivitas dan menekankan biaya. Jadi,
yang bisa menentukan kualitas yaitu standar-standar yang telah
ditetapkan pelanggan, bukan kepada pelanggan yang membeli dan
menggunakan produk tersebut. - Value-based Approach
Aspek nilai (value) dan harga (price) termasuk rancangan kualitas.
Dengan mempertimbangkan Trade-off antara kinerja dan harga,
kualitas diartikan sebagai affordable excellence. Kualitas dalam
perspektif ini bersifat relative, sehingga produk yang memiliki
kualitas tinggi belum tentu memiliki produk yang bernilai. Akan
tetapi, apabila konsumen yang membeli baranf atau jasa yang paling
tepat akan paling bernilai.
No comments:
Post a Comment