Wednesday, August 30, 2023

Pecking Order Theory

 


Menurut Myer (1984) dalam Husnan & Pudjiastuti (2012), pecking order
theory menyatakan bahwa:
1. Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan berwujud laba ditahan).
2. Apabila pendanaan dari luar (external financing) diperlukan, maka perusahaan
akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dengan
penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi
(seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi,
saham baru diterbitkan.
Sesuai dengan teori ini, tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena
ada dua jenis sumber modal, yaitu internal dan eksternal. Menurut Myers (1984)
perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni
dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan dan depresiasi. Urutan penggunaan
sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah: internal
fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri). Pecking order
theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya
meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut bukan disebabkan karena
mereka mempunyai target debt ratio yang rendah, tetapi karena memerlukan
pendanaan dari luar yang sedikit. Perusahaan yang kurang profitable akan
cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena dua alasan, yaitu:
1. Dana tidak cukup.
2. Utang merupakan sumber eksternal yang lebih disukai (Husnan &
Pudjiastuti, 2012)

No comments:

Post a Comment