Wednesday, August 30, 2023

Agency Theory

 


Dalam agency theory, tim manajemen diberi kewenangan untuk
mengambil keputusan yang terkait dengan operasi dan strategi perusahaan dengan
harapan keputusan-keputusan yang diambil akan memaksimumkan nilai
perusahaan. Harapan agar tim manajemen selalu mengambil keputusan yang
sejalan dengan peningkatan nilai perusahaan seringkali tidak terwujud. Banyak
keputusan yang diambil oleh manajer justru lebih menguntungkan manajer dan
mengesampingkan kepentingan pemegang saham. Asumsi bahwa orang-orang
yang terlibat dalam perusahaan akan berupaya memaksimalkan nilai perusahaan
ternyata tidak selalu terpenuhi. Agen memiliki kepentingan pribadi yang sebagian
besar bertentangan dengan kepentingan pemilik perusahaan sehingga munculah
masalah keagenan (Sugiarto, 2009: 55).
Masalah keagenan muncul ketika terdapat informasi asimetri baik
berkaitan dengan kegiatan maupun informasi yang dimiliki oleh seorang agen
(Sugiarto, 2009: 23). Manajemen merupakan pihak yang lebih banyak mengetahui
informasi-informasi perusahaan karena secara langsung berkaitan dengan kegiatan
sehari-hari yang ada di perusahaan. Sedangkan pemegang saham hanya
mendapatkan informasi dari laporan manajemen. Sehingga manajemen
mempunyai peluang untuk menyembunyikan informasi (hidden information)
ataupun menyembunyikan tindakan (hidden action) untuk kepentingan dirinya
sendiri.
Dalam upaya mengurangi atau mengatasi masalah keagenan timbul biaya
keagenan (agency cost), yaitu biaya yang ditanggung oleh pihak principal atau
pun agent untuk mengurangi masalah keagenan (agency conflict). Menurut Jensen
dan meckling (1976) dalam Sugiarto (2009: 56) biaya agensi dibagi menjadi 3
(tiga) komponen, yaitu monitoring cost, bonding cost dan residual cost.
Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh principal untuk
memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamati dan mengontrol
perilaku agent. Bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh agent untuk
menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agent akan
bertindak untuk kepentingan principal. Sedangkan, residual cost merupakan nilai
kerugian yang dialami principal akibat keputusan yang diambil oleh agent, yang
menyimpang dari keputusan yang dibuat oleh principal jika ia memiliki informasi
dan bakat sebagaimana agent. Dengan kata lain, merupakan pengorbanan yang
berupa berkurangnya kemakmuran principal sebagai akibat dari perbedaan
keputusan agent dan keputusan principal. Antisipasi atas ketiga biaya yang
didefinisikan sebagai biaya keagenan ini Nampak pada harga saham yang
terkoreksi saat perusahaan menjual sahamnya.
Salah satu upaya untuk mengurangi atau mengatasi masalah keagenan
adalah kepemilikan manajerial. Menurut Jensen dan Mecling dalam I Made
Sudana (2015: 13), agar pihak manajemen bertindak sejalan dengan kepentingan
pemilik perusahaan, pemilik dapat menjamin pihak manajemen akan membuat
keputusan yang optimal hanya jika diberikan insentif yang cukup memadai dan
menejemen merupakan pihak yang minoritas. Insentif bisa berupa opsi saham,
bonus, mobil dan kantor yang memadai, yang besarnya sangat tergantung pada
seberapa dekat keputusan yang diambil pihak manajemen dengan kepentingan
pemilik. Maka dari itu kepemilikan manajerial bisa dikatakan sebagai alternatif
untuk memonitor manajemen agar betindak sesuai kepentingan pemegang saham.
Manajemen menjadi lebih berhati hati dalam membuat keputusan sehingga dana
yang tersedia dikelola dengan baik. Manajemen juga termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya sebagai bentuk tanggungjawab terhadap pemegang
saham yang tidak lain adalah dirinya sendiri sebagai bagian dari pemegang saham
yang merasakan dampak langsung dari kinerja perusahaan

No comments:

Post a Comment