Wednesday, August 30, 2023

Sektor Industri Barang Konsumsi

 


Industri Barang Konsumsi merupakan bagian salah satu bagian dari
perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia. Industri Barang Konsumsi
masih menjadi pilihan utama bagi para Investor dalam menginvestasikan
dana mereka. Hal itu dikarenakan saham-saham mereka dari perusahaan
dalam Industri Barang Konsumsi yang masih menawarkan potensi kenaikan.
Dan juga Industri Barang Konsumsi terdiri dari 5 sektor, yakni Sektor
Makanan dan Minuman, Sub Sektor Rokok, Sub Sektor Farmasi, Sub Sektor
Farmasi dan Barang Rumah Tangga, dan Sub Sektor Peralatan Rumah
Tangga.
Seluruh sub sektor yang ada pada Industri Barang Konsumsi
merupakan para produsen dari produk-produk mendasar konsumen, seperti
makanan, minuman, obat dan produk-produk rumah tangga. Produk-produk
yang dihasilkan tersebut bersifat konsumtif dan disukai orang sehingga para
produsen dalam industri ini memiliki tingkat penjualan yang tinggi yang
berdampak pada pertumbuhan sektor industri ini.
Indeks manufaktur yang sebagian besar komponen pembentuknya
terdiri dari perusahaan yang bergerak di industri barang konsumsi, industri
dasar, dan aneka industri mengalami kenaikan 9,37%. Perusahaan yang
bergerak di industri barang konsumsi sebanyak 31 emiten memiliki bobot
44% dari pembentukan indeks manufaktur, sementara aneka industri (40
emiten) dan industri dasar (44 emiten) masing-masing 27%. Daya tahan
sektor manufaktur terutama ditopang sektor konsumer yang tumbuh 28%.
Kenaikan ini merupakan kenaikan tertinggi kedua dari sepuluh sektor yang
ada. Kinerja sektor konsumer juga lebih tinggi dari dua sektor lainnya yakni
sektor aneka industri dan industri dasar yang juga menjadi bagian indeks
manufaktur. kenaikan indeks manufaktur di tengah hantaman sejumlah
sentimen negatif kenaikan biaya produksi karena penggerak indeks
manufaktur sebagian besar berasal dari emiten konsumer yang bersifat
diversif, seperti PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Unilever Tbk (UNVR).
Ketersediaan bahan baku sejumlah emiten manufaktur cukup terjaga sehingga
pelemahan nilai tukar rupiah tidak memberi dampak signifikan (Indonesia
Finance Today, 2017).

No comments:

Post a Comment